Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Resto Serba Telur Ala Anthony dan Vanessa

Resto Serba Telur Ala Anthony dan Vanessa

Vanessa Ariesca Setiawan & Anthony Setiadi

~~

Sudah jamak rasanya, menyaksikan resto yang menyajikan menu utama daging ayam ataupun bebek. Maka, Sunny Side Up (SSU) bisa dibilang unik karena mengusung “bakal calon” kedua hewan tersebut sebagai menu utamanya. Memang, SSU yang dibesut pasangan suami istri Anthony Setiadi dan Vanessa Ariesca Setiawan itu mengusung telur ayam dan telur bebek sebagai menu utamanya, baik untuk makanan maupun minuman.

Lihat saja daftar menunya. Di situ banyak terpampang menu berbasis telur dadar, telur ceplok dan minuman berbasis putih telur yang semuanya mengundang selera makan. Sebut saja Poached Egg on Crispy Boat, White Omelette Chicken Mushroom, Egg Benedict Barbecue, Chicken Egg Tofu Hotplate with Rice, dan Egg Bacon for Share yang menjadi menu terlaris. Terdapat pula minuman yang menggunakan putih telur (yolk) seperti Passion Fruit Squash, Fruit Cocktail for Share, Favourite Ice Lychee Tea, Eggnog, sampai minuman zadul STMJ atau Susu Telor Madu Jahe.

Gerainya pun kental dengan “aroma” telur. Misalnya, gerai SSU di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, didekorasi layaknya rumah telur bernuansa warna biru, oranye dan putih. Sementara kursi-kursinya menyerupai telur rebus setengah matang.

Anthony dan Vanessa memulai bisnisnya pada 2011. Sebelumnya, Anthony (28 tahun), Sarjana Akuntansi dari Universitas Tarumanagara, telah lama menggeluti bisnis ikan hias dan distributor telur. Selain ke berbagai restoran, ia telah sukses mendistribusikan telur sampai ke Indomaret dan Foodhall. Dari situ, ia lantas meneropong potensi di bisnis resto khusus telur.

Ide tersebut bersambut dengan gairah istrinya, Vanessa (25 tahun), Sarjana Hubungan Internasional dari Universitas Pelita Harapan yang juga memiliki passion di dunia kuliner. “Bisnis kuliner itu tidak pernah mati dan prospeknya sangat bagus. Selain itu, gaya hidup masyarakat juga sudah mulai berubah, banyak orang mulai terbiasa hangout ke kafe. Dan yang utama, masyarakat sadar untuk hidup lebih sehat,” tutur Vanessa ketika diwawancara SWA di gerai SSU Mal Kota Kasablanka.

Meski bergairah, mereka berdua sangat berhati-hati. Sebelum meluncurkan restonya secara besar-besaran, pada 2011 mereka melakukan tes pasar lebih dulu di tempat yang lebih kecil, yakni di ruko Alexandrite Gading Serpong. Tak disangka, di lokasi yang berkapasitas 28 orang itu, resto mereka yang dinamai Sunny Side Up (yang sejatinya berarti telur ceplok) direspons sangat positif, bahkan hingga mendapatkan pelanggan reguler. “Dari sinilah, kami mengetahui bahwa konsep telur, baik sajian maupun dekorasi restoran, bisa diterima di masyarakat,” ujar Vanessa yang mengaku menggelontorkan modal awal Rp 350 juta.

Melihat respons pasar yang bagus, mereka langsung tancap gas mendirikan lima gerai lagi di Mal Summarecon Serpong, Supermall Karawaci, Gading Walk, Kota Kasablanka, dan Mal Alam Sutera. Hasilnya kembali sukses besar. “Untuk per bulannya saja, di 6 restoran kami ini ada sekitar 10 ribu pengunjung yang datang. Jadi, kira-kira omset bisa menembus angka Rp 1,5 miliar. Kurang-lebih segitu dari ke-6 restoran yang sudah kami buka,” papar Anthony.

Kesuksesan Anthony dan Vanessa, selain disebabkan diferensiasi menu, juga karena desain interior restonya yang unik. Seperti di Mal Kota Kasablanka, pengunjung bisa merasakan atmosfer rumah telur lengkap dengan teras rumah, interior, furnitur dan plafon yang identik dengan telur. “Memang kami sengaja membuat setiap cabang memiliki tema sendiri-sendiri, tapi tetap identik dengan warna-warna Sunny Side Up biru telur asin, oranye dan putih,” ujar Anthony.

Konsep tersebut tak lepas dari strategi SSU yang membidik pasar anak muda dan keluarga muda. “Selain itu, kami juga menyasar orang-orang yang sudah sadar untuk bergaya hidup sehat,” kata Anthony. Karena menyasar kaum muda, SSU lebih mengandalkan promosi lewat media sosial seperti Twitter dan Facebook. “Konsumen yang datang ke Sunny Side Up bisa mem-follow atau mention ke akun Twitter kami di setiap kunjungan ke tempat kami. Dengan cara itu, konsumen bisa mendapatkan free compliment satu skup es krim,” ujar Vanessa.

Selain itu, sadar pengunjung muda sangat gandrung gadget dan tak bisa lepas dari dunia maya, SSU pun menyediakan terminal pengisian baterai ponsel dan Wi-Fi gratis. Disediakan pula berbagai majalah anak muda dan beberapa game.

Dengan strategi tersebut, minus pemasaran di lini atas, mereka sukses menarik minat pembeli dan bahkan pengelola mal. “Seperti misalnya pemilihan tempat dibukanya Sunny Side Up, biasanya pihak manajemen mal yang datang ke kami menawarkan untuk jadi tenant karena mereka sudah dengar kami duluan,” ujar Anthony.

Meski kesuksesan telah dalam genggaman, pasutri ini tak lantas ingin cepat meraksasa. “Ke depan, Sunny Side Up tidak untuk dijadikan franchise dulu. Saya punya target membuka 12 resto di mal terkemuka di Jakarta. Sampai akhir tahun ini akan tambah dua lagi. Saya targetkan akan membuka 12 resto sampai tahun depan,” ujar Anthony.

Sesudah target 12 resto terwujud, Anthony sudah menyiapkan rencana untuk merangsek lebih dekat lagi ke pusat kegiatan konsumennya seperti di sekitar sekolah, perkantoran dan perumahan. “Saya sih punya mimpi kalau nanti orang mau berangkat kerja bisa telepon dulu ke kami untuk pesan sarapan, lalu mereka bisa makan dalam perjalanan menuju kantor atau sekolah,” katanya menguraikan.

Salah satu pelanggan setia SSU adalah Rebecca Rouli Samaria Butarbutar, remaja putri berusia 15 tahun. Rebecca mengaku memiliki menu favorit Egg Bacon for Share, Egg and Hashed Browns dan Omelette Breakfast Set Menu. “Kalau untuk minuman, saya suka White Yolk Juice yang rasa stroberi karena tidak berbau amis,” ungkap Rebecca yang mengenal SSU dari rekomendasi temannya ketika jalan-jalan di Gading Walk, Mal Kelapa Gading 3, Jakarta Utara.

Rebecca tidak keberatan dengan rentang harga menu di SSU yang berkisar Rp 4.500-68.000 per porsi. “Kalau untuk harga sih pas buat makanan dan minumannya. Harga-harganya di bawah seratus ribu rupiah. Kualitas makanannya juga baik. Sejauh ini, saya tidak menemukan hal negatif soal kualitas makanannya,” ujar siswi kelas tiga SMPK Penabur Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat itu.

Meski sudah lima kali menyambangi SSU, Rebecca nampaknya belum “kenyang” juga. Ia bahkan menyarankan penambahan menu bagi SSU. “Kebanyakan menu di Sunny Side Up itu khas makanan luar negeri, kenapa tidak mencoba membuat menu yang khas Indonesia. Karena banyak juga menu Indonesia yang menggunakan telur dan enak, misalnya martabak telur atau kerak telur atau bisa juga yang lainnya,” ucapnya bersemangat.

Eddy Dwinanto Iskandar dan Nimas Novi Dwi Arini

Riset: Dian Solihati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved