Listed Articles

Binatu Pilihan Keluarga Kerajaan

Oleh Admin
Binatu Pilihan Keluarga Kerajaan

Usai halal-bihalal, ketika baju-baju bagus selesai dikenakan, giliran Jeeves of Belgravia kebanjiran order. Para pemilik baju-baju mahal itu pasti tidak akan merelakan pakaiannya dicuci sembarang binatu. Mereka akan memercayakannya pada Jeeves, terutama untuk pakaian berbahan kulit halus atau sutra bermanik permata.

Mengapa Jeeves? ?Rasanya tidak ada binatu lain yang bisa mencuci dengan kesempurnaan tinggi. Jeeves memperhatikan betul pakaian yang dicucinya,? ujar Martini, pemilik perusahaan periklanan yang jadi pelanggan tetapnya. Menurut Martini, dengan ketelitian dan kerapian yang dijaga Jeeves, berapa pun tarifnya jadi tidak terlalu mahal.

Tarif Jeeves memang di atas rata-rata. Biaya mencuci sepotong jaket kulit, misalnya, sekitar Rp 500 ribu. Sementara untuk membersihkan sepasang sepatu sandal kanvas, konsumen setidaknya harus mengeluarkan Rp 140 ribu. Adapun rata-rata biaya laundry dan dry clean, paling tidak Rp 100-200 ribu. ?Jeeves memang identik dengan tempat laundry dan dry clean busana-busana berkualitas,? lanjut Martini yang melihat banyak perancang busana ternama sering datang ke sana.

Sejak awal diluncurkan pada 1967 di London, Inggris, Jeeves memang sudah diposisikan sebagai binatu kelas atas, yang dikenal dengan slogan ?The Most Exclusive Clothes Care Service In The World?. Pendirinya adalah Sydney Jacob, wanita asal London yang semenjak muda bergelut di dunia fashion dan senang merawat baju-bajunya.

Di Indonesia, Jeeves dikelola tiga pengusaha lokal. Salah satunya, Marcus Taslim, General Manager Jeeves Indonesia. Menurut Marcus, Jeeves dibawanya ke Indonesia tahun 1995. Ketika itu, ia melihat belum ada satu pun binatu di Indonesia yang memenuhi kriteria standar internasional dalam hal kualitas. Maka, ketika singgah di London, Marcus dkk. melihat peluang bisnis di bidang laundry. Ia menemukan tempat perawatan busana, Jeeves International Ltd., yang pelanggannya terdiri dari Keluarga Kerajaan. Setelah mencari tahu dan melakukan pendekatan ke pihak Jeeves International, barulah dua tahun kemudian, lamarannya menjadi franchisee bagi Jeeves International diterima.

Marcus yang mendapatkan hak waralaba selama 99 tahun enggan menyebutkan harga master franchisee yang diperolehnya dari perusahaan keluarga di London tersebut. Menurut dia, yang pasti, tidak mudah baginya memperoleh hak waralaba itu. Pasalnya, sang prinsipal ingin tahu lebih dulu komitmen dan keseriusan franchisee-nya untuk sukses. Setidaknya sebagai franchisee, ia harus tahu benar target pelanggan yang dituju.

Sebab, Jeeves menjanjikan pola perawatan dry clean yang lebih detail ketimbang sekadar mencuci serta mengutamakan sentuhan layanan yang lebih pribadi, sehingga persyaratannya pun lebih rumit. Setidaknya, dikatakan Marcus, fasilitas dan layanannya harus terbukti. “Jeeves mengutamakan orang-orang yang betul-betul peduli dan selalu ingin tampil baik. Yakni, mereka yang berada di level kelas A,” ujarnya sambil mencontohkan konsumen Jeeves yang rata-rata dari kalangan atas, seperti Krisdayanti, Titi D.J., Thomas Jorgie, Billy J. Budiarjo, dan sejumlah perancang busana lainnya.

Pelanggan Jeeves kini tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, tak jarang pelanggan datang dari Singapura. “Biasanya mereka orang-orang wedding — desainer pesta pernikahan,” kata Marcus.

Dengan melihat pelanggannya yang berjibun saat ini, tiada yang menduga bahwa awalnya, sekitar dua tahun pertama (1995-97), Jeeves mati-matian mendobrak pasar. Marcus rajin memperkenalkan usahanya kepada kalangan tertentu dengan berpromosi dari mulut ke mulut (word of mouth). Dari ketekunannya mengembangkan usaha, berawal dari gerai pertama di kawasan Hanglekir, Jakarta Selatan, kini Jeeves berkembang menjadi 8 gerai di Jakarta, antara lain di Kemang dan Sunter. Semua gerai itu tersentralisasi di Cipinang Jaya, Jakarta Timur — sebagai Central Processing Unit (CPU).

Jadi, baju-baju kotor itu langsung dibawa ke CPU. Di sana, barang langsung diperiksa di divisi pengecekan, setelah itu ke divisi spotting — pendeteksi noda. Setelah noda ditemukan, langsung dibersihkan dengan tangan, baru kemudian masuk ke mesin pencuci. Proses dry clean lebih rumit lagi. Setelah dicek kotorannya, dibawa ke spotting, lantas masuk ke divisi pembersihan dengan solvent (cairan). Setelah melalui proses penguapan dan pendinginan di refrigerator, barulah masuk ke mesin dry clean. Setelah itu, dilakukan proses recolour, agar pakaian kembali seperti semula.

Jeeves sempat terpukul ketika krismon mendera tahun 1997-98. Namun, rupanya masa suram tak berlangsung lama. Justru krismon membawa berkah buat dia. Pasalnya, kalangan atas yang biasanya rajin berbelanja ke luar negeri, terpaksa menahan diri. Para pemburu barang bermerek di level segmen premium ini mulai menyadari barang-barang impornya mahal dan amat berharga, sehingga mereka mulai membutuhkan binatu yang bisa merawat baju-baju itu. “Padahal, waktu itu kami menaikkan tarif pencucian hingga empat kali lipat,” ujar Marcus yang mengakui sejak krismon nama Jeeves justru melambung.

Dengan harga mahal, tentu harus ada komitmen yang lebih serius, terutama dalam hal penggunaan bahan baku dan teknologi. Dalam hal ini, diakui Marcus, bahan baku seperti deterjen dan solvent impor memang tak berbeda dari beberapa binatu lain. Namun, proses dry clean di Jeeves agak berbeda dari yang lain. Setidaknya, mesin pemrosesan baju di sini menggunakan mesin-mesin yang lebih canggih, merek Bowe buatan Jerman.

Dalam proses dry clean, misalnya, Jeeves menggunakan bahan baku seperti perchloro-etylene (solvent) yang bisa jadi sama dengan pemain lain. Namun, laundry lain hanya melakukan pemprosesan dry clean dengan medium solvent hanya satu kali loading — istilah penggilingan di laundry. Adapun Jeeves memiliki sistem distilasi (daur ulang). Cairan kotoran bekas pencucian bisa langsung dijernihkan dengan sistem distilasi, dipanaskan dengan titik didih hingga 140 derajat Celcius. Ketika terjadi penguapan, kotoran-kotoran yang tersisa langsung mengendap di permukaan mesin uap dan bermuara ke wadah penampung kotoran. Dari situ, solvent yang telah didaur ulang langsung didinginkan dalam mesin refrigator. Teknik seperti ini, diyakini Marcus, tidak dimiliki pemain lain di Indonesia.

Selain teknologi dan bahan baku, Jeeves juga memiliki sumber daya manusia yang terampil. Menurutnya, SDM harus diperlakukan manusiawi. Respek terhadap SDM diwujudkan dalam bentuk sistem kerja yang familiar dan peningkatan keahlian di bidang masing-masing. Di antaranya, mengikuti pelatihan dan seminar seputar masalah pakaian. Bahkan, tak jarang yang diberangkatkan ke luar negeri seperti Hong Kong dan Amerika Serikat.

Diakui Theresia, Manajer Cabang Jeeves Hanglekir, tak sedikit karyawan yang dibekali pendidikan dan diikutsertakan dalam seminar, studi banding ke luar negeri atau kegiatan outbound yang berhubungan dengan peningkatan mutu kerja. Setidaknya diharapkan, dengan sejumlah pendidikan yang disesuaikan dengan bidang pekerjaan, karyawan dapat meningkatkan prestasi untuk jenjang karier berikutnya.

Theresia misalnya, tak jarang dibekali pendidikan etika melayani pelanggan atau kepemimpinan. Pun semua karyawan di Jeeves diberi pengetahuan tentang perawatan baju dengan berbagai pernik masalah di dalamnya. Seperti mengenal jenis bahan/tipe bahan dasar dan menganalisis berbagai jenis noda. Dampaknya, dengan pengetahuan yang diperoleh semasa pelatihan, otomatis karyawan khususnya di valet shop/gerai yang berhubungan langsung dengan konsumen, dapat memberi analisis yang tepat kepada konsumen.

Dalam menangani jenis busana berbahan kulit, menurut Theresia, permasalahan yang timbul lebih kompleks. Maka, ada surat pernyataan yang harus ditandatangani pemilik baju berbahan dasar kulit, guna menghindari terjadinya komplain setelah pencucian. Maklum, jaket kulit misalnya, akan terlihat ada cacatnya setelah dicuci. Maka, sebelum order diterima, dibuat perjanjian.

Perawatan jaket kulit di Jeeves melalui proses dry clean terlebih dulu. Jeeves memiliki bahan aditif yang membuat jaket kulit tak mengering ketika selesai dicuci. Unsur kimiawi dari bahan itulah yang membuat jaket tidak mengering, tapi tetap lembut seperti aslinya. Setelah pencucian ini, biasanya kulit kembali ke warna asal. Jeeves memberikan satu sentuhan recolour agar jaket kulit kembali seperti semula.

Selain menerima pencucian baju kulit, sejak 2001 Jeeves membangun diversifikasi usaha dalam pencucian equipment –peralatan rumah tangga seperti sofa — dan baju berbahan dasar kulit. Jeeves juga menawarkan pencucian bantal bulu angsa dan bedcover. Untuk membersihkan dan merawatnya, Jeeves memberi sentuhan sinar ultraviolet/ozon.

Kini setiap hari rata-rata Jeeves menerima sekitar 1.000 potong pakaian dari berbagai gerai. Yang terbanyak biasanya datang dari gerai Hanglekir, yakni 100-200 potong. Diakui Theresia, pelanggan Hanglekir umumnya mereka yang mengenal Jeeves lebih dari tiga tahun, sehingga tanpa diantar sendiri pun, Jeeves kenal siapa pelanggannya. ?Ini yang membuat konsumen percaya dan setia mencuci bajunya ke sini,? ujarnya. “Selama 7 tahun di Jeeves, saya mengenal karakter pelanggan yang unik dan beragam,” katanya lagi.

Agar tetap eksis di pasar, tak sedikit aktivitas below the line yang dilakukan Jeeves. Di antaranya, terlibat dalam forum atau seminar seputar fashion dan perawatannya. Tak jarang Marcus menjadi pembicara di depan para peserta seminar yang terdiri dari para pengusaha fashion, garmen dan toko-toko pakaian yang tersebar di seluruh Indonesia.

Marcus menjelaskan, ia tidak akan berhenti sampai di sini. Jeeves memiliki sejumlah rencana ke depan. Antara lain, melakukan exposure lebih baik lagi, mengupayakan agar delivery lebih mudah dan mengembangkan gerai. Jeeves akan terus berekspansi dan berkreasi. Walaupun kini Jeeves menari sendirian, tanpa pesaing berarti, Marcus tetap bertekad melindunginya agar tidak terganggu kompetitor yang rajin berekspansi.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved