Editor's Choice Entrepreneur

Strategi Grup Sintesa Capai Pertumbuhan 15%

Strategi Grup Sintesa Capai Pertumbuhan 15%

Meski menghadapi berbagai kendala dalam menjalankan bisnisnya, toh CEO Grup Sintesa, Shinta Widjaja Kamdani, tetap mematok pertumbuhan tinggi, sekitar 15% untuk 2014. Hal ini terjadi karena dalam lima tahun terakhir bisnis Grup Sintesa rata-rata melaju 20% per tahun. Apa saja kendala bisnis yang dihadapi dan bagaimana strategi menghadapinya? Shinta memaparkannya kepada Rangga Wiraspati:

Di tahun depan, apa tantangan bisnis yang akan dihadapi Grup Sintesa?

Seperti kita ketahui, kendala besar yang dihadapi dunia usaha tahun ini adalah krisis global yang berdampak pada inflasi dan kenaikan suku bunga di Indonesia. Dua hal itu berpengaruh banyak pada likuiditas kredit perusahaan-perusahaan kami. Kenaikan suku bunga mempengaruhi perencanaan pengembangan kredit fasilitas berjalan kami.

Menurut kami tight money policy dari pemerintah masih akan berlanjut di tahun depan, sehingga pertumbuhan usaha pun akan melambat. Kebijakan penambahan pajak untuk barang impor dan barang mewah pun berpengaruh signifikan, sebab sebagian besar bahan baku di perusahaan-perusahaan kami masih impor. Dari segi iklim investasi di Indonesia, masih adanya masalah birokrasi, perburuhan, dan korupsi melemahkan daya saing perusahaan-perusahaan Indonesia di dunia internasional. Sebagai perusahaan lokal tentu kami kena dampaknya. Dalam masalah perburuhan misalnya, kenaikan UMP di tahun depan sangat signifikan, di atas KHL untuk 9 provinsi yang penuh industri padat karya. Dengan adanya demonstrasi dan sweeping oleh buruh, keamanan operasional bisnis terganggu. Yang terakhir adalah persoalan infrastruktur yang mengganggu logistik dan konektivitas perusahaan kami.

ShintaK

Dengan kondisi-kondisi tersebut, bagaimana proyeksi bisnis Grup Sintesa di tahun depan?

Dari tahun ke tahun kenaikan bisnis kami stabil, yaitu 20%. Kestabilan itu karena portfolio kami yang beragam. Ada perusahaan kami yang kenaikannya stabil, ada yang agresif. Dengan adanya keseimbangan itu, untuk tahun depan kami proyeksikan kenaikan sebesar 15%. Untuk sektor consumer goods (Tigaraksa Satria termasuk di dalamnya), kami prediksikan kenaikan sebesar 15-20%. Meski dari riset kami mengetahui bahwa konsumsi rumah tangga akan berkurang di tahun depan, dengan efisiensi biaya dan service excellence kami optimis bisa menembus kenaikan bisnis sebesar itu. Kami juga menaikkan target produksi sebesar 15%, yang berlaku menyeluruh bagi unit grup.

Apakah akan terjadi kenaikan biaya produksi di tahun depan?

Sudah pasti. Kenaikan biaya produksi akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu kenaikan gaji buruh dan kenaikan tarif listrik. Kenaikan biaya produksi kalau dari segi kop paling tidak harus 10%. Tentu akan ada sektor-sektor yang kenaikan biaya produksinya bisa mencapai 30%.

ShintaK (tegak)

Apakah akan ada kenaikan biaya impor?

Jelas, karena kami mempunyai bisnis impor. Cuma memang pengaruhnya tidak terlalu signifikan untuk kami. Seperti pada bisnis energi kami, kenaikan tarif impor tidak berpengaruh signifikan. Porsi impor kami memang tidak terlalu besar, sehingga masih bisa diimbangi.

Apakah tahun depan bisnis Sintesa akan bertumbuh? Apa saja faktor-faktor pendukungnya?

Buat kami, tahun depan merupakan tahun konsolidasi. Kami ingin merestrukturisasi beberapa unit usaha, karena kami ingin organisasi lebih efisien. Secara organisasi, kami sudah mempunyai sistem manajemen profesional yang kuat dengan diterapkannya balance scorecard dan KPI. Tahun depan kami akan mengevaluasi transformasi Grup Sintesa yang telah dijalankan lima tahun terakhir, dari segi struktur organisasi dan pengelolaan sumber daya manusia. Kami belum berpikir untuk membuat bisnis baru di tahun depan, melainkan melanjutkan proyek-proyek yang sedang berjalan. Contohnya, dari unit properti kami akan menyelesaikan pembangunan hotel di Bali, yang kelima setelah Jakarta, Palembang, Manado, dan Muara Enim. Kami juga akan fokus mengembangkan chain hotel yang kami kelola, seperti The Ascott.

Dari unit consumer goods, kami berencana menarik lebih banyak prinsipal, sebagai langkah antisipasi perubahan regulasi mengenai distribusi. Dengan perubahan regulasi distribusi, peluang pemain lokal seperti Tigaraksa terbuka lebar. Sementara itu, kami juga akan merumuskan konten lokal dan added values yang bisa dikembangkan dari bisnis impor manufaktur kami, PT Tira Austenite Tbk. Yang paling ekspansif adalah unit energi kami, karena kami berfokus pada energi terbarukan. Tahun 2014 kami akan menyelesaikan konsesi geotermal di Banten dan kami mulai masuk di energi surya. Untuk energi surya kami bermitra dengan salah satu perusahaan Amerika Serikat, finalisasi tendernya sudah dilakukan di bulan Desember ini. Saya menilai proyek-proyek infrastruktur masih terus berkembang, maka kebutuhan akan listrik dan energi akan semakin banyak. Ada juga bisnis yang akan kami retrenching, tapi belum bisa saya sebutkan.

Untuk unit consumer goods, program-program apa yang akan dijalankan untuk meningkatkan pasar?

Sebagai perusahaan distribusi independen di Indonesia (Tigaraksa), kami memberikan service excellence yang tinggi kepada para prinsipal. Saya pikir service excellence kami dalam menyuplai produk-produk prinsipal adalah kekuatan utama kami, karena tidak banyak perusahaan di Indonesia yang berfokus pada distribusi dan logistik. Posisi sebagai perusahaan distribusi independen dengan layanan terintegrasi merupakan nilai tambah yang kami tawarkan pada prinsipal. Jadi, fokus kami adalah peningkatan service excellence.

Bagi Tigaraksa yang kebanyakan menyuplai produk susu bayi, pasarnya sudah tetap dan konsumennya loyal. Justru yang menantang adalah produk-produk seperti popok bayi (pampers) dan Yupi, sebab pasarnya masih fluid dan belum ada konsumen spesifik yang loyal, karena mereka masih melihat harga. Kami tetap berusaha menjalin hubungan baik dengan jalur-jalur distribusi, baik modern market maupun general market. Saya melihat ada pergeseran tren orang berbelanja dari general ke modern market, sehingga ke depannya porsi distribusi kami akan lebih besar ke modern market. Saat ini persentase distribusi antara modern dan general market masih 50-50, ke depannya akan 70-30%. Tahun depan kami juga akan merambah ho-re-ka (hotel, restoran, dan katering), karena pasarnya yang niche dan belum ada pemain distributor yang masuk ke sana.

Apa saja faktor internal dan eksternal yang akan mendorong pertumbuhan bisnis Sintesa?

Pemilu 2014, keadaan keamanan dan politik dalam negeri akan berpengaruh bagi bisnis kami. Pemerintah perlu membuat semacam safeguard bagi dunia usaha dalam negeri. Bagi bisnis hotel kami, dengan adanya penambahan jumlah hotel maka akan mendorong pertumbuhan omzet bisnis properti kami. Critical mass-nya sudah terlihat. Sementara itu bisnis energi kami masih banyak kendalanya, terutama dari segi regulasi pemerintah mengenai energi terbarukan. Kami sebenarnya siap untuk berinvestasi pada banyak bisnis, tetapi banyak faktor penghambat, baik dari masyarakat dan pemerintah, maupun dunia bisnis sendiri.

Apa saran Anda bagi pemerintah untuk memperbaiki iklim bisnis?

Pembenahan birokrasi sudah pasti. Regulasi yang overlapping/tumpang tindih antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga perlu segera dituntaskan, karena mengganggu sekali untuk investasi. Koordinasi antar Kementerian juga masih kurang, karena mempersulit izin dan lisensi yang perlu kami ambil, padahal BKPM sudah menetapkan layanan satu atap. Pemerintah juga harus memberikan dukungan pada pengusaha lokal di tengah-tengan perjanjian dagang internasional yang akan dijalankan. Kami tidak perlu diproteksi, tetapi jika masalah-masalah birokrasi, perburuhan, dan korupsi bisa selesai, dengan sendirinya daya saing kami sebagai pemain lokal akan terangkat. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved