Editor's Choice

Herman Ari Saptono, First Position Memperkuat Hubungan AntarKaryawan

Herman Ari Saptono, First Position Memperkuat Hubungan AntarKaryawan

Sebagai biro iklan, output dari First Position adalah strategi komunikasi untuk membantu pemasaran yang dilakukan kliennya. Menurut Herman Ari Saptono, Managing Director First Position, bagi agensi periklanan, tiap karyawan harus memiliki sikap 3 D: disiplin pemikiran, disiplin pengetahuan (knowledge), dan dan disiplin waktu. Bagaimana pengelolaan SDM di First Position, dijelaskan Herman Ari Saptono kepada Rosa Sekar Mangalandum. Berikut penggalan wawancaranya.

Bagaimana keadaan permintaan dan penawaran talent di First Position?

Kalau bicara perbandingan permintaan dan penawaran SDM, saya tidak bisa menjelaskan secara pasti. Seiring perkembangan industri periklanan (advertising), First Position mengalami tren yang eskalatif. Menurut pengamatan saya, permintaan akan SDM untuk industri ini tinggi, apalagi karena terjadi penambahan klien.

Apa karakter talent yang paling dicari tapi susah didapat?

Perusahaan komunikasi seperti First Position menghasilkan luaran (output) berupa strategi komunikasi untuk memudahkan pemasaran yang mau dilakukan klien. Maka, SDM harus memiliki keterampilan khusus. Sifatnya tidak letterlijk seperti perbankan, akuntansi, atau kliring. Memang ini sedikit sulit karena tidak ada disiplin ilmu yang memberikan kurikulum spesifik strategi komunikasi. Kalaupun ada, arahnya lebih condong ke pemasaran.

Untuk agensi periklanan, tiap individu harus memiliki sikap 3 D, yakni disiplin pemikiran, disiplin pengetahuan (knowledge), dan disiplin waktu. Kemudian perusahaan harus bisa memaksimalkan SDM.

Apa yang dilakukan dalam rekrutmen dan seleksi agar First Position mendapatkan talent yang tepat?

Saya sadar, aset bagi perusahaan periklanan adalah SDM. Pasalnya, luaran industri ini adalah ide kreatif, baik yang berupa proposal maupun presentasi. Di industri periklanan, jika permintaan naik, talent rate juga naik.

Ada keunikan dalam karakter SDM yang dicari kini, yakni disiplin pemikiran, disiplin wawasan (knowledge), dan disiplin waktu. Pertama, kami mencoba mereka wawasan mereka dulu. Pada umumnya ketika wawancara tatap muka (one-on-one interview), calon talent menunjukkan wawasan yang oke. Namun, kita tak bisa paksakan agar harganya sesuai kehendak kita. Saya coba menyesuaikannya dengan kebutuhan. Kadang kala, kita bisa dapatkan yang sesuai dengan ketiga karakter tadi.

Tenaga profesional zaman sekarang lebih mengabdi profesi ketimbang perusahaan. Bagaimana First Position menyikapi fenomena ini?

Saya sangat setuju. Tingkat turn-over di industri ini kurang lebih 20%. Jangan menyalahkan tenaga profesionalnya, justru memaklumi. Pasalnya, aset industri periklanan memang manusia.

Untuk mengantisipasi fenomena ini, First Position membuka hubungan seluas-luasnya dengan berbagai universitas, di antaranya UI, ITB, Trisakti. Ada kesempatan magang untuk mahasiswa, khususnya bagi yang berminat dan mau. Berawal dari magang, First Position melihat dan mencoba menyeleksi.

Sejauh ini, belum banyak mahasiswa magang yang menjadi karyawan First Position. Meski demikian, saya yakin, permagangan seperti ini merupakan cara jitu untuk regenerasi. Kami sendiri tidak merasa jenuh mendidik para pemagang. Sebab, cara ini bisa merekatkan kesenjangan posisi antara senior dengan junior. Dan hingga kini, bisa dibilang gayung bersambut.

Boleh ceritakan contoh pengembangan SDM yang dilakukan First Position?

Salah satu program First Position adalah mempererat hubungan antar-SDM. Tiap tahun ada outing. Ada pelatihan, sosialisasi, dan permainan.

Di samping mengembangkan keterampilan profesional, First Position juga mengakomodasi perkembangan rohani SDM, salah satunya dengan memberi kesemptan umroh.

Hasil sejauh ini, etos kerja First Position luar biasa.

Apa ada kiat khusus mengelola Generasi Y?

Untuk merangkul Generasi Y yang dinamis, inovatif, dan sangat kreatif ini, First Position tidak menerapkan sistem egosentris. Bedanya, agensi periklanan pada umumnya justru mengelola SDM-nya secara egosentris. Di lingkup industri dalam negeri, membudayakan sistem yang tak egosentris agak sulit.

Ada banyak agensi periklanan yang menggunakan nama pribadi, misalnya Subiakto, Kent. Sebagai merek untuk diri sendiri, ini oke. Namun, ini tak tepat untuk merek korporasi. Rasa memiliki (sense of belonging) SDM jadi lemah. Bedanya, First Position benar-benar memajukan merek First Position-nya, siapa pun tokohnya. Ketika kami menjual First Position sebagai merek korporasi, SDM cenderung lebih setia terhadap perusahaan ini.

Saya mengatakan pada para tenaga muda, First Position adalah rumah mereka, kendaraan mereka, tempat berkarya, tempat ibadah mereka. Dengan cara itu, yang muda merasa bebas berkarya dan berekspresi optimal.

Bagaimana model reward management yang Anda terapkan di First Position?

Yang unik, salah satu bentuk reward First Position buat SDM adalah memberi mereka kesempatan mengikuti kompetisi dan ajang award. Mereka bebas membawa nama diri sendiri atau didukung dengan merek First Position.

Selanjutnya agar SDM loyal dan padu, manajemen mengadakan outing ke luar negeri. Tahun 2010, 9 karyawan ikut outing ke Malaysia. Tahun kedua, 15 orang ke Singapura. Tahun berikutnya, 35 karyawan ke Turki. Tahun 2013, 54 orang ke Hong Kong. Lewat program ini, SDM mendapatkan pertukaran pengalaman yang sangat bermanfaat. Jurang wawasan pun mencair.

Kemudian setiap kali First Position berulang tahun, karyawan mendapat undian untuk bisa mengikuti program wisata religius. Yang Muslim umroh, sedangkan yang beragama Katolik, Hindu, Buddha, dan lain-lain menyesuaikan dengan keyakinan masing-masing.

Hasilnya, First Position berhasil meraih zero tolerance dalam tingkat turn-over pada tahun ke-4, yakni tahun 2013. Kini, First Position punya 60 karyawan. Hanya 1 yang meninggalkan perusahaan ini karena kewajiban keluarga. Untuk ini, saya berterima kasih pada tim saya. Mereka adalah SDM yang tak kenal waktu dan punya can-do attitude.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved