Toh, itu tak membuatnya puas. Dia berencana memperluas jangkauannya ke Indonesia. Untuk itu, Amadeus tak segan menggandeng perusahaan lokal, yakni PT Putra Jaya Trans Asia, untuk mendirikan PT Amadeus Indonesia (AI). ?Sebagai salah satu tujuan utama pariwisata Asia Pasifik, Indonesia sudah selayaknya menjadi komponen strategi Amadeus,? papar Lesmana Hartanto, Direktur AI.

Selain itu, ia menambahkan, potensi pasar pariwisata Indonesia sangat menjanjikan. Itu bisa dilihat dari semakin bertumbuhnya maskapai penerbangan dan agen perjalanan. Dari sisi peluang bisnis, berdasarkan data yang dikeluarkan Pacific Asia Tourism Forecasts, Indonesia termasuk negara tujuan pariwisata terbesar ke-7 di kawasan Asia Pasifik. Posisi ini lebih tinggi ketimbang beberapa negara besar lainnya, termasuk Australia, Jepang, India dan Korea.

Tak heran, Amadeus berani membenamkan dana sebesar US$ 1,8 juta tahun ini guna menggarap pasar gemuk bisnis pariwisata Indonesia. Dana sebesar itu, menurut Lesmana, akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur mulai dari perkantoran, SDM, sampai customer invest di hardware dan infrastruktur (PC terminal, printer tiket, dan sebagainya). Selain di Jakarta dan Surabaya, dalam tahun ini juga akan dibuka kantor cabang baru Amadeus di Medan, Bandung, Denpasar dan Semarang. Dalam beberapa tahun ke depan, investasi Amadeus akan terus ditingkatkan sampai US$ 4?5 juta.

Lesmana yakin, dengan segala persiapannya itu, Amadeus mampu berkompetisi secara sehat dengan para pendahulunya, seperti Abacus dan Galileo. Caranya? ?Amadeus akan memanfaatkan peluang yang selama ini belum tergarap maksimal oleh pesaing,? jawabnya. Misalnya, menyediakan infrastruktur yang didukung teknologi dan layanan bagi agen perjalanan, maskapai penerbangan dan perusahaan. Mereka kebanyakan belum memiliki dukungan kuat di berbagai lokasi, termasuk Jakarta. ?Kami berkeinginan meningkatkan pangsa pasar melalui penyediaan solusi teknologi dan layanan terbaik di kelasnya di Indonesia,? Lesmana menegaskan.

Hanya saja, dikatakan oleh pengamat bisnis travel Meiti Robot, hegemoni Abacus yang sudah belasan tahun bercokol di bidang ini tak akan tergangu. Alasannya sederhana saja. Abacus dan Amadeus memiliki keunggulan sendiri yang dibanggakan user-nya. ?Di tingkat internasional keduanya terkenal memiliki segmen pasar dan kekhasan layanan yang berbeda,? Meiti menjelaskan. ?Kompetisi dan pergeseran pasar pasti ada, tapi tidak sampai mengganggu yang lain,? tambah Wakil Ketua Masyarakat Pariwisata dan pelaku bisnis travel itu serius.

Justru, ditegaskan Meiti, tatangan bagi Amadeus adalah bagaimana meyakinkan user agar mau memakai jasa yang ditawarkannya. Aspek terpenting yang harus diperhatikan Amadeus, lanjutnya, harga dan layanan yang ditawarkan kepada konsumen, serta stratregi agar cepat dikenali user.

Lesmana tak menampik pendapat Meiti. Namun, dia tetap yakin akan keunggulan layanan yang ditawarkan Amadeus dibanding pesaingnya. Di Tanah Air Amadeus menawarkan sejumlah layanan, yang diklaim Lesmana, lebih advance dibanding pemain lain, antra lain, e-Travel — solusi teknologi perjalanan online dan manajemen perjalanan korporat. Amadeus juga menyediakan layanan sistem penjualan dan pemesanan bagi maskapai penerbangan. Lalu, melalui Customer Management Solution, Amadeus menawarkan Altea Plan (sistem manajemen inventori) dan Altea Fly (sistem pengawasan keberangkatan).

Lesmana menegaskan, melalui GDS yang menjadi kekuatannya, Amadeus siap melayani kebutuhan pemasaran, penjualan dan distribusi di industri travel. Melalui GDS pula, para agen perjalanan dan maskapai penerbangan dapat memesan lebih dari 95% kursi penerbangan terencana (scheduled airlines seat) dan menyediakan akses ke berbagai hotel. Meski demikian, Amadeus nampaknya tak mau pasang target muluk pada tahun pertama kehadirannya di Indonesia. Perusahaan ini cuma menargetkan bisa mengantongi 5% pangsa pasar, dan diharapkan bisa meningkat tiga kali lipat pada 2005.