Kemajuan ini dinilai sebagai langkah penting untuk menciptakan mikroskop yang dapat membuat gambar tiga dimensi dari molekul-molekul dengan resolusi atomis. Juga berpengaruh besar terhadap penelitian bahan-bahan mentah, mulai dari protein dan farmasi hingga integrated circuit dan katalis industrial. Sebab, dengan mengetahui secara tepat posisi atom tertentu dalam sebuah struktur nanoelectronik yang sangat kecil, maka dapat meningkatkan pemahaman para perancang tentang proses pemanufakturan dan performanya.
Kemampuan membuat citra struktur atom protein secara mendetail akan membantu proses pengembangan obat-obatan baru. "Selama ini, kemampuan untuk melihat massa secara lebih jelas akan membawa kita kepada penemuan-penemuan dan pemahaman-pemahaman baru. Hasil penelitian ini memungkinkan kita mencapai kemajuan mendasar di bidang teknologi nano dan biologi," tutur Suryo Suwignjo, Country Manager System & Technology Group IBM Indonesia.
Menurut Suryo, para peneliti dari IBM telah memperkenalkan berbagai kemajuan di
metode MRI berskala nano yang disebut Magnetic Resonance Force Microscopy (MRFM). Para peneliti tersebut telah meningkatkan sensitifitas MRI hingga 10 juta kali lipat dari perangkat-perangkat MRI medis yang digunakan untuk membuat gambar organ-organ tubuh manusia. Sensitifitas yang lebih tinggi ini meningkatkan kemampuan MRI ke jenjang nanometer (Satu nanometer sama dengan seper triliun meter, kira-kira seukuran 5-10 atom).
Fitur utama dari MRFM ini merupakan "microcantilever" silikon mikroskopis yang
menyerupai sebuah papan terjun miniatur yang berukuran seribu kali lebih tipis dari
rambut manusia. Alat ini bergetar dengan frekwensi sekitar 5.000 kali per detik. Di
ujung cantiliver terdapat sebuah partikel magnetis yang sangat kecil namun bertenaga besar.
Suryo menambahkan, pusat penelitian IBM memiliki catatan sejarah yang baik dalam mengembangkan pencitraan berskala nano dan ilmu pengetahuan. Dua orang peneliti dari IBM Zurich, yaitu Gerd Binnig dan Heinrich Rohrer, telah menerima Hadiah Nobel pada tahun 1986 di bidang Fisika atas penemuan scanning tunneling microscope yang dapat membuat citra sebuah atom pada permukaan yang beraliran listrik. Binnig menciptakan Atomic Force Microscope (AFM) yang menggunakan gaya tarik antara permukaan dan penopang (cantilever) seperti gaya magnet, friksi dan elektrostatis dengan resolusi nanometer. MRFM mengkombinasikan konsep AFM dan MRI agar dapat menghasilkan resolusi
nanometer hingga 100 nanometer ke dalam sebuah sampel.