Listed Articles

Indonesia Indikator Fiskal Terbaik di Kawasan Regional

Indonesia Indikator Fiskal Terbaik di Kawasan Regional

Direktur dan Ekonom Senior Global Markets Research Deutsche Bank, Dr Taimur Baig, memperkirakan, setelah pemulihan krisis global tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Asia akan turut melemah seiring dengan melemahnya perekonomian di Amerika Serikat dan Eropa. Apalagi, inflasi Asia ia prediksikan akan meningkat.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? “Indonesia merupakan indikator fiskal terbaik di kawasan regional. Ini terlihat dari kuatnya konsumsi dan investasi Indonesia tahun 2010,” puji Taimur dalam acara “Deutsche Bank Economic Outlook 2011” di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, 18/1.

Kekuatan Indonesia, lanjutnya, terletak pada poin sebagai negara yang tidak memiliki ketergantungan dengan banyak negara. “Indonesia merupakan salah satu negara di wilayah Asia yang paling tidak bergantung terhadap perekonomian negara-negara Eropa dan AS,” imbuhnya. Mengapa? Ini dipicu oleh dua hal. Pertama, Indonesia adalah eksportir komoditas dunia. Kedua, Indonesia mempunyai basis konsumen yang sangat besar.

Nah, untuk menjaga momentum pertumbuhan, dia menyarankan agar kebijakan penentuan harga dan subsidi, perencanaan dan penyerapan biaya harus dilakukan lebih baik. “Untuk itu, pengelolaan likuiditas harus diperkuat,” dia menyarankan.

Namun, tahun 2011, kata Taimur, Indonesia bakal menghadapi dua tantangan eksternal yang besar, yaitu soal pengelolaan arus modal (capital inflow) dan nilai tukar (exchange rate). Maklum, harga-harga komoditas terus merangkak naik, sehingga sangatlah penting bagi pemerintah untuk dapat memperbaiki struktur hukum dan lingkungan usaha.”Jika tahun 2010 perekonomian Indonesia mendapatkan hasil bagus, pada 2011 akan lebih complicated,” kata Taimur

Menurutnya, target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2011 yang dipatok oleh pemerintah Indonesia sebesar 5,5% diyakini akan tercapai. Sebab pertumbuhan ekonomi global yang mulai pulih sejak akhir tahun 2009 akan memengaruhi Indonesia untuk membangun ketahanan ekonominya terhadap dampak krisis ekonomi dunia. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi 2011 diperkirakan 6% dengan risiko utama pada tingkat ekspor. Untuk inflasi tahun ini diprediksikan lebih dari 7%. “Rupiah akan terapresiasi di bawah Rp 8900. Nmaun, perubahan harga bahan bakar dapat mengurangi tekanan terhadap apresiasi Rupiah tersebut,” dia menganalisa lebih dalam.

Kendati perekonomian Indonesia akan lebih rumit pada 2010, kata Taimur, investor asing masih menganggap Indonesia sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi. Ia memprediksikan pada kuartal II tahun 2011, Bank Indonesia (BI) akan menaikkan BI Rate menjadi 7,5% dari tingkat suku bunga saat ini 6,5%. “Langkah BI selama ini masih di belakang harapan. Harusnya suku bunga dinaikkan lebih cepat. Tingkat suku bunga Indonesia jangan disamakan dengan negara-negara Eropa dan AS yang rendah, karena kondisinya berbeda,” ia menjelaskan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved