Listed Articles

Hermawan Kartajaya: PDB Jadi Tiga Senjata Kekuatan Merek

Oleh Admin
Hermawan Kartajaya: PDB Jadi Tiga Senjata Kekuatan Merek

Perusahaan harus memperhatikan PDB (positioning, differentiation, branding) untuk meningkatkan kekuatan merek. Namun, tindakan ini harus didukung oleh semua aspek perusahaan, mulai dari divisi Research and Development (R&D), produksi dan pemasaran.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Presiden dan Pendiri Markplus Inc, Hermawan Kartajaya yang memberi contoh industri rokok, jamu dan minuman energi yang sukses memperkenalkan merek lokal. Meski belum bisa mendominasi pasar, namun perlahan tapi pasti produk jamu mulai menggerogoti pasar farmasi. “Minuman berenergi kita juga bagus. Seperti dulu Extra Joss yang berhasil mengalahkan Kratingdaeng. Bahkan Extra Joss juga menjadi juara di Filipina.”

Untuk menciptakan brand yang kuat, Hermawan mengharuskan perusahaan ciptakan iklim pemasaran yang bagus. Artinya, tidak saja pemahaman pemilik brand tetapi juga quality demmand dari konsumen, serta keseriusan pemerintah. Menurutnya, konsumen di Indonesia terlalu pemaaf. “Kualitas belum menjadi nomor satu di benak konsumen. Mereka mudah memaafkan,” ujar Hermawan. Beda dengan iklim di luar negeri di mana sisi delivery dan promise begitu tinggi. Kondisi ini membuat iklim kompetisi merek di Indonesia tidak setara dengan global (negara maju). “Jadi, organizational culture perusahaan Indonesia belum sampai ke tingkat global,” tambah dia.

Konsumen yang terlalu permisif ini salah satunya dipengaruhi oleh komitmen pemerintah yang lebih banyak dikendalikan oleh politisi. “Indonesia sudah memilih demokrasi. Tetapi sayangnya para politisi tidak bisa menunjukkan kinerja baik,” ujar dia. Sikap politisi ini membuat masyarakat konsumen tidak lagi percaya pada pemerintahan dan juga hukum. “Dari politisi ini akhirnya merembet hingga penerimaan masyarakat pada sebuah produk,” jelasnya.

Berbarengan dengan itu, merek-merek Indonesia akan sulit bertarung di luar negeri. Sebab, kondisi di dalam negeri akan menciptakan country image tatkala berjuang di luar negeri. “Ini hambatan yang besar untuk produk Indonesia bertarung di luar negeri, khususnya produk yang berkaitan dengan service,” ujar dia. Misalnya di Malaysia, orang Indonesia terlanjur identik dengan tenaga kerja Indonesia (TKI). Kompetensi orang Indonesia jadi dipertanyakan di negara tersebut. “Tetapi kalau untuk produk bisa dibuktikan melalui tes. Misalnya farmasi bisa dibuktikan lewat laboratorium,” katanya.

Saat ini, Indonesia sangat tertolong dengan jatuhnya Barat dan majunya Cina. Ditambah dengan kondisi Indonesia selama 12 tahun belakangan, masyarakat terlihat semakin matang,” paparnya. Hermawan menyebut masa 2011-2015 adalah saat yang tepat untuk menciptakan brand sendiri. “Indonesia sedang ada di jembatan emas. Kalau tidak punya brand sendiri nanti akan repot.” (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved