Listed Articles

Gebrakan Angky Menjelang Ultah Sampoerna

Oleh Admin
Gebrakan Angky Menjelang Ultah Sampoerna

Namun, jika Anda lewat di sana pada 27 Agustus nanti, Anda tak bisa lagi menemukan karyawan dengan seragam seperti itu. Maklum, menjelang ulang tahunnya yang ke-90, Sampoerna berencana mengubah total warna seragam karyawannya. Seragam karyawan harian, baik kemeja maupun celananya, diganti warna cokelat muda, mirip seragam inlander di zaman Belanda. Sebelumnya, warna kemejanya cokelat tua dengan kerah hitam dan celana hitam. Untuk karyawan borongan, warna kausnya akan berubah menjadi gabungan merah dan putih plus rompi hitam dengan celana panjang katun warna hitam.

Di mata Kepala Pengembangan SDM Sampoerna Yos Ginting, seragam memiliki nilai penting. Pertama, wujud kepedulian Sampoerna terhadap pengadaan sandang karyawan, agar tenaga dan pikiran karyawan lebih fokus ke pekerjaan. Dengan kata lain, karyawan tidak lagi memikirkan soal baju kerja. Kedua, kesamaan warna, desain dan model, dinilai dapat membentuk perilaku karyawan. Nantinya diharapkan, di antara karyawan terbina sikap saling menjaga dan terajut rasa persatuan (sense of unity) yang mendalam, juga kebanggaan terhadap perusahaan (sense of pride in company).

Ketiga, penggunaan seragam dapat memberikan citra positif bagi Sampoerna, karena pakaian yang dikenakan karyawan sesuai dengan kaidah moral dan sopan santun. Ginting mengakui, “Kaitannya dengan motivasi kerja memang tidak ada. Kami menganggap motivasi kerja bukan terbentuk dari seragam, melainkan dari diri karyawan yang bersangkutan.”

Benarkah pembaruan itu semata-mata menyambut ulang tahun Sampoerna? Menurut sumber yang dapat dipercaya, penggantian seragam tak lepas dari keberadaan Angky Camaro yang bergabung di Sampoerna sejak 2002 sebagai Direktur Pengelola Unit Indonesian Cigarette Business. Sebagai pejabat baru, mantan eksekutif Indomobil itu ingin membuat gebrakan yang signifikan dan bernilai sejarah. Gebrakan yang bisa langsung diketahui publik, menurut sumber SWA yang tak bersedia disebutkan jati dirinya ini, adalah penetapan seragam baru.

Gebrakan Angky lainnya, berkaitan dengan internal perusahaan, yakni membongkar- pasang orang-orang tertentu di level manajer secara besar-besaran. Terlebih, Sampoerna kelimpahan karyawan dari Global Enterprises, anak perusahaan yang menangani masalah internasional, yang dilikuidasi beberapa waktu lalu lantaran terlalu membebani. “Angky ingin mengguratkan tinta emas dalam sejarah Sampoerna,” ujar sumber tadi.

Masalahnya, mengubah seragam tak sesederhana kelihatannya. Soalnya, tiap tahun Sampoerna mempunyai program pengadaan seragam karyawan dengan anggaran tak kurang dari Rp 30 miliar (untuk seluruh Indonesia). Secara reguler, setiap karyawan memperoleh jatah masing-masing satu setel seragam, yang biasanya diserahkan pada April dan Agustus. Hanya saja, khusus tahun 2003, penyerahannya dilakukan bersamaan, yaitu akhir Juli ini. Otomatis, masing-masing karyawan memperoleh dua setel.

Proses pembuatan seragam pun tak dilakukan asal-asalan. Di dalamnya menyangkut standard of procedure yang meliputi: peluncuran undangan kepada para penjahit dengan menggunakan sistem penunjukan, pengukuran, penjahitan dan penyerahan seragam. Untuk pengerjaan seragam tahun ini, prosesnya dimulai sejak akhir Mei lalu. Sebanyak 7 penjahit asal Surabaya pun diundang, yakni Tree Star, Dinamis, Kong Bin, Rakhmat, Adi Citra, Lilik dan Agastra. Di sesi ini, tiap penjahit diminta memaparkan model, desain, bahan baku yang dibutuhkan dan harga penawaran.

Singkat cerita, dicapai kesepakatan ongkos jahit untuk Kong Bi dan Dinamis, khusus menjahit seragam karyawan tetap dan manajemen, masing-masing Rp 60 ribu dan Rp 40 ribu/potong. Sementara itu, penjahit lain yang mengerjakan seragam karyawan harian dan borongan, hanya memperoleh Rp 31.500/potong. Proses berikutnya, pengukuran baju dan pengadaan bahan yang berlangsung 5-20 Juni 2003. Setelah bahan datang, langsung dikirim ke penjahit dan segera dikerjakan oleh 7 penjahit bersamaan selama periode 19-25 Juni 2003. Jadi, semua tahapannya sudah terjadwal.

Belum selesai seragam itu dikerjakan semua, tiba-tiba order menjahit dihentikan. Pasalnya, ya itu tadi. Pihak manajemen, kabarnya atas masukan dari Dinamis dan Kong Bin, ingin memanfaatkan momentum ulang tahun Sampoerna pada 27 Agustus dengan tampilan baru. Akibatnya, dari 18 ribu meter kain — rencananya digunakan untuk membuat 800 potong kemeja — senilai Rp 317 juta, hanya selesai 450 potong. Yang menyedihkan, gelondongan kain celana senilai Rp 6 miliar belum sempat disentuh dan kini terpaksa tergeletak di gudang.

Dihitung-hitung, dana yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk keperluan seragam lama mencapai Rp 6.331.175.000. Berarti, dari anggaran sebesar Rp 30 miliar, kini tersisa Rp 23.668.825. Menyadari keterbatasan dana, pihak manajemen akhirnya memutuskan hanya karyawan harian dan borongan yang berjumlah 800 orang, yang bakal memakai seragam baru. Adapun karyawan tetap dan manajemen, sementara ini tetap menggunakan seragam lama, yakni warna cokelat bata dengan motif kotak-kotak khas Sampoerna.

Sejauh ini, menurut sumber SWA, karyawan tidak keberatan dengan perubahan tersebut. Meski tak 100%, ambisi Angky membuat gebrakan baru di Sampoerna sudah terealisasi. Sekarang, 7 penjahit yang mendapat tugas baru ini mungkin sedang pusing tujuh keliling memikirkan dan mengejar waktu yang tinggal beberapa hari lagi. Jadwal mereka berantakan lantaran perubahan mendadak. Program yang sebenarnya bertujuan baik ini, akhirnya malah meninggalkan pertanyaan: Mau dikemanakan stok bahan yang menumpuk di gudang saat ini?

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved