Editor's Choice Entrepreneur

Vicky Shu, Produsen Sepatu High Heels yang Modis dan Nyaman

Vicky Shu, Produsen Sepatu High Heels yang Modis dan Nyaman

Penyanyi pendatang baru nan seksi ini memang fashionable. Dalam setiap penampilan selalu up date. Ternyata dia selalu menggunakan produk rancangan sendiri. Vicky Shu, wanita cantik asal Cilacap belum lama ini memamerkan koleksinya di Jakarta Fashion Week. Usianya baru 27 tahun tapi sangat berbakat.

Selain dipasarkan di Tanah Air, sepatu hasil rancangan Vicky Shu dengan merek Syu Shu ternyata merambah hingga pasar mancanegara. Memiliki beberapa agen di Benelux, Amsterdam, Singapura, dan Malaysia, sepatu rancangan Vicky ternyata pernah dikenakan beberapa selebriti dunia, seperti Lenka, Ashley Tisdale, dan Kelly Osbourne (putri dari rocker Ozzy Osbourne yang juga penyanyi).

Walaupun dipasarkan hingga mancanegara, wanita berkulit putih ini tetap mempercayakan pembuatan setiap sepatu oleh perajin lokal. “Untuk perajin dan pengerjaan sepatu, dari Bandung,” tuturnya kepada Herning Banirestu.

Lulusan Hubungan Internasional, Universitas Parahyangan, Bandung ini mengatakan bisnisnya sangat diuntungkan dengan berkembangnya sosial media. Sehingga produknya yang unik, bisa dikenal hingga ke manca negara.

Wanita yang menghabiskan sebagian hidupnya di Cilacap ini, mengaku sudah suka pada dunia desain sejak kecil. Walau demikian ia tidak lalu memutuskan sekolah desain selepas SMA, karena menurutnya pendidikan formal lebih utama. “Saya belajar desain secara otodidak,” imbuhnya.

Vicky makin tertarik mengembangkan bakat desainnya kala ia kuliah di Bandung. Menurutnya, Bandung yang memang pusat kreativitas, makin membuat kemampuan desainnya terasah. “Saya datang ke perajin-perajin sepatu kala awal, untuk mempelajari detil,” tuturnya.Selepas kuliah Vicky lakukan ini dengan serius

“Gambar saya sih tidak bagus, tapi saya tahu apa yang mau saya buat,” tuturnya. Waktu kuliah, Vicky suka menggunakan sepatu yang dia desain sendiri. Ia minta perajin sepatu untuk mewujudkan sepatu yang lain dari yang lain itu. Kala itu, banyak teman-teman kuliah mulai tertarik memesan sepatu rancangannya. Waktu itu, dia belum menggunakan merek untuk sepatu rancangannya. “Jualnya belum banyak paling satu-dua sepatu sebulan,” tuturnya.

Saat itu, Vicky juga sudah mulai suka menyanyi, tapi masih menjadi backing vokal sebuah band. Ia cerita, di awal-awal usahanya, Vicky mengawal semua proses produksinya, hingga mengantarkan barang pesanan pelanggan. “Saya harus tahu apa yang konsumen mau, apa yang dia rasa dari sepatu yang saya buat, saya harus dengar sendiri dari konsumen,” dia menguraikan.

Menurutnya, sejak awal hingga sekarang ia sangat serius membangun bisnis sepatunya. Meski sudah menjadi penyanyi terkenal, Vicky masih serius menekuni bisnis sepatunya.

Selepas kuliah Vicky sempat bekerja di sebuah bank BUMN terbesar di Indonesia. Saat itu ia belajar banyak tentang pengelolaan dan manajemen. Kekhasan sepatu merek SyuShu ini dikatakan Vicky sebagai Killer Heels. Rata-rata sepatu rancangannya memiliki hak tinggi minimal 10 cm. “Pengalaman saya pakai sepatu hak tinggi tidak nyaman dan sakit. Inilah mengapa saya fokus di model ini,” dia menjelaskan.

Vicky Shu

Maka dibuatlah inovasi sepatu hak tinggi yang nyaman bahkan digunakan berjam-jam, tidak membuat kaki sakit dan pegal. “Saya ini dulu tidak feminin, tomboy, badan agak bungkuk, dengan memakai sepatu hak tinggi postur saya lebih tegak. Saya sering pelajari bagaimana sepatu branded asing yang bagus dan nyaman, saya ngobrol dengan perajin bagaimana membuatnya,” jelasnya. Sejak Juli 2009 ia mulai menggunakan merek SyuShu untuk rancangannya.

Pada saat awal pemasaran ia menggunakan online shopping, salah satunya melalui fans page dan advertising di Facebook. Juga membangun website dengan nama www.syushu.com. Sejak saat itu justru sepatunya yang dinilai desainnya “aneh”dan hak tinggi sekali banyak digemari pasar mancanegara. Justru pembeli banyak dari luar negeri. “Agen itu ada yang jual di toko di mal Amsterdam,” katanya. Kebanyakan di negara-negara Eropa, Amerika, dan Australia, selain Malaysia dan Singapura. “Saya beruntung dengan adanya sosial media,” tuturnya.

Untuk meng-update kreatifitas dan terus menelurkan karya terbaik, Vicky banyak menggali budaya Indonesia. Tapi menurut Vicky di awal-awal bahkan hingga kini, ia terus berinovasi dalam membuat sepatu yang dia buat ditingkatkan kenyamananya. “Produk awal hingga sekarang tingkat kenyamanannya tentu berbeda, lebih bagus sekarang. Penggunaan bahan baku juga diperhatikan, dulu banyak sintetis, kini menggunakan kulit,” katanya.

Pelanggan bisa membuat sepatunya dengan customized, ini membuat pelanggan lebih nyaman. Desain yang Vicky buat sangat hand made, khusus dan tidak akan ada kembaran yang banyak. Kini tiap bulan ia bisa membuat 500 pasang sepatu yang rata-rata harga sepatunya semua di atas Rp 1 juta. Bahkan ada karya yang dibuatnya hingga seharga belasan juta rupiah dan terjual rata-rata di luar negeri. Dengan harga segitu, ia memahami tidak murah untuk produk rancangannya. “Padahal dulu waktu awal saya jual hanya Rp 500an ribu,” dia berujar.

Dalam hal promosi, sulung dari tiga bersaudara ini selalu menggandeng perancang kenamaan. Berkolaborasi dengan perancang busana. “Belakangan saya coba benahi manajemen, sistem dan website-nya agar lebih sempurna lagi ke depan,” ucapnya.

Sebagai pencinta kain tradisonal dan budaya sendiri, banyak karyanya diilhami kain-kain tradisional seperti batik, kain tenun Nusa Tenggara, kain Buton dan songket. Ada karyanya dengan dipadu anyaman rotan di hak dan sol sepatunya. Bahkan di karya terakhirnya ia berani membuat alas sepatu rancangannya dengan ukiran dan desain batik.

“Saya ingin buat butik sepatu justru di luar negeri dulu, karena pasar sini justru baru melirik setelah kita goes international. Targetnya paling lambat tahun 2015 sudah buka butik di Singapura,” ujar Vicky. Kalau di mal-mal Indoensia sebenarnya sudah ada, tapi tidak banyak hanya sifatnya titip jual. Penjualan lebih banyak lewat online.

Saat ini Vicky mengkaryakan 20an perajin sepatu di Bandung. Meski sudah menjadi penyanyi terkenal Vicky tetap serius menekuni bisnis ini hingga pembinaan dan berhubungan dengan pelanggannya, meski ada manajemen sendiri yang membantunya.

Dengan menjadi penyanyi justru makin membuat merek sepatunya terekspos. “Waktu saya ke luar negeri, ada rombongan turis Spanyol sengaja berhenti yang wanita-wanita, untuk tanya tentang sepatu saya. Kebetulan itu saya jadikan ajang promosi juga,” katanya. Kejadian seperti itu kerap terulang kala ia ke luar negeri.

Vicky bisa dibilang selalu menggunakan sepatu rancangannya dalam setiap penampilan. Bahkan saat show nyanyi. “Saya hanya punya sedikit sepatu yang merek orang lain,” tutur wanita yang ingin menjadi seperti Jimmy Choo dari Malaysia. Minimal ia ingin seperti desainer asal negeri Jiran itu suatu saat nanti. Ia pun ingin butiknya ada di banyak negara. Ia sangat optimis bisnis sepatunya ke depan. “Bisnis fashion terus berkembang, saya bahkan ingin membuat produk tas. Juga akan membuat second line brand dengan nama Doro. Merek Tasnya juga dengan nama sama,” dia menguraikan.

Clarissa Lesmana, di fan page Facebook SyuShu memberi testimoni, “Baru kali ini saya beli sepatu hak tinggi tapi sangat nyaman,”. Penggemar lain menyebut, Amara, buat dia sepatu SyuShu one of the best customized shoe with highheels. “Saya pernah pakai yang model Atheina, tinggi heels 12 cm selama 12 jam tidak kram dan sangat nyaman,” ujarnya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved