Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Yustinus Agung Nugroho Sebarkan Virus Mendem Duren

Yustinus Agung Nugroho Sebarkan Virus Mendem Duren

Hobi durian membawa hoki. Itulah yang dirasakan pasangan suami istri Yustinus Agung Nugroho dan Anne Kartika. Meski sedang dirundung lara karena bisnis handphone, lobster dan laundry-nya bangkrut, urusan melahap durian yang menjadi hobi mereka tak pernah berhenti.

Yustinus Agung Nugroho

~~

Suatu ketika saat sang istri membeli durian untuk dibuat es durian kesukaan suami, tiba-tiba terpikir membuat usaha dari buah beraroma khas yang disukainya itu. “Kenapa nggak bikin usaha es durenaja ya?” kata pria kelahiran Prambanan 8 Januari 1980 itu, mengenang peristiwa empat tahun lalu di saat hampir putus asa karena bisnisnya yang sedang kolaps terlilit utang hingga ratusan juta rupiah.

Maka, per 10 Oktober 2009 Yustinus dan Anne bertekad memulai usaha es durian ini menggunakan gerobak kayu dengan nama Mendem Duren (mabuk durian – Red.). Maksudnya supaya pelanggan rajin membeli produknya karena ketagihan. Dengan modal hanya Rp 7 juta dari hasil penjualan motor sang istri, tak disangka respons masyarakat luar biasa. Dalam waktu dua jam saja, dagangannya laris manis. Disediakan dua pilihan rasa es Mendem Duren, yaitu rasa susu cokelat dan susu putih dengan tiga ukuran, yaitu kids (70 gram), large (125 gram), dan jumbo (200 gram). “Bisnis ini didirikan benar-benar dari ketidaksengajaan,” ujarnya.

Yustinus tidak ingin kehilangan momentum. Memasuki 2010, Mendem Duren mulai mencari mitra alias diwaralabakan. Saat itu, ia berhasil mengembangkan jaringan hingga berjumlah 14 gerai yang terdiri dari 6 gerai milik sendiri dan 8 gerai milik mitra.

Langkah Yustinus semakin tak terbendung. Dari Desember 2011 sampai akhir 2012, perkembangan Mendem Duren semakin pesat menjadi 58 gerai. Dan per Mei 2013 sudah ada 90 gerai, yaitu 7 cabang milik sendiri, dan 83 gerai lainnya dimiliki mitranya (franchisee). Gerai Mendem Duren dapat ditemui di Yogyakarta, Bandung, Banjar (Patroman), Bintaro (Jakarta), Cikarang, Jakarta Barat, Karawang, Mojokerto, Pati, Semarang, Solo, Surabaya, Tangerang, Tasikmalaya, Tegal, Aceh, Bandarjaya, Lampung, Medan, Metro, Palembang, Balikpapan, Banjarbaru, Banjarmasin, Batulicin, Bengalon, Bontang, Loa Janan, Martapura, Nunukan, Palangkaraya, Pelaihari, Penajam, Samarinda, Sampit, Sangatta Utara, Sendawar, Tanah Grogot, Tanjung Selor, Tanjung Redeb, Tarakan, Tenggarong, Makassar, Manado, Ternate, Lombok dan Jayapura.

es mendem durenPerkembangan ini tentunya tidak lepas dari cara pemasaran masif lewat media konvensional dan media sosial. Yustinus sering menjalin kerja sama dengan majalah/tabloid waralaba nasional serta mengikuti acara kuliner atau acara waralaba nasional. “Yang terpenting adalah mendemers (sebutan untuk fans Mendem Duren) yang selalu setia memberikan kepercayaan lebih terhadap perkembangan Mendem Duren baik dalam hal produk maupun layanan kami,” katanya sambil menyebutkan untuk menjadi mitra Mendem Duren ini modal awalnya Rp 45 juta

Yustinus menjelaskan, dari semua gerainya yang tersebar di seluruh Indonesia itu, rekor balik modal (BEP) tercepat dalam tempo 1,5 bulan diraih oleh gerai Tarakan, Kalimantan Timur dan Karawang, Jawa Barat. “Untuk penjualan 50 cup/hari balik modal bisa 11 bulan, 75 cup/hari balik modal 7 bulan, dan 100 cup/hari balik modal lima bulan,” ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini.

Kini, Yustinus masih terobsesi mengembangkan bisnis Mendem Duren sampai ke mancanegara, selain ingin mengoptimalkan penjualan gerai-gerai yang sudah ada. “Kami ingin menjadikan Mendem Duren sebagai market leader produk olahan berbahan dasar durian serta menjadikannya trend-setter konsep ‘durian dalam gerobak’ yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan,” ucapnya.

Evi Syarvianti, franchisee Mendem Duren Cabang Cikarang Ja-Bar mengatakan, dirinya sudah memiliki dua kios Mendem Duren. Yang pertama berdiri sejak awal Februari 2013 dan yang kedua per April 2013. Keduanya, berlokasi di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang. Soal penjualannya, Evi menyebutkan, pada hari biasa (Senin-Jumat) bisa menjual 100-150 cup/hari. Sementara bila akhir pekan atau hari libur, bisa menjual sampai 200-300 cup/hari. “Memang lumayan cepat sih balik modalnya jika dibandingkan dengan waralaba lain, karena kan penggemarnya lebih rame,” ujarnya.

Menurutnya selama ini dukungan dari manajemen Mendem Duren sangat menolong. Ia dibekali tentang pengelolaan strategi pemasaran dan sebelum pembukaan cabang baru ada pelatihannya. “Lengkaplah, ada modul, CD segala macam untuk pelatihan karyawan. Jadi ada ongoing support-nya dan itu bagus,” ungkapnya.

Konsistensi dalam mengelola bisnis seperti ini sangatlah diperlukan. Sudah banyak cerita, bisnis yang diwaralabakan cepat booming dalam tempo singkat. Namun jika tidak dikelola dengan baik, pasti tidak berkelanjutan alias cepat menghilang di telan bumi.

Dede Suryadi dan Gustyanita Pratiwi

Riset: Dian Solihati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved