Listed Articles

e-Learning US$ Jutaan Bank Mandiri, Efektifkah?

Oleh Admin
e-Learning US$ Jutaan Bank Mandiri, Efektifkah?

Hajatan bank pelat merah meningkatkan kompetensi karyawannya ini nampaknya tak tanggung-tanggung, hingga mereka merasa perlu menggandeng beberapa konsultan ternama. Antara lain: Intralearn Asia Singapura dan The Boston Group USA sebagai penyedia learning management system. PT Mitra Integrasi Komputindo untuk hosting fasilitas e-learning. Hewitt Associates dan Knowledge Platform Singapura sebagai penyedia jasa change management dan learning content. Implementasinya sendiri memakan waktu sekitar 6 bulan — Mei-Oktober 2003.

Tidak ada angka pasti berapa investasi yang dibenamkan BM di sini. Menurut kabar yang terdengar SWA, sedikitnya untuk keperluan ini BM telah menghabiskan dana US$ 7 juta.

Kalau benar dana yang dianggarkan sebesar US$ 7 juta, berarti pertaruhan yang tidak murah. Sebab, Dow Chemical saja, yang punya sistem e-learning yang dinilai salah satu yang terbaik di dunia, hanya menghabiskan dana US$ 1,3 juta untuk membangunnya, tapi diperkirakan sudah mampu memberikan benefit senilai US$ 30 juta.

Yang pasti, peluncuran layanan terbaru ini, menurut manajemen BM, sebagai langkah lanjutan dari program eMAS (electronic Mandiri Advance System) yang sudah lebih dulu diimplementasi oleh perusahaan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai, guna menjawab tuntutan dan keinginan manajemen terhadap pedoman No Delay dan No Error sebagai bagian dari budaya perusahaan.

Menurut Nimrod Sitorus, Direktur Sekretaris Korporat BM, melalui program e-learning ini seluruh pegawai di lingkungan BM diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan. Lebih dari itu, mereka juga pada akhirnya dapat meningkatkan standar pelayanan, kemampuan teknis, sekaligus produktivitas.

Cara menggoperasionalkan e-learning tak terlalu sulit. Karyawan tinggal mengklik ke alamat situs BM (www.bankmandiri.co.id). Selanjutnya masuk ke program e-learning. Tentu, masing-masing karyawan dibekali nomor ID dan password khusus. Karyawan bisa memilih modul yang dibutuhkan, menyangkut berbagai hal tentang perbankan dan keuangan.

Pada saat membuka modul, baik lewat Internet maupun CD, karyawan diberi semacam tes kemampuan dari materi yang akan diberikan. Dari tes itu dapat diketahui tingkat kemampuan atau pemahaman karyawan yang bersangkutan terhadap materi tadi. Dengan demikian, e-learning secara otomatis menyesuaikan pemberian materi dengan tingkat pemahaman karyawan yang bersangkutan. Menariknya, sistem penyampaian materi bisa dipilih sesuai dengan keinginan, bisa dalam bentuk simulasi gambar, teks atau suara. Kendati fasilitas ini resmi diluncurkan sejak 15 Oktober lalu, praktiknya tidak semua karyawan bisa langsung mengaksesnya melalui Internet. Maklum, sebagian karyawan yang berada di daerah umumnya belum terkoneksi ke jaringan Internet. Sebagai gantinya, proses e-learning ini sebagian dilakukan secara offline. Karyawan yang belum terkoneksi ke Internet diminta menghubungi Training Center BM pusat. Selanjutnya, mereka dikirimi CD melalui pos atau petugas khusus ke alamat kantor BM di daerah.

Menurut salah satu konsultannya, Alfonso Tambunan, Manajer Pengembangan Bisnis PT Mitra Integrasi Komputindo, salah satu keunggulan e-learning terletak pada sisi keandalan software-nya. Namun, ia tidak menyangkal bila beberapa perusahaan di luar negeri sudah banyak yang menggunakan software serupa.

Hanny Santoso, Direktur Pusat Pengembangan Produk BiNus — SBU BiNus di bidang e-Learning consulting dan content development — menilai layanan e-learning yang disediakan BM tidak ubahnya layanan sejenis di perusahaan seperti Cisco, Motorola, Microsoft, GE dan sebagainya. Yang menjadi perhatiannya, konten apa saja yang terkandung di dalamnya: apakah memuat basic skill operasional sehari-hari (misalnya: cara CSO atau teller bekerja), atau hanya general knowledge (pengetahuan tentang perbankan secara umum).

Hanny berpendapat, apa pun isi kontennya, harus diperlakukan berbeda karena tujuannya pasti berbeda. Metode penyajian, perancangan, hingga porsi (pembobotan) evaluasi di sini berperan penting. Maklum, setiap media dan perangkat memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. ?Karenanya, di sini dibutuhkan instructional designer dan educational technologist,? ujarnya. Dalam pandangan Hanny, keduanya merupakan profesi standar di bidang e-learning, yang tak hanya mengerti unsur teknologinya (teknologi e-learning dan multimedia),tetapi juga menguasai teknik mendesain kurikulum dan konten yang baik, serta pemilihan teknologi yang benar-benar efektif.

Mengacu ke perusahaan asing yang sukses menerapkan e-learning, menurut Hanny, sebenarnya banyak manfaat yang bisa dipetik BM. Cisco misalnya, mampu memperoleh efisiensi biaya operasional berkat adanya pemangkasan biaya pelatihan. Sebab, para staf Cisco tidak perlu lagi bepergian untuk kebutuhan knowledge update. ?Tidaklah heran, semua siswa yang ingin mengambil sertifikasi Cisco di seluruh dunia pun melakukan tesnya secara online,? tuturnya.

Dijelaskan Hanny, e-learning sangat terkait dengan sebuah perubahan. Seperti pada umumnya, di BM juga akan menghadapi retensi dan tantangan yang tidak sedikit. Hanny menghawatirkan bila ternyata sistem e-learning BM tidak didesain secara baik oleh instructional designer yang berpengalaman. ?Akan berimplikasi terhadap kurangnya atensi karyawan yang mengikuti program itu,? ujarnya.

Kekhawatiran Hanny lainnya, tampaknya yang membuat konten justru dari luar negeri. Hanny khawatir jangan-jangan instructional designer tidak mengetahui kondisi lokal dan budaya staf BM. ?Harap diingat, e-learning bukan sekadar memindahkan media belajar,? katanya mengingatkan.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved