Listed Articles

Cara Pengembangan UMKM a la Carrefour

Cara Pengembangan UMKM a la Carrefour

Sejak Carrefour membuka gerai pertamanya di tahun 1998 di Indonesia, mereka berkeinginan untuk merangkul UMKM karena memang 90% produknya adalah produk lokal. Produk dalam negeri tersebut 70% berasal dari UMKM, jadi mau tidak mau mereka harus terlibat dalam pengembangan UMKM di Indonesia.

Sampai saat ini tercatat 4000 supplier Carrefour yang merupakan UMKM. Karena sumbangan produk UMKM terhadap total penjualan produk Carrefour tidak bisa dianggap remeh, sejak dua tahun lalu Carrefour berkomitmen untuk tumbuh bersama dengan UMKM binaan mereka. Tidak main-main, Carrefour sudah memiliki konsep program pengembangan UMKM yang kuat untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan para pemasok barang tersebut.

SWA mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Adji Srihandoyo (AS) dan Hendrik Adrainto (HA), Corporate Affairs Director dan Head of External Communications and Corporate Social Responsibiliy Carrefour Indonesia, mengenai upaya pengembangan UMKM ala Carrefour Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana awal mula terbentuk inisiatif Carrefour untuk turut mengembangkan bisnis UKM?

HA: Ada empat pilar CSR di Carrefour yaitu pendidikan, pengembangan UMKM, environment supporting (pengembangan pada lingkungan secara berkesinambungan), dan bantuan yang sifatnya insidentil. Empat pilar ini menaungi terhadap kegiatan CSR Carrefour. Pengembangan UMKM ada karena sejalan dengan bisnis Carrefour. Hampir 80% bisnis Carrefour adalah makanan yang kebanyakan berasal dari UMKM sehingga sudah menjadi kewajiban Carrefour untuk membina UMKM. Dari sekitar 4000 supplier di Carrefour, hampir 70% merupakan UMKM. Adapun kegiatan pada pilar pengembangan UMKM dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pengembangan non-supplier, potential supplier, dan existing supplier. Pada setiap UMKM yang tergabung dalam tiga tahapan tersebut diberikan empat inisiatif, yaitu pemberian akses pasar, pemberian akses promosi, capacity buliding, dan pelaporan yang berkesinambungan.

Seperti apa pembinaan pengembangan kapasitas yang dilakukan Carrefour?

Program capacity building sendiri diluncurkan pada bulan Mei 2012 bersama Menteri Koperasi dan UKM. Pada UMKM yang masih non-supplier kami berikan fasilitas akses pasar dan promosi melalui program Bazaar Rakyat. Biasanya UMKM non-supplier ini terletak di sekitar Carrefour. Di program Bazaar Rakyat peserta UMKM diberikan kesempatan untuk berjualan di pelataran parkir Carrefour selama satu minggu sampai sepuluh hari. Jika pada tahap non-supplier ada yang menonjol maka UMKM tersebut bisa menjadi potential supplier dengan syarat penjualannya bagus dan produknya memang dibutuhkan pasar. Kepada peserta yang menjadi calon supplier kami berikan capacity building melalui pemberian pengetahuan seperti sistem pembayaran yang sesuai standar Carrefour, serta pengelolaan bisnis dan keuangan. Kemudian untuk para existing supplier kami uji dengan menaruh produk mereka pada Pojok Rakyat dan kami menggunakan empat pilar CSR kami tersebut untuk menilai kesiapan para supplier bagi Carrefour. Memang bagi para existing supplier kami perlu menaruh perhatian untuk meningkatkan kapasitas mereka dan kami bekerjasama dengan tujuh universitas di tujuh kota yaitu di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar untuk program capacity building ini. Setiap universitas ini memiliki program pengabdian masyarakat dan kami yang menyediakan biaya. Dan kebetulan di tujuh kota tersebut terdapat Pojok Rakyat di setiap outletnya. Di program capacity building kami tidak hanya melakukan bimbingan teknis tetapi juga pembinaan mental bisnis. Penelitian yang dilakukan tujuh universtas di tujuh kota tersebut pun menunjukkan kelemahan UMKM terletak pada mental bisnis. Umumnya yang tidak bertahan adalah yang tidak dapat memenuhi jumlah pesanan yang kami minta.

Kapan dimulainya program Bazaar Rakyat dan Pojok Rakyat?

AS: Kami meluncurkan program-program tersebut pada pertengahan quarter kedua tahun 2010 tepatnya di bulan Juni. Pertama kali kami luncurkan di outlet Carrefour Lebak Bulus dan sampai sekarang sudah teradapat di 14 outlet yang tersebar di tujuh kota itu. Jumlah dari Pojok Rakyat di outlet Carrefour akan terus kita tambah karena itu bagian dari promosi juga. Dukungan pemerintah besar sekali terhadap program Pojok Rakyat, terbukti Menteri Koperasi dan UKM selalu hadir pada acara peresmian Pojok Rakyat di outlet kami.

Apa kriteria dan mekanisme bagi UMKM untuk bermitra dengan Carrefour?

HA: Untuk program pengembangan UMKM ini kami bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kelautan. UMKM binaan tiga Kementerian tersebut diseleksi melalui dinas Kementerian per daerah untuk kemudian diajukan ke Carrefour. Kemudian data tersebut kami teliti lagi untuk melihat apakah produk-produk yang ditawarkan UMKM sesuai dengan permintaan store Carrefour setempat, karena memang lain-lain kebutuhannya. Tentunya juga kami melihat apakah produk tersebut sesuai kebutuhan pasar. Tim merchandise kami memiliki beberapa kriteria, misalnya minimal sudah dua tahun berjalan dan produknya secara kuantitas dan kualitas dapat diterima oleh pasar. Adapun private label Carrefour merupakan salah satu bentuk dukungan kami terhadap UMKM binaan tiga Kementerian yang cocok dengan kebutuhan kami. Dengan brand image kami yang sudah kuat, kami membantu produk-produk UMKM yang tidak memiliki kelebihan tersebut. Keuntungan bagi UMKM dari kerjasama melalui private label tersebut adalah harganya murah yaitu sekitar 30% dari national brand, mereka tidak perlu melakukan promosi, kemudian kami pun memberikan pengetahuan tentang packaging (proses pencantuman label halal, pencatuman bahan dasar, pencantuman tanggal kadaluarsa, persetujuan BPOM).

Seberapa sering program capacity building Carrefour dijalankan?

HA: Untuk tahun ini setiap bulan ada. Tahun ini pilot project dimulai di bulan Januari di tiga kota, di Jakarta (UI), Bandung (UNPAR), dan Surabaya (UNAIR). Tahun depan kita akan memulai second pilot project dengan empat universitas yaitu Medan (USU), Palembang (UNSRI), Yogyakarta (UGM), dan Makassar (UNHAS). Jadi bukan program setahun tetapi setiap bulan berkesinambungan. Di setiap universitas dilakukan pendampingan. Dari pihak Carrefour diwakili Yayasan Sahabat Cipta sebagai implementor bekerjasama dengan universitas melakukan pendampingan selama setahun. Dalam sebuah acara pendampingan di universitas kita membagi pengalaman dan pengetahuan mengenai cara berbisnis dengan Carrefour dan kita juga mengundang UMKM yang kita anggap berhasil untuk menyemangati peserta acara. Selain itu kami juga mengundang pihak Kementerian Koperasi dan UKM untuk memberikan pengetahuan mengenai perijinan misalnya. Tujuan dari capacity building ini nantinya adalah pembentukan forum UMKM di setiap daerah. Forum ini akan menjadi sarana sosialisasi UMKM binaan dinas dan universitas setempat untuk berkembang. Setiap dinas Kementerian di daerah mensyaratkan untuk mendirikan hypermarket baru harus merangkul dan membina UMKM sebesar minimal 20% dari total produk. Carrefour selalu menargetkan di atas persyaratan yang diajukan pemerintah.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved