Editor's Choice Entrepreneur

“Pulang Kampung” untuk Membesarkan Produk Indonesia di Pasar Global

“Pulang Kampung” untuk Membesarkan Produk Indonesia di Pasar Global

Hidup dan dibesarkan di luar negeri tak membuat Wempy Dyocta Koto melupakan tanah leluhurnya. Pria kelahiran 14 Oktober 1976 ini sudah banyak mengukirkan prestasinya di negeri asing. CEO Wardour & Oxford dan Tinker Game itu akhirnya

Wempy Dyocta Koto1

Boleh diceritakan bagaimana akhirnya Anda menetap lama di Australia?

Saya ini berbeda dengan diaspora lainnya, kebanyakan mereka ini melanjutkan studi di luar negeri mungkin S1 atau S2 lalu bekerja di sana. Kalau saya sudah pindah sejak umur kira-kira 3 atau 4 tahun, saya sekeluarga pindah ke luar negeri.

Jadi memang dari kecil satu keluarga sudah pindah ke sana?

Iya jadi sejak kecil saya sudah di Australia jadi pendidikan saya dari TK sampai S2 di sana. Saya kuliah S1 di University of Technology, Sydney jurusan Komunikasi. Lalu melanjutkan S2 di University of Sydney.

Apa sewaktu Anda kecil sudah diperkenalkan bahwa Anda ini orang Indonesia?

Oh ya orang tua saya selalu memperkenalkan kalau saya dan kakak-kakak saya ini orang Indonesia. Bahakan ketika libur sekolah saya dikirim ke kampung saya di Padang Panjang, Sumatera Barat. Bayangkan saja saya yang sudah terbiasa tinggal di luar harus kembali ke Indonesia dan sekolah. Walaupun waktunya sebulan tapi bagi saya sekolah di sana cukup untuk memperkenalkan akar budaya dan darah Indonesia saya. Saya banyak belajar budaya dan bahasa Indonesia waktu itu.

Kalau kakak-kakak Anda bagaimana? Apa juga sekarang masih di luar?

Saya anak terakhir di keluarga saya. Saya punya dua kakak, satu wanita namanya Olga dan satu lagi pria namanya Eka. Mereka saya rasa sama dengan saya ya walaupun dari kecil tinggal di luar tapi tidak melupakan kalau kami ini orang Indonesia. Sekarang mereka berdua tinggal di luar tapi keduanya sempat bekerja juga di Indonesia.Kakak saya Olga sempat bekerja di Bank ABN Amro untuk cabang Indonesia, sekarang dia tinggal di London dan bekerja untuk bank juga. Kalau Eka dia ini pilot, sempat bekerja di Garuda Indonesia padahal waktu itu pilhannya banyak tapi dia ingin sekali di Garuda. Tapi sekarang dia sudah pindah ke Qantas.

Anda sendiri sempat bekerja di perusahaan mana saja?

Saya sempat bekerja untuk American Express selama lima tahun, sempat dipercaya menjabat Marketing Executive for Communications di America Express Singapura. Setalah dari sana saya pindah ke OgilvyOne WorldWide’s WPP yang juga sister agency Young & Rubicam Brands. Lalu saya pindah lagi ke Young & Rubicam Brands dan menangani merek-merek besar seperti Adidas, Microsoft, Citigroup, Sony, Nikon, British Petroleum, Palm, hingga Samsung.

Wempy (utama)

Apa yang Anda dapatkan dengan bekerja di luar?

Yang pasti saya mempelajari bagaimana merek-merek ini bisa berkembang secara global. Saya membangun banyak link ketika bekerja dan itu berguna sampai saat ini.

Anda akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia, apa yang mendasari keputusan besar ini?

Kalau dipikir-pikir selama saya di luar sana bekerja untuk brand-brand besar, saya ini tidak pernah bayar pajak ke Indonesia padahal saya merasa orang Indonesia. Bahkan saya belum pernah ikut pemilu, saya banyak melakukan mentoring atau seminar semua saya lakukan di luar negeri. Mungkin ada ngerasa bersalah dengan keadaan saya yang di sana bisa dibilang sudah enak dengan gaji yang cukup tinggi juga, saya merasa belum melakukan apa-apa untuk Indonesia.

Jadi karena alasan itu?

Ya bisa dibilang begitu lah, saya berpikir waktu yang tepat untuk kembali ke Indonesia. Saya kembali ke Indonesia itu Juli 2012 ini saya benar-benar mulai dari nol. Bahkan saya hanya beli tiket pesawat one way. Saat itu saya merasa sudah cukup untuk berkarya di luar dan harus kembali untuk membantu memajukan Indonesia.

Apa Anda tidak memikirkan Anda tidak akan mendapatkan hal yang sama seperti Anda bekerja di luar?

Pasti ya saya memikirkan hal itu karena di sana saya secara finansial sudah lebih cukup. Mungkin ada juga yang tidak mau memikirkan kembali karena keluarga atau alasan lainnya. Tentu saya juga memikirkan hal-hal seperti itu. Tapi saat itu saya memang merasa sudah cukup sekali dan saya punya niat yang sangat kuat.

Saya benar-benar ingin mengabdi untuk Indonesia karena selama ini belum pernah dan ada kesempatannya. Waktunya juga saya rasa tepat jadi saya merasa sangat siap.

Bagaimana tanggapan kedua orang tua Anda?

Wah mereka kaget sekali ya, mereka kaget tapi bahagia. Bahkan bertanya-tanya si Wempy ini kenapa mau balik ke Indonesia padahal hidupnya sudah enak tinggal di London. Orang tua saya sangat mendukung anak-anaknya dan terbiasa dengan kami yang pergi merantau, mungkin karena darah Padang yang memang terbiasa dengan hal itu.

Anda juga akhirnya juga membangun perusahaan sendiri, boleh diceritakan?

Setelah saya berhenti bekerja saya akhirnya membangun perusahaan sendiri yaitu Wardour & Oxford di tahun 2009 ini perusahan yang bergerak di bidang jasa, jadi mulai dari branding, marketing, PR, dan lainnya. Dari sini akhrinya saya juga membantu entrepreneur Indonesia, seperti Kebab Baba Rafi dan Maicih.

Untuk perusahaan Indonesia saya bantu mereka-mereka ini untuk bisa dijual di luar negeri. Saya bantu semuanya dari mulai marketing sampai penempatan produk di supermarket atau tempat-tempat lain. Saya ingin prodak Indonesia yang ditangani oleh perusahaan kami ini benar-benar besar di luar, saya tidak mau hanya sekedar go global saja. Kalau memang bisa masuk ke supermarket ya harus supermarket besar.

Anda juga banyak menjadi investor di beberapa perusahaan incubator, apa ada alasan melakukan hal ini?

Saya merasa pengusaha di Indonesia itu bisa maju dan berkembang secara global. Mereka ini tidak kalah dengan prodak. Saya juga sebagai CEO di Tinker Games ini perusahan game developing perkembangan dari perusahaan ini cukup menggembirakan. Dia sudah berhasil dikenal di luar negeri dan ini bocoran ya mereka sedang akan membuat game untuk FC Barcelona. Saya rasa banyak sekali pengusaha Indoensia yang memiliki potensi untuk tembus ke pasar global. Saya juga bergabung dengan Systec di sini juga banyak investasi ke star up yang ada di Indonesia.

Anda berkata saat Anda memutuskan untuk kembali ke Indonesia adalah memang waktunya yang pas, bisa dijelasakan?

Ketika saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia saya menilai Indonesia sudah siap untuk go international, dilihat dari pengusaha-pengusahanya. Selain itu, saya pernah diundang ke sebuah seminar yang diadakan Sabtu malam, di situ saya ragu kalau bangkunya akan penuh. Tapi nyatanya semua sold out bahkan tidak ada tempat untuk berdiri. Waktu itu memang tiket terjual habis bukan karena ada saya di seminar itu tapi di situ saya mendapat keyakinkan tersendiri terhadap Indonesia.

Saya lihat Indonesia benar-benar haus dan kelaparan soal ilmu. Mereka datang karena ingin tahu dan ingin belajar, saya sering menjadi pembicara di London dan kota lainnya. Hal seperti ini tidak akan terjadi kalau acara diadakan hari Sabtu.

Saat ini apa yang ingin lakukan untuk Indonesia?

Saya berkeinginan sekali untuk mentransfer ilmu saya ke banyak orang di sini. Saya ingin ilmu yang sudah saya punya dan pelajari bertahun-tahun akan sampai ke generasi-generasi selanjutnya. Saya rasa ini tugas saya untuk ikut membantu mengembangkan Indonesia.

Apa lagi yang ingin Anda lakukan?

Sekarang ini saya mulai mengundang teman-teman saya sesama diaspora untuk kembali ke Indonesia untuk berbagi ilmu yang mereka punya juga. Banyak berita menegenai Indonesia di luar misalnya banjir, gunung meletus, macet, dan lainnya tapi saya sebagai orang Indonesia yang tinggal di luar tidak bisa hanya ikut menyalahkan. Saya selalu bilang begitu ke teman-teman saya, kalau kalian ini merasa Indonesia tidak baik ayo pulang lalu bantu sama-sama.

Menurut Anda apa yang harus dilakukan oleh pemerintah?

Saya rasa diaspora harus diberikan kemudahan-kemudahan oleh pemerintah. Saya yakin dengan banyakanya orang Indoensia yang lama tinggal di luar dan kembali ke Tanah Air akan lebih memajukan Indoensia. Banyak orang Indonesia yang pintar di luar kalau 10 persen saja mereka kembali, wah Indonesia bisa hebat sekali. Kalau memang mereka tidak mau kembali mungkin pemerintah bisa memberikan kemudahan pada warga asing yang memang cinta dengan Indonesia.

Kalau saya bukan hanya menganut saya ini darah Indonesia tapi untuk diaspora saya lebih percaya ini masalah hati. Warga asing banyak sekali yang jatuh cinta dengan Indonesia dan berniat untuk membantu Indonesia. Saya kira orang-orang seperti ini juga harus diberi kemudahan.

Lalu apa target dan rencana Anda ke depannya?

Yang pasti saya tidak akan berhenti untuk mengembangkan produk-produk Indonesia sudah bisa go global. Saya juga akan terus belajar. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved