Profile Editor's Choice

Dokter Gigi di Keluarga Bankir yang Ingin Besarkan Biotest

Oleh Admin
Dokter Gigi di Keluarga Bankir yang Ingin Besarkan Biotest

Nama keluarga Surjaudaja boleh dibilang identik dengan bisnis di sektor perbankan. Tak heran, sebab Karmaka Surjaudaja-lah sosok wirausaha ulet di balik besarnya PT Bank OCBC NISP Tbk. Apalagi dua anak Karmaka dan Lelarati Surjaudaja, yaitu Parwati dan Pramukti Surjaudaja, masih aktif sebagai Presdir dan Komut OCBC NISP.

Namun ternyata Rukita Surjaudaja, anak kedua pasangan Karmaka dan Lelarati ini justru menggeluti bidang yang berbeda dari perbankan, yaitu kesehatan dan kedokteran gigi. Dialah yang turut aktif membesarkan Biotest, laboratorium klinik milik keluarga Surjaudaja yang didirikan dengan bendera PT Biolaborindo Makmur Sejahtera.

Rukita SurjaudajaKini, selain menjadi pengurus Biotest, lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandung itu juga masih menjabat sebagai Komut PT NISP Sekuritas, Advisor Bank OCBC NISP, dan Komisaris PT Great Eastern Life Indonesia, perusahaan jasa asuransi yang masih berada dalam grup bisnis keluarga Surjaudaja. Selain itu, wanita kelahiran Bandung 24 Maret 1961 yang juga ibu dua anak ini, sudah 27 tahun berkarier sebagai dosen dan dokter gigi di Unpad.

Bermula dari kondisi Karmaka yang sakit dan harus bolak-balik ke lab untuk tes kesehatan, dan sempat mendapat pengalaman buruk dari lab kesehatan, yang mana, Karmaka mendapat diagnosis yang salah, maka Karmaka dan Lelarati pun berpikir akan pentingnya sebuah lab kesehatan yang dapat memberikan hasil akurat. Dari ide itulah Biotest didirikan tahun 1980. Pada 1982, Rukita yang baru menginjak tingkat dua di FKG Unpad lalu ikut membantu pekerjaan sehari-hari di Biotest. “Karena baru mulai, jumlah karyawan masih sedikit, saya ikut bantu dalam berbagai hal, termasuk di bagian layanan pelanggan, jadi kasir, dsb.,“ anak kedua dari lima bersaudara ini mengungkapkan.

Berawal dari jumlah karyawan yang hanya 20 orang, kini Biotest telah memiliki setidaknya hampir 300 karyawan dengan kantor pusat di Bandung, ditambah tiga cabang di Jakarta, tiga cabang di Bandung, dan satu di Surabaya. Selain itu, setidaknya 120 perusahaan, termasuk beberapa perusahaan asuransi, hotel, dan bank besar telah menjadi rekanan Biotest.

Diakui Rukita, meskipun telah berusia 32 tahun, pengembangan bisnis Biotest memang tidak jorjoran. Daripada melakukan pengembangan bisnis secara agresif, Rukita mengaku Biotest lebih mengutamakan pelayanan yang prima bagi para pelanggannya. Biotest memang rajin ambil bagian dalam berbagai akreditasi seperti ISO dan KAN.

Rukita SurjaudajaKe depan, Rukita bercita-cita mengembangkan Biotest dengan penambahan cabang dan peningkatan kualitas layanan. “Pesaing memang banyak. Tapi menurut klien-klien kami, kelebihan kami terletak pada pelayanan yang cepat dan akurat, itu yang kami utamakan. Selain itu, dalam hal peralatan, kami selalu mengikuti zaman. Kami selalu up-to-date. Ditambah lagi, setiap tahun kami diaudit untuk ISO dan KAN. Kami ingin puaskan pelanggan kami. Jangan sampai hasil labnya salah, apalagi masyarakat sekarang sangat kritis,” wanita yang hobi senam dan jalan-jalan ini menjelaskan.

Pakar pemasaran yang juga dosen Prasetiya Mulya Business School, Istijanto Oei, menilai, memang benar, syarat utama di bisnis ini adalah realibilitas, yaitu keandalan hasil pemeriksaan yang tepat dan cepat, serta layanan yang benar-benar berorientasi pelanggan karena menyangkut kesehatan. Namun, Biotest tetap perlu melakukan terobosan baru agar dapat berkembang lebih pesat. “Ini dapat dilakukan dengan memberikan pengalaman (experience) yang berkesan bagi konsumen sehingga perlu dipikirkan apa value experience baru yang masih bisa diciptakan Biotest mulai dari order untuk pemeriksaan, tindakan pemeriksaan, pelaporan hasil, sampai konsultasi mengartikan hasil.

Terobosan lain yang juga dapat dilakukan, menurut Istijanto, yaitu dengan mengedukasi tentang perlunya masyakarat memeriksakan diri untuk upaya preventif. “Biasanya orang hanya memeriksakan diri kalau sedang sakit atau memenuhi suatu syarat tertentu, misalnya untuk membuat polis asuransi baru, tetapi belum besar kesadaran masyarakat memeriksakan diri secara rutin,” ujar Istijanto.

Untuk itu, Biotest dapat menawarkan berbagai paket pemeriksaan, misalnya paket untuk satu keluarga dan paket-paket baru yang diarahkan untuk mendorong masyarakat agar memeriksakan kesehatan secara rutin dengan nama paket yang lebih familier bagi masyarakat awam. Lalu, bisa pula diciptakan paket pemeriksaan kesehatan yang customized sesuai dengan kondisi kehidupan seseorang, misalnya sesuai dengan pekerjaan, pola makan, hobi, dsb. “Misalnya orang yang bekerja di tambang memerlukan paket kesehatan rutin yang berbeda dari orang yang bekerja di lab kimia.”

Jumlah cabang, diakui Istijanto, memang ikut memengaruhi brand awareness. Namun Biotest juga dapat melakukan strategi untuk lebih dekat ke masyarakat selain dengan menambah cabang, misalnya melalui mobile lab, membuka lab klinik di mal, atau call delivery (petugas datang) untuk pemeriksaan.

Kristiana Anissa


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved