Listed Articles

Inilah Perbedaan Perusahan Keluarga Masa Kini

Inilah Perbedaan Perusahan Keluarga Masa Kini

Perusahaan keluarga, zaman dulu dan saat ini, tentu memiliki perbedaan cara pandang maupun penyaluran nilai-nilai perusahaan. Nilai ‘Gotong Royong’ misalnya yang kini tidak lagi semurni seharusnya. Karena karyawan terus berkembang dan generasi dalam perusahaan sudah berubah, karakteistik perusahaan ikut ‘berganti kulit.

Pernyataan tersebut diungkapkan Pengamat bisnis keluarga dari Jakarta Consulting Group, Patricia Susanto. “Intinya, saat ini guyup masih ada namun tidak sedekat dulu. Meskipun, nilai kebersamaan masih terasa ada.” Perusahaan sudah mulai mengadaptasi ilmu manajemen baru yaitu penilaian kerja berdasarkan kinerja (performance management system). “Pegawai yang bagus kerjanya dapat bonus lebih banyak sedangkan pegawai yang kurang bagus tidak dapat bonus.”

Dahulu, ada keyakinan dalam perusahaan bahwa tidak boleh pecat orang karena kedekatan pendirin dengan karyawan. Sekarang, tidak bisa. Jika perusahaan merasa tidak nyaman untuk memcat karyawan yang memiliki kinerja tidak bagus maka diperlukan evaluasi. Inilah yang memicu objektivitas perusahaan terhadap kinerja pegawai. “Dulu job security bagus. Sekarang tidak lagi karena semua ada penilaian. Bukan karena kedekatan,” tegas Patricia.

Grup Suara Merdeka, Semarang, dinilai Patricia cukup menarik. Mereka masih menggunakan filosofi dan nilai-nilai dari tokoh Semar sejak dulu. Filosofi itu pada dasarnya melayani pelanggan dan karyawan tentu. “Karyawan pakai seragam dan tidak ada perbedaan dengan pimpinan. Nilai-nilainya sama meskipun berbeda cara. Ini disebabkan perusahaan makin besar dan berkembang.”

Salah satu ciri perusahaan yang mengalami perubahan adalah kemunculan chaos. Karena itu, menurut Patricia, perusahaan membutuhkan agen perubahan yang loyal dan memiliki prestasi bagus. Selain itu, bagi para generasi muda yang ingin masuk bisnis keluarga setelah lulus sekolah di luar negeri, mereka kebanyakan menyadari satu hal. Pengalaman jauh lebih penting daripada sekolah. “Setelah masuk dalam bisnis keluarga 5-10 tahun, mereka mungkin akan sering berpikir soal itu.”

Untuk itu, generasi baru tidak boleh enggan turun ke bawah. Ini untuk menghilangkan kecanggungan dengan bawahan serta menghapus pandangan ‘arogan’ yang seringkali dicap pada generasi baru. “Sebenarnya, bisa jadi kecanggungan itu yang membuat mereka tidak terlihat seperti seharusnya,” kata Patricia lagi.

Langkah-langkah yang harus dicermati generasi baru saat masuk ke dalam perusahaan keluarga adalah pemahaman nilai perusahaan, penerapan nilai tersebut, masuk sebagai share holder yang baik dengan tindakan nyata, membangun jaringan yang kuat serta terus melakukan pengembangan bisnis.

Langkah-langkah yang harus dicermati generasi baru yang masuk ke dalam perusahaan keluarganya: pertama harus memahami nilai perusahaannya itu apa. Kedua, menerapkan nilai-nilai itu, meski caranya berbeda. Ketiga, masuk sebagai share holder yang baik ditambah dengan contoh nyata. Keempat, membangun jaringan yang kuat, meski tidak sehebat ayah atau kakeknya. Kelima, jangan lupa terus lakukan pengembangan bisnis, karena inti bisnis konglomerasi adalah ekspansi. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved