Listed Articles

Laba Usaha Semester 1 Indosat Turun 16,5%

Laba Usaha Semester 1 Indosat Turun 16,5%

Pada semester 1 2011, Indosat mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha terkonsolidasi sebesar 4% dari Rp 9,7 triliun menjadi Rp 10,05 triliun. Ada satu keputusan direksi pada 20 Januari 2011 yang mempengaruhi keuangan perusahaan secara signifikan, yakni program perampingan organisasi melalui Skema Pemutusan Kerja Sukarela atau Voluntary Separation Scheme (VSS). Program ini merupakan program restrukturisasi organisasi melalui penawaran program berdasarkan persetujuan kedua belah pihak antara perusahaan dan karyawan-karyawan tertentu.

Program VSS menyebabkan penurunan EBITDA sebesar 2,1% menjadi Rp 4,5 triliun dengan penurunan marjin EBITDA sebesar 2,8% menjadi 44,8%. Adapun di semester 1 2010 EBITDA Indonesia mencapai Rp 4,6 triliun,. Nah, Indosat mengklaim seandainya tidak memperhitungkan beban bersih VSS sebesar Rp 425,6 miliar, EBITDA perusahaan akan meningkat sebesar 7,2% menjadi Rp 4,9 triliun, dengan marjin EBITDA sebesar 49,0%. Peningkatan beban usaha Indosat sebesar 8,1% dalam periode ini pun juga diklaim lantaran program VSS. Adapun jika diperinci, pendapatan seluler, data tetap (MIDI) dan telepon tetap masing –masing memberikan kontribusi sebesar 82%, 12% dan 6% terhadap pendapatan usaha terkonsolidasi Perusahaan.

Pendapatan usaha selular Indosat pun hanya naik tipis, yakni 6,3%, dari Rp 7,7 triliun menjadi Rp 8,2 triliun. Adapun pendapatan non seluler mengalami penurunan 5,3% dibanding semester serupa tahun lalu, yakni dari Rp 1,9 triliun menjadi Rp 1,8 triliun. Laba usaha pun menurun 16,5% dari Rp 1,6 triliun menjadi Rp 1,3 triliun.

Adapun total utang Indosat mengalami penurunan 10,7% dari Rp 24,7 triliun menjadi Rp 22,1 triliun di semester ini. Indosat mengurangi total jumlah utangnya setelah membayar utang jatuh tempo: obligasi Indosat IV sebesar Rp 815 miliar, obligasi syariah sebesar Rp 285 miliar, pinjaman sindikasi sebesar US$ 112,5 juta, cicilan pinjaman SEK Tranche A, B dan C sebesar US$22,5 juta, HSBC Coface dan Sinosure sebesar US$ 10,1 juta, pinjaman komersial 9 tahun dari HSBC sebesar US$ 1,4 juta, dan pinjaman kredit ekspor sebesar US$ 3,8 juta.

Jumlah pelanggan seluler pun meningkat 25% dari 37,8 juta menjadi 47,3 juta pelanggan. Sementara jumlah pelanggan wireless broadband turun 32,6% dari 751,9 ribu menjadi 506,8 ribu pelanggan. Demikian halnya dengan jumlah pelanggan fixed wireless access Indosat menurun nyaris separuhnya mencapai 49,7% dari 697,ribu menjadi tinggal 350,5 ribu pelanggan saja.

Adapun average revenue per user (ARPU) seluler turun 15,6% dari Rp 34.719 menjadi Rp 29.290. Sementara ARPU FWA meningkat lebih dari separuhnya dari Rp 18.363 menjadi Rp 29.349. Adapun jumlah BTS 2G dan 3G Indosat meningkat 6% dari 17.372 menjadi 18.408.

Laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan pada SMT1 2011 meningkat sebesar 137,5% menjadi Rp125,5 [SMT1 2010: Rp52,8] sebagai akibat meningkatnya laba atas selisih kurs dan turunnya jumlah beban pendanaan, walaupun terjadi peningkatan dalam beban penyusutan dan amortisasi.

“Dengan berakhirnya program VSS secara sukses, transformasi bisnis kami untuk menjadi penyedia layanan informasi dan komunikasi pilihan pelanggan di Indonesia telah memasuki tahap yang baru,” ujar Harry Sasongko, CEO Indosat.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved