Listed Articles

Kafe Travel Ala Anton Gunawan

Oleh Admin
Kafe Travel Ala Anton Gunawan

Sebagai wirausahawan yang sudah lama menggeluti bisnis agen perjalanan, Anton dan istrinya, Suzan Gunawan, sudah lama terbersit keinginan membuka resto kafe yang bisa memberikan informasi lengkap mengenai perjalanan. Impian itu terkait dengan kecenderungan orang yang banyak menghabiskan waktu di kafe-kafe. Dengan menyajikan kebutuhan informasi perjalanan, Anton merasakan: Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampau.

Jadi, kafe yang dijalankan ini selain memberi informasi perjalanan, juga menyediakan fasilitas transaksi yang berhubungan dengan dunia wisata — pemesanan tiket perjalanan sampai paket plesiran ke berbagai negara. Pengunjung kafe bisa mengakses komputer yang tersambung secara on line dengan agen-agen perjalanan lain seperti Vayatour, Panorama, dan lainnya.

“Kafe ini seperti supermarket yang menyediakan satu jenis produk dari berbagai merek,” kata Anton, yang mengakui, Sapta Tours memberikan dukungan untuk teknis online-nya. Sebab, memang diperlukan izin khusus untuk sambungan reservasi ini. “Kami mendapat sharing komisi kalau dapat menjual paket mereka,” ujar Anton yang juga mengembangkan wisata outbound di Ujungkulon.

Dijelaskan Anton, pihaknya sering pula memberi kebebasan pengunjung untuk mendapatkan informasi. “Namun kami menyarankan juga, kalau pengunjung ingin ke Eropa atau Cina, sebaiknya menggunakan biro travel yang memang fokus dan hebat di masing-masing tujuan itu,? kata Anton yang juga memberi pertimbangan soal anggaran dan waktu bepergian.

Anton berharap, gerainya di Senayan Trade Center, akan makin ramai. Apalagi investasinya tak murah: Rp 700 juta, tidak termasuk uang sewa. “Mahal, karena kami juga menyediakan peralatan multimedia dengan proyektor dan sound system, di samping sambungan untuk reservasi dan peralatan dapur,” papar Anton, yang untuk mendukung konsep kafe, pihaknya menempatkan sebuah layar guna pemutaran film wisata di berbagai tujuan wisata baik mancanegara maupun dalam negeri. Namun koleksi film wisata dalam negeri memang sedikit karena susah memperolehnya. DVD tentang Borobudur, misalnya, justru dibeli dari Amerika.

Melalui layar tersebut terkadang juga diputar film dari masing-masing penerbangan misalnya Garuda, KLM atau Cathay Pacific. “Peluang ini sebenarnya bisa dibuat dengan bekerja sama,” ujar Anton. Saat ini kerja sama hanya dalam bentuk pembuatan brosur atau kegiatan yang terkait dengan restonya.

Untuk resto kafenya, Anton memilih desain minimalis. Agar menguatkan konsep travelnya, di atas ruang penyaji dipasang jam dinding dari berbagai tempat yang menunjukkan adanya perbedaan waktu. Di dinding, ditempel poster besar tentang berbagai tempat tujuan wisata dunia. Buku-buku panduan wisata dari berbagai belahan dunia juga disediakan. Buku daftar menu pun diberi gambar tempat-tempat wisata dunia.

Urusan menu makanan, tak kalah penting. Anton menyediakan menu yang bisa mewakili daerah tujuan wisata di dalam negeri dan luar negeri. Bahkan, beberapa menu makanan ia impor langsung dari negaranya. Misalnya makanan dari keong, Escargot, diimpor dari Belanda. “Segala bentuk minuman juga ada di kafe ini. Misalnya, Pisa Ice Cream,” ujar Anton yang mengalkulasi bisnisnya bisa break even point setelah tahun kedua.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved