Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Sun Pretty, Unjuk Gigi di Bisnis Laundry

Sun Pretty, Unjuk Gigi di Bisnis Laundry

Tak ada pasar jenuh atau peluang bisnis yang sudah habis bagi pelaku usaha yang mau bekerja keras dan kreatif mencari celah. Hal itu sudah dibuktikan Rahajeng Sasi Kirana, wirausaha muda asal Solo yang terbukti eksis di bisnis laundry. Bagi sebagian besar orang, bisnis laundry bisa jadi dianggap sudah penuh sesak pemainnya. Namun, Sasi melihat masih ada peluang untuk berkembang di bisnis ini. Tak mengherankan, sejak tiga tahun lalu, tepatnya 13 Februari 2010, wanita ini serius mengibarkan bendera Sun Pretty Laundry.

Rahajeng Sasi Kirana

Rahajeng Sasi Kirana

Keyakinan Sasi tak bertepuk sebelah tangan. Kini, setelelah tiga tahun berjalan, dia berhasil mengembangkan Sun Pretty hingga memiliki 18 gerai. Tak hanya eksis di Solo, kota asalnya, gerainya juga sudah ke Bekasi, Semarang, Jakarta, bahkan ke luar Jawa seperti di Sumatera (Batam), Sulawesi (Makassar) dan Kalimantan. “Perkembangannya bagus, di luar dugaan saya,” ujar kelahiran 28 Oktober 1980 ini. Sebelum memutuskan merenda usaha sendiri, lulusan Akuntansi Manajemen Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dan Desain Tekstil di universitas yang sama ini pernah bekerja di bagian keuangan Grup Primagama, di Kota Pelajar, Yogyakarta. Namun lewat tiga tahun, dia terpanggil untuk segera pindah kuadran menjadi wirausaha. Dia tak ingin lagi jadi karyawan, hingga kemudian mudik ke Solo. Dia tertarik bisnis laundry karena sewaktu di Yogya selalu melihat anak-anak kos yang hampir setiap minggu memakai jasa laundry. Kebetulan pula rumahnya di Solo tidak jauh dari kampus Universitas Islam Slamet Riyadi. “Saya lalu berpikir bisnis laundry dan mengincar pasar mahasiswa,” ujarnya mengenang.

Untuk memulai usaha, sebenarnya dia punya uang tunai tabungan Rp 5 juta. Namun, dia memutuskan hanya menggunakan dana Rp 2,5 juta dari tabungannya itu untuk modal kerja Untuk mesin cuci, dia meminjam milik ibunya.

Sadar bahwa persaingan bisnis laundry sangat ketat, Sasi kemudian berpikir harus membuat perbedaan. Dari sisi nama, dia memilih Sun Pretty — artinya, matahari yang indah yang siap melayani. Dari sisi produk, kelebihan Sun Pretty adalah memberi kebebasan konsumen untuk memilih aroma pewangi sesuai dengan selera. Bahkan, juga disediakan pewangi dengan aromaterapi. Aromaterapi yang digunakan antara lain cendana (sandalwood), yang bermanfaat untuk menghilangkan rasa cemas. Ada pula kayu putih (eucalyptus) yang berguna melegakan pernapasan, meringankan masalah hidung sensitif, bronkitis, asma, demam dan flu. Lalu, bunga melati (jasmine) yang berfungsi sebagai aphrosidiac untuk merangsang suasana romantis.

Cara ini rupanya jitu. Laundry-nya banyak diminati. Jangan heran, dalam tempo tiga bulan Sasi mulai bisa membeli mesin cuci baru untuk menggantikan fungsi mesin cuci lama pinjaman dari sang bunda. Sun Pretty digemari warga Solo dan sekitarnya.

Dari sini, Sasi kemudian berpikir memperbesar bisnisnya dengan pola kemitraan. Dia memberi kesempatan kepada pihak lain untuk mengelola Sun Pretty Laundry. Yang menarik, dia tidak memberlakukan royalty fee. Jadi, berapa pun pendapatan yang diraih mitra, tidak ada yang dialokasikan untuk membayar royalti atas penggunaan merek perusahaan. “Karena tidak ada biaya sewa nama, keuntungan yang didapat investor semua kembali ke investor lagi,” ungkapnya. Untuk menjalin kemitraan dengan Sun Pretty, bisa memilih dari empat paket yang ditawarkan, mulai dari Paket Cute, Charm, Smart dan Briliant. Nilai investasinya mulai dari Rp 20 juta hingga Rp 70 juta. Tarif jasa Sun Pretty berdasarkan kiloan dan satuan. Harga di setiap kota ternyata berbeda-beda, berkisar Rp 3.500-6.000 per kg.

Dalam berpromosi, Sasi pertama kali mengandalkan jejaring sosial, yakni melalui Facebook, Twitter dan website. Yang menarik, dalam menyiapkan segala sesuatunya, dia mengonsep sendiri, mulai dari bentuk gerai hingga semua peralatan pendukung, seperti meja konter, seterika, dan tempat barang hasil cucian. Maklum, dia pernah kuliah di desain tekstil. Kini, karena bisnisnya sudah berkembang pesat hingga punya 18 gerai, dia juga mengajak adik kandungnya untuk terlibat. Sasi lebih banyak keluar untuk survei lokasi dan berhubungan dengan mitra, sementara sang adik menangani produksi.

Pengajar kewirausahaan yang juga guru besar STIMIK AMIKOM Yogyakarta, Suyanto, melihat apa yang dilakukan Sasi di bisnis laundry-nya terbilang menarik. “Sasi cukup kreatif dan berpikir positif. Dengan berpikir posisif, dia bisa keluar dari red ocean bisnis laundry. Sasi memiliki peluang besar untuk mengembangkan skala bisnisnya, apalagi dengan banyak melakukan kemitraan,” Suyanto menganalisis.

Jalan sudah dirintis. Kini tinggal Sasi membentangkannya setinggi dan sepanjang mungkin.(*)

Gigin W. Utomo dan Sudarmadi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved