Listed Articles

Noke Kiroyan: Berhadapan dengan Asing, Buang Mental Inlander

Oleh Admin
Noke Kiroyan: Berhadapan dengan Asing, Buang Mental Inlander

Noke Kiroyan, nama yang tidak asing lagi di kalangan eksekutif, khususnya bidang pertambangan. Dia adalah orang Indonesia pertama yang ditunjuk oleh pemegang saham perusahaan pertambangan Rio Tinto untuk memegang pucuk kendali operasional (CEO) di Indonesia. Saat itu, Rio Tinto ingin berekspansi lahan pertambangan di Indonesia untuk meningkatkan volume pasar globalnya. Untuk itu, pemegang saham Rio Tinto yang berkantor pusat di Inggris dan Australia memutuskan menunjuk orang Indonesia yang benar-benar mengerti situasi dan kondisi Indonesia, terutama saat berinteraksi dengan orang Indonesia lainnya di sekitar lahan pertambangan kelak, dan memiliki kemampuan bersosialisasi-interaksi bisnis dengan para pihak asing. “Itulah alasan mereka memilih saya karena saya dilihat terbiasa tereksposure dan berinteraksi dengan para pengusaha dan perusahaan asing di luar negeri,” ujar Noke buka kartu.

Noke sebelum bergabung dengan Rio Tinto itu bekerja untuk Grup Salim dan dipercaya mengelola bisnis kelompok usaha tersebut yang memasuki pasar Amerika Serikat. Dia menyadari dirinya belum pernah punya pengalaman memimpin perusahaan pertambangan, tetapi tahu kemampuan komunikasi, pemahaman untuk menyelami dan menerima perbedaan (open mind), serta terbiasa berinteraksi dengan multikultural dari berbagai negara menjadi nilai tambahnya sebagai profesional sehingga mendapat kepercayaan untuk memimpin multi national company (MNC).

Bagi Noke, wajar jika seorang pengusaha asing lebih senang menempatkan orang dari negara asal perusahaan asing tersebut atau menunjuk orang dari kantor pusatnya untuk ditempatkan di cabang perusahaannya di sebuah negara tertentu. Apalagi untuk posisi kendali strategis seperti keuangan dan business development. “Hal yang sama jika pengusaha Indonesia ingin berekspansi ke luar negeri. Pasti, mereka lebih senang dan nyaman membawa orangnya sendiri untuk ditempatkan sebagai pimpinan utama di negara tersebut. Mengapa? Karena orang ini dianggap sudah bisa memahami dengan benar visi, misi, dan arah perusahaan,” kata Noke.

Namun, Noke juga menambahkan pastinya orang yang dipilih dan ditunjuk itu punya kemampuan dan kompetensi tertentu yang dianggap bisa membuat perusahaan dan dirinya diterima oleh lingkungan asing di sebuah negara.

Kalaupun ada perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia yang menunjuk orang Indonesia sebagai CEO-nya itu lebih karena strategi perusahaan tersebut yang ingin memperkuat penetrasi pasarnya di pasar Indonesia. Artinya, CEO ini dianggap memahami situasi dan kondisi pasar dan konsumen Indonesia. Contohnya Unilever Indonesia dan XL.

Jadi, kata Noke menegaskan sebuah perusahaan asing menunjuk seseorang untuk menjadi CEO-nya di cabang usahanya di sebuah negara itu jangan mengkotak-kotakan si CEO ini adalah CEO bawaan dari negaranya atau CEO orang lokal. Namun, lebih kepada kebutuhan dan selaras pada arah dan strategi perusahaan tersebut.

Namun benang merahnya, siapapun yang jadi CEO-nya, atau individu yang sudah mencapai level karir profesional sebagai CEO itu adalah individu-individu yang sudah berhasil mendobrak batasan multi kultural yang didukung kemampuan komunikasi dua arah dengan memiliki kemampuan percakapan dalam bahasa Inggris atau asing lainnya yang selaiknya percakapan biasa dalam kesehariannya. Lalu, kemampuan beradaptasi dengan perbedaan budaya didukung oleh pola pikir yang terbuka. Contohnya, jangan mudah tersinggung jika berhadapan dengan orang yang terbiasa menegur secara to the point, tentu dalam konteks pekerjaan. Umumnya, orang asing itu terbiasa bicara lugas, langsung, dan apa adanya dalam menyampaikan pendapat, kritik, atau saran. “Seorang CEO MNC, dimanapun atau di negara manapun dia berada, sekalipun dia masih di Indonesia adalah individu yang sudah punya semua nilai tambah yang sudah saya sebutkan. Dia berhasil mengatasi perbedaan dan beradaptasi dengan lingkungan dimana dia berada. Karena biarpun dia beraktivitas di Indonesia, dia toh bertemu dengan pihak orang asing, baik shareholder dan stake holdernya, termasuk media sekalipun. Khususnya untuk MNC yang mendapatkan eksposure global,” ujar Noke.

Namun, jika ingin berkaca pada keberhasilan orang India yang banyak dipercaya memegang kendali strategis di berbagai perusahaan asing dunia, Noke melihatnya karena orang India memiliki karakter yang sangat gigih untuk maju, sangat asertif, percaya diri yang tinggi sehingga berani beragumen dengan baik, keinginan belajar dan berkembang yang sangat tinggi dengan selalu self-improvement, tidak mudah puas dan terlena dengan zona kenyamanan, dan tentu kemampuan berbahasa Inggris yang sangat baik. “Orang India tetap percaya diri dalam bercakap-cakap dengan bahasa Inggris biarpun logat dan dialeknya masih kental Indiannya, “ dia menguraikan.

Menurutnya, individu dari ras atau negara manapun, ketika dia berhasil dipercaya menjadi CEO MNC itu lebih banyak diliha pada kompetensi dirinya layak sebagai CEO, bukan asal negara atau sukunya. Orang Cina yang bisa menjadi CEO MNC itu pasti juga punya karakter yang sama dengan individu India yang berhasil eksis sebagai pemimpin perusahaan di manapun perusahaan itu berada, baik di luar atau dalam negaranya. Begitu pula dengan individu Indonesia. “Terbiasa tereksposure atau besar di luar negeri itu menjadi nilai tambah tersendiri. Tapi, jangan lupa juga, banyak orang yang terbiasa di luar negeri, juga malah tidak menjadi apa-apa dan siapa-siapa. Semuanya kembali pada individunya,” tegas Noke.

“Berhadapan dengan orang asing, buang mental inlander (mental jiwa orang terjajah, red). Kita harus mampu membangun kesetaraan dalam bertukar pendapat dan bersikap. Jangan semata-mata dia orang asing, kita perlakukan lebih baik bahkan sampai dalam pemberian kompensasi atau remunerasi. Khususnya buat perusahaan lokal dalam meng-hire orang asing. Paket remunerasi itu diberikan lebih kepada ruang lingkup konsekuensi, resiko, dan jenis pekerjaan plus kompetensi dirinya. Bukan karena dia orang bule atau lokal,” tambahnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved