Rencananya, kapasitas pengeboran tersebut akan ditambah lagi hingga 432 ribu meter pada tahun depan. “Program perluasan pengeboran ini sejalan dengan strategi bisnis kami untuk meningkatkan kapasitas produksi batubara. Selain itu, juga meningkatkan persediaan cadangan untuk memenuhi permintaan jangka panjang,” ujar Ari S. Hudaya, Presdir BR. Ditargetkan, pada akhir 2007 produksi KPC bisa mencapai 50 juta ton batubara per tahun.

Dijelaskan Ari, guna mendukung upaya tersebut, pihaknya telah menambah peralatan dengan membeli alat bor baru Dando. Juga, BR menerapkan sistem aplus baru untuk karyawan dengan tujuan meningkatkan waktu operasional alat pengeboran sebanyak 50%.

Untuk program perluasan pengeboran ini, lanjut Ari, anggarannya akan dinaikkan hingga tiga kali lipat, dari US$ 1,2 juta menjadi US$ 4,8 juta. Hingga saat ini, baru 40% luas wilayah kontrak karya tambang KPC yang telah dieksplorasi. Sampai dengan Juni lalu, 850 lubang telah dibor dan menembus lapisan batubara dengan ketebalan hingga 3 meter. Menurut Ari, saat ini alat pengeborannya berada di wilayah Pinang Utara yang sangat prospektif, karena memiliki potensi kandungan batubara berkualitas tinggi tipe Prima dan Pinang (berbobot bahan bakar antara 6700-7100 kcal). Harga spot untuk batubara jenis ini antara US$ 60-65/ton.

Tingginya permintaan batubara di pasar dunia dan perkiraaan harga pasar yang tinggi, setidaknya selama tiga tahun ke depan, BR diperkirakan bisa meraih laba bersih setelah pajak sebesar US$ 137,7 juta pada akhir tahun ini. Sampai akhir tahun, total kapasitas produksi BR (termasuk PT Arutmin Indonesia dan KPC) diproyeksikan bisa 40 juta ton dan mencapai target produksi total tahunan 70 juta ton pada akhir 2007.