Editor's Choice Entrepreneur

Rizal Fathurrohman, dari Jualan Jambu Kluthuk Jadi Developer Tangguh

Rizal Fathurrohman, dari Jualan Jambu Kluthuk Jadi Developer Tangguh

Tak patah arang, begitulah jiwa bisnis yang sudah terpatri pada sosok muda Rizal Fathurrohman. Setelah mengalami jatuh bangun dalam berbisnis, kelahiran Jakarta, 23 September 1980 ini menuai buah manis. ‘From nothing to something‘. Rizal yang kecilnya hanya tukang jualan jambu kluthuk (jambu biji), sweater gaul, sempat pula menjadi sales spart part dan bearing motor, kini ayah dari Hami Akbar Fathurrohman dan Kayyisa Fauqiyya Fathurrohman ini beralih menjadi seorang developer andal. Lelaki asal Tasikmalaya ini kemudian didapuk menjadi Direktur PT Prima Property. Di sini, ceruk pasar yang dilirik Rizal terbilang unik. Strateginya ingin berbeda dengan yang dilakukan oleh developer lain yang cenderung melirik konsumen kelas kakap. Rizal menganggap bahwa middle class kini sedang bertumbuh dan potensinya sungguh luar biasa. Oleh sebab itu, konsentrasinya sekarang lebih menggarap konsumen kelas menengah, khususnya yang ada di Jakarta. Seperti apa lika-liku perjalanan Rizal meraih sukses di bisnis properti? Berikut wawancara Gustyanita Pratiwi dari SWA dengan Rizal Fathurrohman.

Rizal Fathurohman, PT Prima Property

Rizal Fathurohman

Sejak kapan Bapak memulai di bisnis properti?

Mulai Properti tahun 2009

Sebelumnya pernah bekerja di mana atau pernah membuka suatu usaha?

Membuat usaha produksi metal dan rubber sparepart mobil di Gunung Putri, Bogor. Pelanggan saya adalah PT Indospring Tbk (yang memproduksi spare part untuk Mitsubishi) dengan kapasitas permintaan 200 ribu unit per bulan, PT Nandya Karya untuk Honda, dan produk-produk metal untuk after market.

Namun 2008, usaha tersebut ditutup karena harga bahan baku sparepart khususnya besi frame lembaran dengan harga jual sudah tidak reliable dan yang paling terasa adalah perubahan permintaan pemerintah untuk tabung gas 3 kg dari Lokal di ganti impor.

Apa alasan yang melatarbelakangi Bapak untuk membangun bisnis properti?

Mulanya ada teman yang mengajak bisnis properti, namun dikarenakan saya belum mengerti bisnis ini, maka saya ikut seminar TDW (Tung Desem Waringin) mengenai Property Revolution, ternyata isinya masih mengenai bagaimana menjadi seorang broker. Tapi bermanfaat juga. Pertama, karena sebagai developer, kita harus berfikir persepsi si pembeli dan broker. Apa yang mereka butuhkan. Kedua, bermanfaat dari segi pengetahuan legalitas tanah. Bukan hanya broker, seorang developer, pembeli rumah , maupun investor properti tentunya harus mengetahui dasar–dasar legalitas tanah.

Setelah hanya bermodal sedikit pengetahuan ditambah “nekat” yang segunung. Dimulailah usaha properti ini dengan modal Rp 300 juta dan hanya membuat 3 unit rumah. Dalam 3 tahun ini alhamdulillah modal menjadi Rp 7,5 miliar. Yang Pasti, peluang properti masih sangat terbuka, tahun ini saja, menurut BPS (Biro Pusat Statistik) Indonesia, kebutuhan tempat tinggal mencapai 2,5 juta unit rumah. Jadi, mari kita, sebagai pengusaha lokal, berbisnis properti. Tinggal pilih kita mau main di kelas yang mana. Pastikan kita mengusai di kelas yang ingin kita masuki itu.

Apa jabatan Bapak sekarang? Apa saja tanggung jawab Bapak di posisi tersebut?

Jabatan saat ini direktur, dan tanggung jawab saya memastikan bahwa PT Prima Property selalu berjalan sesuai dengan action plan yang dibuat pada awal tahun. Lalu, membuat mimpi untuk 10 tahun ke depan. Mimpi saya 5 tahun ke depan bisa membuat apartemen. Itulah kenapa saya saat ini sedang mencari ilmu tambahan di Panangian Property School. Sebagian besar mata kuliah di sana kan high rise building. Itu cita – cita dan mimpi saya. Yaa nggak di Jakarta, mungkin bisa di Semarang atau di kota besar lain selain di Jakarta yang sudah red ocean dengan pemain-pemain besar.

Terobosan apa saja yang Bapak lakukan selama menjabat di posisi tersebut?

Pernah saya jual rumah 30 unit habis dalam waktu hanya 3 bulan, dengan target market guru-guru sekolah negeri (pegawai negeri sipil) di Jakarta. Dan, dengan sistem pemasaran roadshow ke sekolah-sekolah dan diadakan makan bubur gratis bagi yang datang berkunjung pada hari minggu pagi, ternyata cukup efektif. Kendati mereka tidak beli saat itu, mereka banyak yang membawa pembeli 1 atau 2 minggu kemudian. Penjualan 30 unit itu nilainya Rp 12,7 miliar, tapi modal cash yang digelontorkan pada awal proyek sampai dengan akhir tidak lebih dari Rp 1,5 milyar saja. Bagaimana caranya? Pengalaman dan keberuntungan yang bisa melakukannya, he he he.

Seberapa luas lahan properti yang bapak garap?

Saat ini saya hanya mengambil market di Jakarta, selain permintaan yang cepat, juga daya beli masyarakat Jakarta yang semakin membaik. Oleh karena itu, satu proyek paling besar 5.000 meter persegi. Namun lebih banyak di angka 3.000 meter dan 1.000 an meter persegi.

Alasan saya mengambil pasar di Jakarta juga karena saya pernah konsultasi dengan kawan saya yang bermain properti di Depok. Saya tanya, Berapa profit yang didapat dengan bermain belasan hingga puluhan hektar, dia menjawab bahwa setiap satu hektar keuntungan bersihnya sekitar Rp 1,5 miliar. Tentu saya kaget, saya bilang di Jakarta profit bersih sebesar itu hanya cukup dengan 2.000 meter dengan penjualan 3 hingga 6 bulan saja.

Sudah berapa unit properti yang sudah berhasil Anda jual hingga sekarang?

Kurang lebih 150 unit dengan range harga 380 hingga 750 juta dalam 3 tahun ini. Seperti saya bilang, saya bermain di DKI Jakarta, yang susah tanah dan harga modal tanah sudah cukup mahal.

Segmen pasar manakah yang Bapak garap di bisnis properti ini?

Guru di Jakarta dan pegawai swasta dengan pendapatan 12-20 jutaan rupiah yang masih ingin ber-KTP Jakarta dan tinggal di Jakarta. Dan sebagian besar harga di angka 380 jutaan dengan luas tanah hanya 70 meter persegi.

Berapa nilai ekonomi di bisnis properti Bapak ini?

Kurang lebih Rp 20 miliar sampai dengan saat ini.

Apa saja tantangan yang Anda hadapi di posisi sekarang?

Tantangan paling utama saat ini bukan di pasar, karena target market saya jelas. Tantangannya adalah mencari secepat mungkin lahan untuk proyek selanjutnya yang berada di Jakarta dengan harga yang bersaing dan pembayaran yang ramah… ha ha ha ha ha, Sangat susah… tapi pasti ada, kemampuan kami dalam bernego juga diuji dalam mencari tanah seperti ini.

Kunci keberhasilan bisnis properti adalah, mengeluarkan dana selambat lambatnya, tapi mendapatkan hasil jual yang secepat – cepatnya. Tentu, tanpa membuat orang lain rugi. Bagaimana caranya ini bisa dilakukan? Butuh strategi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentunya.

Apa saja prestasi-prestasi yang pernah Bapak raih baik secara individu ?

Tahun 2008 saya mempunyai utang Rp 2,5 miliar, saat ini plus Rp 7,5 miliar. Itu menurut saya sebagai prestasi untuk diri saya. Sedangkan prestasi tim saya saat ini, tahun 2012 bisa mencapai omset Rp 12,7 miliar dengan hanya dengan bermodalkan Rp 1,5miliar. Ini adalah prestasi tim saya yang dahsyat, meskipun mereka hanya berdua. Jadi bertiga dengan saya.

Bagaimana strateginya sehingga Bapak dapat meraih prestasi tersebut?

Strategi untuk mendapatkan tanah yang bagus, murah dan termin memang tidak ada sekolahnya, tapi harus berdasarkan pengalaman, baik pengalaman orang lain maupun jam terbang kita. Jangan lupa, bergaulah dengan orang sukses di bidang yang sedag anda kerjakan. Untuk marketing, sebenarnya banyak dari buku-buku marketing yang cocok, seperti buku Marketing Revolution karangan TDW atau buku marketing lainnya.

Namun bagi saya yang seorang muslim selalu ingat ini :

“Saat Mengundurkan sholat, ternyata tidak mempercepat pekerjaan, saat mengejar harta ternyata malah banyak biaya, saat mencari kebahagiaan malah banyak musibah….Tapi saat mencari segala sesuatu dengan nama Tuhan dan mengedepankan keimanan dan ketaqwaan… Segala sesuatu malah terasa menghampiri kita…” by Rizal (berdasarkan pengalaman hidup)

Apa lagi target yang ingin Bapak capai dalam beberapa tahun ke depan?

Target perusahaan, lima tahun ke depan kami ingin mencoba membangun apartemen di kota-kota besar selain di Jakarta.

Target Pribadi saya banyak sekali mungkin ada 20-an, saya tempel di lemari baju, dan saya tempel di perpustakaan rumah saya. Agar sekuat tenaga tidak melenceng dari apa yang ditargetkan dan dicita-citakan. Salah satunya, saya ingin punya 100 bengkel peer mobil yang tersebar di Jawa Timur sampai dengan akhir tahun 2014. Dan saat ini saya baru punya lima bengkel peer. Kendala hanya satu untuk membuat 100 bengkel ini, yaitu susahnya karyawan yang jujur, amanah dan siap bekerja di luar daerah. Sistem administrasi yang terintegrasi sudah kami temukan untuk bisnis ini, dengan demikian, punya 100 bengkel pun terasa hanya punya satu bengkel, he he he….

Insyaallah bulan November ini kami akan membuka lagi 3 bengkel sekaligus. Oh ya, satu bengkel peer kurang lebih bermodalkan Rp 120 jutaan dengan luas minimal 400 hingga 600 meter persegi.

Adakah cerita-cerita atau pengalaman paling mengesankan yang ingin diceritakan ?

Sejak SD saya sudah menjadi pedagang jambu klutuk di daerah sekitar rumah, sekadar untuk jajan dan membeli komik “Si Petruk dari Tumaritis karangan Tatang S”. Saya menjajakan jambu ke tiap rumah, atau mangkal di pintu masuk komplek 20-an kontrakan. (Tapi alhamdulillah 2010, komplek kontrakan seluas 1200 meter persegi tersebut saya beli dan akhirnya saya bangun menjadi salah satu perumahan The Mozz Residance).

Ketika di SMP, saya menjadi pedagang sweter gaul dengan tulisan SMP ber”217”an… hehehe

Saat saya kuliah, saya sudah menjadi sales untuk produk suku cadang motor dan bearing motor, yang akhirnya 1999 saya bangun pabrik pertama saya di pinggir jalan raya Gunung Putri Cileungsi, di atas tanah pemerintah, dengan mesin tenaga otot. Sampai beberapa tahun kemudian punya pabrik dan mesin-mesin stamping.

Suka duka banyak sekali, dijalani dengan tenang, sabar, percaya diri dan selalu minta petunjuk Allah SWT, namun akhirnya tahun 2008, saat pemerintah mengambil keputusan untuk mengambil tabung gas 3 kg dari Cina, ditambah harga besi dan baja yang naik hingga 5 kali lipat, akhirnya saya tumbang, dan harus mengeluarkan 160 karyawan.

Entah kenapa, ternyata Tuhan belum selesai dengan cobaan tutupnya pabrik saya, dan menghasilkan utang kepada bank mencapai Rp 2,5 miliar. Pada tahun yang sama dan bulan yang berdekatan, rumah saya kebakaran, habislah hasil mengumpulkan 8 tahun bekerja. Disusul pabrik saya terbakar bagian pengelasan dan assembling stang motor. Padahal, terdapat 5 mesin las seharga Rp 125 juta saat itu.

Hebatnya lagi, anak saya diketahui mengidap autis dan harus di terapi intensif di Jakarta. Tahun yang sama, bulan yang berdekatan. Tuhan merenggut kebahagian saya saat itu. Saya hanya bisa berdoa dan berteriak di pabrik yang sudah kosong untuk memotivasi diri. Teriakan saya waktu itu “Makin iman, makin taqwa, makin sehat, makin kuat, makin kaya” (padahal lagi jatuh miskin…. hahahahaha) saya ucapkan ribuan kali..

Akhirnya saya pindah ke Depok, ngontrak dan mulai lagi bekerja dari awal. Dan mulailah saya membuat usaha properti dengan dana hasil jual sebagian mesin saya yang masih tersisa dari pabrik yang bangkrut.

Di kontrakan yang kecil itulah saya mulai jadi developer. Karena menurut saya, seorang developer bukanlah harus membuat 100 rumah atau lebih. Hanya 1 unit rumahpun bila anda bangun untuk dijual lagi, maka anda mempunyai predikat developer.

Dan, untuk menjadi developer tidak perlu modal yang besar, dengan berdiskusi dengan developer senior untuk sharing pengalaman mereka. Saya yakin, modal sedikit pun, anda bisa menjadi developer. Memang Tuhan lebih tahu mana yang baik untuk kita, buruk saat ini belum tentu akan buruk selamanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved