Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Fajar, Meraup Untung dari Lele

Fajar, Meraup Untung dari Lele

Fajar Alam Setiabudi

Fajar Alam Setiabudi, pemilik resto Lele Crispy

Meski usaha restoran yang mengandalkan menu lele sudah ada di mana-mana, hal itu tak menyurutkan semangat Fajar Alam Setiabudi untuk mencoba berwirausaha resto masakan lele. Usaha pemuda ini tak bertepuk sebelah tangan. Lele Crispy yang dibesutnya di bilangan Jl. Tebet Barat, Jakarta, laris manis. Dalam sehari restonya bisa menghabiskan 30 kg lele dan 60 kg ayam, belum termasuk bahan baku lain seperti bebek, ikan nila merah dan bandeng. Omset kotor bisnisnya tak kurang dari Rp 400 juta sebulan.

Sejak kecil Fajar memang hobi masak. Dia biasa mencoba resep masakan dan meracik resepnya sendiri. Tak berlebihan bila dia menyebut dirinya “cooking addict”. Menjelang kelulusannya dari STIP Trisakti (2004), bersama teman-temannya, dia ikut program rekrutmen staf dapur uji coba Majalah Sedap dan Tabloid Saji (Grup Gramedia). Beruntung, dari 300 peserta, hanya Fajar dan dua temannya yang lolos dan diterima bekerja. Tahun 2006, dia break dari Sedap untuk naik haji, dan sepulangnya dia bergabung di dapur uji coba Majalah Femina.

Saat bergabung dengan Femina itulah dia berpikir untuk mewujudkan cita-cita lamanya: menjadi pengusaha kuliner. Fajar lalu membuka warung di halaman rumahnya di Jl. Tebet Barat. Dengan tenda sederhana, plus dua meja serta satu kompor dan penggoreng, dia memulai usahanya. Dia tak takut memilih jenis warung lele karena menurutnya dia bisa memasak lebih baik dari kebanyakan pemain warung lele lain, termasuk warung lele terkenal yang dia pernah singgahi. “Yang lain hanya polos, lele digoreng, diberi sambal dan lalapan,” katanya.

Menu lele kremes menjadi andalan Fajar. Umumnya, bagian kremes pada lele/ayam kremes hanya pada bagian yang ditaburi bahan, sedangkan dia membuat terobosan di mana rasa kremesnya membungkus seluruh lele. “Jadi, crispy-nya lele hingga ke tulangnya, dan tulang juga bisa dimakan. Ini kamu temukan sendiri caranya,” ungkap Fajar.

Nasib baik berpihak padanya. Tahun 2010, dia mengikuti audisi masak di Indosiar (Indonesian Chef), dan dia sukses menjadi juara, bertahan selama tiga minggu berturut-turut. Karena menang di acara itu, otomatis profil usaha Lele Crispy-nya juga ikut diliput dan ditayangkan Indosiar. Sejak itulah, pelanggan yang datang semakin ramai untuk mencoba lele crispy-nya. Di saat awal-awal usaha, Fajar hanya menghabiskan bahan baku 1 kg lele dan 2 kg ayam. Adapun kini bisa menghabiskan 30 kg lele dan 60 kg ayam, belum termasuk bahan baku lain. Makanan yang dia jual dibanderol mulai dari Rp 13 ribu.

Menurut Fajar, kelebihan warungnya, selain nyaman serta bersih (tempat dan bahan bakunya), juga mengusung konsep open kitchen. Dengan demikian, pengunjung bisa melihat langsung kebersihan dapur dan proses pengolahan makanan yang dipesan. Rasa lele juga dibuat tidak amis. Untuk aktivitas promosi, dari awal dia lebih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Terlebih, dia punya komunitas motor gede dan biasa ikut kegiatan Indonesian Chef di Indosiar.

Sejauh ini gerai miliknya sendiri memang baru satu. Namun, dia menjalin kemitraan sehingga ada cabang milik mitra, yakni di Kalibata City, Pondok Ranji dan Pondok Kelapa. “Mereka membayar fee di awal Rp 30 juta untuk dua tahun. Dana itu sudah termasuk training karyawan, seragam, neon box untuk papan nama, fee merek Lele Crispy, dan bahan baku,” kata Fajar tentang sistem kemitraannya. Setelah dua tahun, mitra hanya harus membeli bahan baku yang semuanya memang dari pusat (ikan, ayam dan bebek, sayuran, sambal hingga tepung kremesnya yang sudah diracik siap pakai).

“Untuk kemitraan, saya masih harus belajar banyak. Ada permintaan dari daerah seperti Yogya, Bandung, Bogor, namun masih saya pikirkan konsepnya,” kata Fajar. Anda berminat menjadi mitranya?(*)

Sudarmadi & Arie Liliyah

Riset: Aini


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved