Listed Articles

Johar Alam & Sri Handayani: Menjadi Profesional di Kantor dan di Rumah

Oleh Admin
Johar Alam & Sri Handayani: Menjadi Profesional di Kantor dan di Rumah

Johar tidak sendiri dalam membangun IDC. Ia dibantu tiga rekan. Namun, tak banyak yang tahu, salah seorang rekan pendiri IDC itu adalah Sri Handayani, yang tak lain istri Johar. “Karena awalnya kami teman, orang menyangka kami tetap teman,” ujarnya.

Hubungan Johar dan Ai, demikian Sri biasa disapa, sudah terjalin sejak keduanya masih bekerja untuk PT Uninet Bhaktinusa, perusahaan penyedia jasa Internet (ISP) yang dikenal dengan nama ub.net tahun 1996. Sebagai Kepala Bagian Teknis, Johar mengaku sering terlibat konflik dengan Bagian Pemasaran yang dikepalai Ai. “Dari dulu, yang namanya orang teknis dan marketing nggak pernah bisa akur, saling menyalahkan,” ungkapnya.

Saking seringnya berdebat, mereka jadi saling menyukai. Hubungan ini terus berlanjut sampai akhirnya menikah pada 3 April 1999. “Lucu, tapi itulah kami,” kata Johar.

Karena sudah "merger", Johar merasa memiliki kekuatan lebih. Ia yang hanya mengerti hal-hal yang berbau teknis, beruntung mendapatkan Ai yang pintar dalam hal pemasaran dan operasional perusahaan. Karena alasan itulah, mereka mendirikan PT Millenium Internetindo, perusahaan ISP yang dikenal dengan nama the.net, “Mumpung kami bisa saling melengkapi, kami membuat perusahaan bersama,” ujarnya sambil tertawa.

Namun, baru saja perusahaan berjalan, tiba-tiba dunia Internet di Indonesia menghadapi masalah yang cukup pelik: interkoneksi. Booming portal mengakibatkan traffic Internet di Indonesia sangat tinggi. Masalahnya, infrastruktur Internet di Tanah Air belum memadai. Johar dan Ai menangkap peluang baru. Bersama dua rekan lainnya, mereka mendirikan IDC. “Harus ada yang membuat perusahaan seperti ini, kalau tidak, Internet di Indonesia akan stuck,” jelas Ai, wanita kelahiran 1972.

Awalnya, diakui Johar maupun Ai, sulit memulai usaha ini karena banyak yang belum mengetahui fungsi dan manfaat data center. Namun akhirnya IDC dapat berkembang cukup baik. “Kebutuhan akan bisnis ini sebenarnya sangat tinggi, tapi tak banyak orang yang mengetahui fungsi dan manfaatnya,” ujar Ai.

Kini IDC memiliki lebih dari 85 klien, yang lebih dari 80%-nya ISP. Perusahaan sekelas Indosatnet, CBN, RadNet, Telkomnet, sampai detik.com masuk dalam daftar kliennya. Mereka menyewa ruang untuk interkoneksi dengan tarif Rp 2 juta/m2/bulan. Saat ini ruang yang tersewa lebih dari 300 m2. Dengan kondisi itu, omset yang dicetak IDC setiap bulan mencapai Rp 800-an juta.

Dalam menjalankan roda perusahaan, pasangan ini selalu berbagi tugas dan tanggung jawab sesuai keahlian masing-masing. Ai yang lebih matang di bidang pemasaran bertanggung jawab atas pemasaran jasa-jasa IDC. Adapun Johar, masalah teknis. Keuangan dan pengembangan portofolio bisnis, diserahkan kepada dua rekan mereka. Beruntung bagi mereka, pertemanan sudah terjalin sebelum menikah, sehingga satu sama lain sangat dekat. “Saya tidak pernah dibedakan bahwa saya perempuan atau istri Johar. Kami semua profesional,” ungkap Ai.

Namun dalam hal jabatan, Johar dan Ai saling berbagi. Contoh, di IDC, Ai menjabat sebagai CEO sedangkan Johar Kepala Bagian Teknis. Sementara di the.net, Johar sebagai Presdir, sedangkan istrinya direktur. Hal ini, menurutnya, tidak menjadi masalah bagi kedua rekannya, “Jabatan di sini cuma formalitas, waktu kerja kami sama,” jelasnya.

Karena membangun bisnis bersama, otomatis selama 24 jam pasangan ini selalu berbarengan. Bahkan, terkadang menemui klien pun mereka berdua. “Kalau berdua, rasanya bisa lebih percaya diri, karena bisa saling melengkapi,” ungkap Ai. Ditambahkannya, sejauh ini mereka lebih banyak merasakan nilai plus ketimbang negatifnya. Selain itu, karena komunikasi di antara mereka lebih intensif, mereka lebih cepat mengambil keputusan buat perusahaan.

Johar menambahkan, dengan selalu bersama, otomatis teman istrinya adalah juga temannya, dan sebaliknya. Sehingga, mereka saling mengenal lingkungan masing-masing. “Kemungkinan cemburu menjadi lebih sedikit, berhubung kami mengenal semuanya,” ungkapnya. “Kalau pergi sendiri, malah itu yang jadi pertanyaan,” timpal Ai sambil tertawa.

Kendati demikian, mereka tetap mengakui bahwa pasangan yang berbisnis bersama pasti ada nilai negatifnya, walaupun kecil. “Minusnya, keluarga tidak begitu saja dapat mengerti budaya yang kami kembangkan,” ujar laki-laki kelahiran Februari 1969 ini.

Walau memungkinkan, pasangan ini mengaku tidak pernah membawa pekerjaan kantor ke rumah. “Begitu sudah masuk gerbang Kota Wisata (tempat tinggal mereka – Red.), pasti yang dibicarakan soal rumah,” ungkap wanita lulusan IKIP Bandung itu. Hal ini, menurutnya, terbentuk dengan sendirinya. Namun, tidak dipungkirinya sesekali pembicaraan mereka di rumah pun tetap masalah kantor. Kalau sudah demikian, putra mereka biasanya yang menyadarkan. “Mama sama Papa basi,” ungkap Ai menirukan putranya.

Secara bisnis IDC telah berkembang cukup baik. Saat ini IDC bisa mencetak untung, tapi jumlah tenaga kerja tidaklah bertambah. “Karyawan yang ada saat ini hampir semuanya bergabung sejak awal perusahaan ini berdiri,” ungkap Johar. Karena telah cukup lama bersama, gaya kerja dan manajemen perusahaan pun bersifat sangat kekeluargaan. “Kami hampir tidak mengenal jabatan. Semua orang sama,” ujar pehobi musik ini. Tak heran, di kartu namanya, Johar menulis jabatannya sebagai Tukang Internet.

Budaya profesional yang mereka kembangkan di kantor, diakui Johar, terbawa ke rumah. “Di rumah, kami pun tetap berbagi tanggung jawab,” ungkapnya. Sebagai suami, Johar bertanggung jawab membayar berbagai tagihan seperti listrik, telepon dan cicilan rumah. Sementara itu, Ai bertanggung jawab atas kebutuhan dapur. “Gaji kami pun masuk ke rekening masing-masing,” ungkapnya santai.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved