Listed Articles

G7 Cari 'Jalan Keluar' Masalah Ekonomi Global

G7 Cari 'Jalan Keluar' Masalah Ekonomi Global

Kelompok negara maju G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Jerman, Prancis, Italia dan Inggris, mengkhawatirkan risiko pertumbuhan global yang mengarah ke mimpi buruk. Karena itu, mereka sepakat untuk menjaga kebijakan moneter, konsolidasi fiskal di negara-negara yang memungkinkan pelaksanaan reformasi struktural.

Menteri keuangan dan gubernur bank sentral di tujuh negara tersebut sempat bertemu di pelabuhan Marseilles, Prancis, untuk mambahas tindakan yang ahrus dilakukan untuk menopang ekonomi global yang melambat. “Isu utama adalah perlambatan ekonomi global dan cara terbaik untuk mengatasi hal tersebut,” ujar ‘pihak internal’ yang tidak disebutkan namanya oleh Reuters. Pihak G7 juga mengindikasikan ekonomi global telah memasuki periode paling kacau sejak ambruknya Lehman Brothers.

Selain itu, G7 juga menuoroti risiko resesi, termasuk dalam lingkup teknis, yang dipandang dari ‘kontraksi’ di dua kuartal berturut-turut. Peristiwa itu terjadi karena faktor temporer seperti harga minyak tinggi dan diperparah dengan krisis utang maupun ketidakpastian ekonomi akibat perdebatan batas utang AS. Ini menjadi pukulan besar bagi kepercayaan diri AS, ujar sumber yang dikutip oleh Reuters. “Akan ada indikasi bahwa kebijakan moneter tetap akomodatif dan terciptanya konsolidasi diskal. Namun, di beberapa negara yang pertumbuhan ekonominya berjalan lambat, kebijakan itu untuk jangka pendek.”

Diskusi kebijakan moneter yang akomodatif mencakup isu-isu seperti pelonggaran kuantitatif. Sayangnya, tidak ada informasi yang dikeluarkan secara resmi oleh pihak G7. Meskipun, dikabarkan konsolidasi fiskal untuk tahun 2013, 2014 dan 2015. Di sisi lain, Italia diperkirakan menghadapi tekanan untuk melaksanakan reformasi struktural untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Mereka harus mengurangi kekhawtiran pasar dan membayar utang publik sebesar 120% dari PDB.

Krisis utang di zona euro juga akan menjadi topik panas di G7 karena menjadi alasan utama penurunan kepercayaan investor. Meskipun sebenarnya, hampir tidak mungkin negara-negara di zona euro dapat ditekan untuk melakukan lebih dari kesepakatan yang sudah ada. “Suasana saat ini bukanlah saat yang tepat untuk saling menyalahkan. Namun, kami mencari tahu apa yang bisa kami lakukan bersama terhadap isu yang semakin lama semakin rumit.”

G7 juga menekankan keberadaan ‘rotasi pertumbuhan’ yang berarti, saat pertumbuhan ekonomi negara maju melambat, maka negara berkembang seperti Cina dan negara di kawasan Asia lainnya dapat ‘mengambil alih’ posisi pemegang kekuasaan ekonomi dunia. Dalam konteks ini, G7 mungkin meminta pelaku ekonomi dengan nilai transaksi surplus untuk meningkatkan permintaan domestik dan memungkinkan perubahan nilai tukar.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved