Masih ingat Anda, hanya gara-gara ulah seorang trader di Cabang Singapura yang tak bisa mengendalikan diri dalam transaksi derivatif, Barings -- bank yang sangat disegani di Eropa dan berusia lebih dari dua abad -- terpaksa bangkrut secara mengenaskan. Bencana Barings bersumber dari transaksi options dan kontrak berjangka (futures contract) terhadap indeks Nikkei 225 yang dilakukan anak muda berusia 28 tahun, Nick Leeson, secara agresif.
Semula, Leeson dianggap sebagai karyawan berprestasi, yang ketika itu sedang diusulkan mendapat bonus tahunan sebesar US$ 720 ribu. Posisi yang diambil Leeson pada dasarnya spekulasi, dengan harapan Nikkei 225 tidak turun drastis. Sayang, yang terjadi justru sebaliknya. Gempa bumi Kobe di pertengahan Januari 1995 membuat Nikkei 225 anjlok drastis. Akibatnya, Barings pun terlibas.
Berdasarkan aturan main, transaksi yang diizinkan Barings adalah transaksi yang relatif aman dan bisa dijadikan mesin uang. Intinya: beli saat murah dan jual ketika harganya mahal (buy low, sell high). Bila terjadi perbedaan harga kontrak Nikkei 225 pada Osaka Stock Exchange (OSE) dan Singapura International Monetary Exchange (SIMEX) -- tempat indeks pasar itu diperdagangkan -- Barings biasa membeli (mengambil posisi long) kontrak Nikkei pada bursa yang menawarkan harga lebih murah dan menjual (mengambil posisi short) pada bursa yang menawarkan harga relatif mahal. Kemudian, bila harga pada kedua bursa sudah kembali sama, posisi itu segera ditutup.
Kombinasi ini dinilai aman, karena posisi beli diimbangi dengan posisi jual. Transaksi yang dilakukan sekaligus itu akan mendatangkan laba berupa selisih harga jual dan beli. Namun, kesempatan emas yang muncul akibat perbedaan harga ini tidak sering terjadi. Bagi trader yang suka berpetualang dan doyan risiko, transaksi yang bersifat arbitrase tidak cukup menantang dan kurang memberi kepuasan.
Barangkali, jiwa petualang inilah yang membuat Leeson memutuskan melakukan transaksi yang tidak diizinkan perusahaannya. Leeson mengambil posisi beli atas Nikkei 225 pada OSE tanpa diimbangi posisi jual pada SIMEX. Malah, di SIMEX, secara neto ia juga mengambil posisi beli. Dari posisi yang diambil itu, tercermin harapan Leeson: indeks Nikkei 225 akan meningkat. Selain melakukan transaksi kontrak berjangka, Leeson juga menggelar transaksi opsi tanpa sepengetahuan Barings London.
Kerugian bermain indeks berjangka memang bisa memorakporandakan kekayaan pemodal. Kalau Barings saja bisa rontok, investor kecil pun dengan mudah modalnya akan menguap jika tak hati-hati. Toh, di Indonesia instrumen ini cukup diminati pemodal. Menurut Manajer Senior PT Rifan Financindo Berjangka Titis S. Trirahardjo, Indeks Nikkei dan Hang Seng dikenal masyarakat sejak awal 1990. "Tapi, investor baru melirik investasi ini pada 1999. Ketika itu, di Singapura telah berdiri SIMEX," katanya. Melalui broker-broker tak resmi (broker liar -- Red.) yang banyak beredar kala itu, para spekulan di dalam negeri memutar uangnya di SIMEX.
Broker-broker ilegal ini, menurut Titis, berani menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Di lain pihak, para pemilik dana semata-mata melihatnya dari satu sisi: keuntungan -- tanpa memikirkan risikonya. Diakui Titis, bermain di indeks saham berjangka bukan hanya menawarkan untung, tapi juga bisa buntung kalau tak mengerti strateginya. Dengan menyerahkan dana 100% ke broker yang tak jelas, investor mesti siap menanggung risiko lebih besar. Pasalnya, "Para broker tak resmi biasanya ngebandarin uang yang dipercayakan investor. Dalam hal ini, saya melihat perlindungan terhadap investor tak ada sama sekali," ujarnya.
Melihat besarnya minat investor bermain di indeks saham, Dirut PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Hasan Zein Mahmud berupaya keras memfasilitasi perdagangannya di bursa yang ia pimpin. Kendati masih berbentuk simulasi, perdagangan indeks Hang Seng 33, Nikkei 225 dan Kospi 200 di BBJ berlangsung marak dan atraktif. Data transaksi kontrak berjangka harian di BBJ, 13 Juni 2003 pukul 22.00 WIB menunjukkan volume perdagangan Hang Seng Index Futures 33 untuk bulan kontrak Juni 2003 adalah 335 lot. Sementara itu, indeks KOSPI yang diluncurkan Februari lalu, hari itu ditransaksikan sebanyak 388 lot untuk bulan kontrak September 2003. Di hari yang sama, volume perdagangan Nikkei 225 Index Futures untuk bulan kontrak September mencapai 1.056 lot.
Fantastis, memang. Di tengah sepinya perdagangan kontrak berjangka komoditas di BBJ, transaksi indeks futures justru mendapat respons yang luar biasa. Buktinya, hanya indeks Hang Seng, Nikkei dan Kospi yang volume transaksinya di atas 100 lot/hari. Bahkan, "Grafik perdagangannya terus meningkat," ujar Kepala Riset PT Pasifik 2000 Alfian Yuniar.
Di mata Alfian, ketiga indeks di atas memiliki daya tarik tersendiri. Pertama, mempunyai peluang dua arah -- bisa jual atau beli lebih dulu. Kedua, daya volatilitasnya tinggi, sehingga memberi peluang transaksi lebih banyak. Ketiga, nilai jaminannya relatif kecil. Keempat, mekanisme penyelesaiannya sederhana. Sebagai contoh, tiap kali investor mengambil posisi beli, harus diimbangi dengan posisi jual, atau sebaliknya.
Kalau mau untung bermain di indeks saham, Titis menyarankan, investor harus menguasai berbagai informasi yang terjadi di belahan dunia detik demi detik. "Suatu peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain, akan memengaruhi naik-turunnya indeks," jelasnya. Hanya, bila investor tak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan pergerakan pasar, lanjutnya, investor harus mencari pialang yang memiliki riset kuat dan bisa memberi informasi yang benar. Itu pun, "Investor tak boleh percaya 100% pada brokernya," ia menandaskan. Untuk amannya, investor lebih baik datang ke broker resmi yang menjadi anggota BBJ.
Bagi Anda yang tertarik mencobanya, Titis menganjurkan, mulailah dengan dana yang tidak terlalu besar. Untuk tahap belajar, "Rp 10 juta sudah cukup," katanya. Dengan dana sebesar itu, investor sudah bisa memahami seluk-beluk transaksi indeks berjangka. Sekaligus, mempelajari peluang untung-ruginya. Kalau merugi? "Ya, hitung-hitung biaya untuk pelatihan lah," katanya sembari tersenyum. Alfian menambahkan, masalah risiko bisa ditanggulangi dengan memperhatikan manajemen risiko. "Ini prinsip dasar. Yang penting, investor jangan hanya tergiur oleh keuntungan semata," katanya mengingatkan.
Mengalkulasi Untung-Rugi Bermain Indeks Berjangka
Contoh 1:
Seorang investor memprediksi indeks Nikkei 225 akan melemah. Maka, pada 1 Agustus 2003 ia mengambil posisi jual (open sell) pada angka 9.800 sebanyak 10 lot. Ternyata, angka penyelesaianan pada 1 Agustus adalah 9.750. Keesokan harinya (2 Agustus), investor yang bersangkutan melikuidasi posisinya (close buy) ketika indeks berada pada level 9.700. Contract multiplier/satuan kontrak (1 lot) = Rp 10 ribu/angka indeks.
Perhitungan laba-ruginya sebagai berikut:
* Pada penutupan 1 Agustus, floating profit dari penurunan indeks
= (9.800 - 9.750) x 10 x Rp 10 ribu
= Rp 5 juta
* Pada 2 Agustus, keuntungan dari penurunan angka indeks
= (9.800 - 9.700) x 10 x Rp 10 ribu
= Rp 10 juta
Contoh 2:
Seorang investor memprediksi indeks Hang Seng akan melemah. Maka, pada 3 Juli 2003 dia mengambil posisi jual (open sell) pada angka 9.870 sebanyak 2 lot. Ternyata, angka penyelesaian pada 3 Juli adalah 9.880. Keesokan harinya (4 Juli), investor tersebut melikuidasi posisinya (close buy) ketika indeks berada pada level 9.915. Contract multiplier/satuan kontrak (1 lot) = Rp 10 ribu/angka indeks.
Perhitungan laba-ruginya sebagai berikut:
* Pada penutupan 3 Juli, floating loss dari kenaikan indeks
= (9.870 - 9.880) x 2 x Rp 10 ribu
= - Rp 200 ribu
* Pada 4 Juli, kerugian dari naiknya angka indeks
= (9.870 - 9.915) x 2 x Rp 10 ribu
= - Rp 900 ribu (rugi)
Catatan: Nilai untung-rugi di atas belum termasuk biaya komisi transaksi.
Sumber: PT Rifan Financindo Berjangka
Reportase: A. Mohammad B.S.
Riset: Asep Rohimat