Listed Articles

Industri Kreatif bagai Mutiara dalam Lumpur

Industri Kreatif bagai Mutiara dalam Lumpur

Jika berbicara soal industri lokal, sebagian besar masyarakat mengenal industri batik, makanan lokal ataupun fesyen. Sayangnya, tidak banyak pihak mempopulerkan industri kreatif. Padahal, industri tersebut menyimpan kekayaan yang luar biasa.

Pernyataan tersebut diungkapkan Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah saat ditemui di Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2011. “Industri kreatif bagaikan mutiara dalam lumpur. Ini menyimpan potensi yang luar biasa namun sayangnya belum terolah dengan baik.” Masalah utama terkait industri kreatif adalah sosialisasi yang belum maksimal. Menurut Euis, masyarakat masih belum mengenal arti dari produk kreatif.

“Untuk produk lokal, kita masih belum menyosialisasikan produk kreatif. Padahal, produk kreatif sangat kaya didengungkan, khususnya anak muda. Kita bisa lihat produk fesyen, teknologi informasi, film, karikatur, animasi dan masih banyak lagi diciptakan oleh anak-anak berusia di bawah 30 tahun. Potensi industri kreatif sangat besar karena tidak bergantung pada SDA yang terbatas,” tegas Euis.

Karenanya, pemerintah meningkatkan potensi industri kreatif, salah satunya, melalui pameran. PPKI 2011 misalnya, diikuti oleh 800 stand dengan pengunjung lebih dari 65 ribu, naik 30% dari 2010 sebanyak 50 ribu. Nilai transaksi juga lebih dari Rp 35 miliar dengan 85,5% diantaranya berasal dari sektor pendidikan. “Sebagaian besar memang dari pendidikan karena Rp 29 miliar digelontorkan untuk pembelian mobil yang dirancang mahasiswa. Mobil tersebut dipakai untuk transaksi perkebunan,” kata Euis lagi. Kegiatan utama PPKI 2011 mengacu pada produk kreatif Fesyen dan Teknologi Informasi yang dikemas melalui Konvensi, Gelar Budaya dan Pameran.

“Pameran misalnya, kami sangat kagum dengan kemampuan pelajar dan mahasiswa yang telah meraih penghargaan nasional maupun internasional. Mereka mampu memperkenalkan karya anak bangsa luar biasa seperti robot pemadam kebakaran, robot yang mampu menari tradisional, robot sensor, mobil produksi lokal, batik kreasi, animasi lokal dan sebagainya. Jika bisa dimanfaatkan dengan baik, tentu bisa menjadi sumber pendapatan,” ujar Euis yang juga menjadi Ketua Panitia PPKI 2011.

Industri kreatif diperkirakan menyumbang 4% sampai 5% total pendapatan ekonomi di 2011. Jumlah ini, menurut Euis, naik dua kali lipat dari 2010 yang hanya 2% sampai 3%. “Animo kreativitas sangatlah tinggi. Daya serap serta tingkat ekonomi masyarakat juga berkembang pesat. Kami ingin mendorong generasi muda semakin menghayati produk kreatif Indonesia.”

Meskipun begitu, Euis menyoroti beberapa hal terkait hambatan industri kreatif. Pertama, masalah hak cipta. Pada dasarnya, produk dan jasa pada industri kreatif merupakan buahkarya pola pikir yang dilindungi. Sayangnya, masih banyak pelaku industri yang tidak aware pentingnya perlindungan hak cipta. “kalau hasil karya dibajak atau disebarluaskan orang lain tanpa perlindungan hak cipta, pekerja seni bisa rugi,” tegas Euis.

Kedua, insentif pemerintah. Industri kreatif saat ini masih didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM). “Karena itu, pembebasan pajak baru bisa dinikmati oleh perusahaan besar. Bagaimana dengan usaha kecil? Inilah yang harus dipikirkan bersama.”


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved