Listed Articles Management Strategy

Harga Sawit Anjlok, Warga Miskin Riau Bertambah

Oleh Admin
Harga Sawit Anjlok, Warga Miskin Riau Bertambah

Anjloknya harga sejumlah komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit dan karet, membuat penduduk miskin di sejumlah pedesaan di Riau bertambah. Jumlah penduduk miskin di Riau pada 2015 meningkat 64 ribu jiwa dibanding tahun selebelumnya.

Kepala Badan Pusat Statistik Riau Mawardi Arsyad menyebutkan, ada kenaikan penduduk miskin sekitar 0,83 persen dalam rentang waktu satu tahun. Pada 2014 lalu, jumlah penduduk miskin di Riau 498,29 ribu jiwa, namun pada 2015 bertambah menjadi 562,92 ribu jiwa.

“Angka kemiskinan di desa lebih banyak dari perkotaan,” kata Mawardi, Kamis, 7 Januari 2016.

rumah-miskin-1

Mawardi menyebutkan, peningkatan jumlah penduduk miskin dipicu melemahnya perekonomian di Riau sepanjang 2015 setelah anjloknya sejumlah komoditas unggulan, seperti kelapa sawit dan karet. Ditambah jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap kurs dolar Amerika Serikat,serta lesunya harga crude palm oil (CPO), hasil perkebunan, serta minyak dan gas di pasaran dunia. “Kebanyakan masyarakat Riau bekerja di sektor perkebunan tersebut,” ujar Mawardi.

Menurut Mawardi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita tiap bulannya di bawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak pula penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Pendapatan per kapita masyarakat Riau dihitung terendah setiap bulannya sebesar Rp 417.164.

“Masyarakat yang tiap bulannya memiliki pendapatan di bawah angka tersebut maka dikategorikan sebagai penduduk miskin,” ujar Mawardi.

Namun, angka tersebut hanya untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, bukan kebutuhan sekunder maupun tersier. “Perhitungan penduduk miskin hanya dihitung dari pengeluaran untuk kebutuhan pokok sehari-hari,” kata dia.

Pelaksana tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, sebelumnya mengakui meningkatnya angka pengangguran di daerah itu. “Memang terjadi peningkatan,” kata Arsyadjuliandi.

Turunnya harga minyak dunia pada level terendah di angka US$ 36 per barel cukup membuat perekonomian Riau kian terpukul. Terlebih harga CPO dan karet terus menurun. Pada saat bersamaan, menurut Arsyadjuliandi, jumlah penduduk terus bertambah akibat migrasi sehingga kesempatan kerja terbatas.

“Belum lagi luas lahan perkebunan yang semakin terbatas serta pendidikan tenaga kerja yang rendah,” ujarnya.

Arsyadjuliandi mengaku belum ada jaminan harga sejumlah komoditas unggulan kembali membaik di pasar dunia. Untuk itu, Pemerintah Riau mencoba mencari peluang lain untuk meningkatan perekonomian. “Kita fokuskan pengembangan sektor pariwisata,” ujarnya.

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved