Listed Articles

Pelindo II Tangani Pendangkalan Alur di Bengkulu

Pelindo II Tangani Pendangkalan Alur di Bengkulu

Pendangkalan alur masuk pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu sudah lama menjadi kendala operasional yang mengganggu keselamatan dan keamanan kapal yang akan keluar masuk pelabuhan. Apabila tidak segera diatasi, pendangkalan ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah setempat dan mendatangkan resiko keselamatan serta keamanan kapal-kapal yang akan berlabuh serta melakukan kegiatan bongkar-muat barang.

Sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II telah melayangkan surat kepada Kementerian Perhubungan agar masalah pemeliharaan dan pengerukan alur di Pelabuhan Bengkulu dapat segera diatasi, mengingat peran pentingnya sebagai gerbang rantai perekonomian daerah Bengkulu dan sekitarnya. “Pemerintah menyadari adanya kendala yang dirasakan oleh para pengguna jasa untuk berlabuh dan kami telah ditugaskan untuk segera melakukan pengerukan alur di Pelabuhan Pulai Baai,” demikian pernyataan Direktur Utama PT Pelindo II R.J. Lino di sela-sela rapat koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI pada 2 Februari 2011 lalu. “Pada tahap pertama akan dilakukan pengerukan hingga kedalaman -6 meter LWS, sedangkan pengerjaan proyek ini sendiri diperkirakan akan memakan waktu 3,5 bulan,” lanjut Lino.

Sebagai gambaran, dengan kedalaman air pada alur masuk perairan pelabuhan yang hanya mencapai -4,5 meter, rata-rata terdapat 25 unit kapal yang kandas setiap bulannya. Apabila rata-rata arus keluar masuk kapal melalui Pelabuhan Pulau Baai mencapai sembilan unit per hari, maka PT Pelindo II Cabang Bengkulu selaku pengelola Pelabuhan Pulau Baai akan mengalami potensi kerugian hingga miliaran rupiah setiap tahunnya, mengingat banyak kapal dengan bobot di atas 2.500 GWT (gross weight tonnage) yang mengangkut berbagai jenis komoditi yang tidak dapat berlabuh.

Potensi kerugian ini dialami oleh PT Pelindo II dan juga para pengguna jasa yang kapal-kapalnya bersandar di pelabuhan, salah satunya adalah PT Pertamina (Persero) UPMS Bengkulu. Kapal tanker milik perusahaan migas negara ini sebelumnya bisa bersandar di dermaga dengan kapasitas kapal 3.000 GWT. Namun kini hanya kapal-kapal berukuran 1.000 GWT yang dapat bersandar di dermaga. Belum lagi kapal-kapal yang mengangkut berbagai komoditi utama daerah Bengkulu, diantaranya adalah batubara, cangkang dan crumb rubber, yang tidak hanya dikirim ke beberapa wilayah Bengkulu dan sekitarnya namun juga ke beberapa negara di kawasan Asia bahkan Amerika. Proses pengangkutan komoditi tersebut tidak dapat menggunakan mother vessel jenis panamax sehingga proses bongkar muat batubara dilakukan dengan pola transshipment di Pulau Tikus dengan menggunakan tongkang.

Sementara dalam beberapa tahun terakhir, batubara sendiri merupakan komoditi primadona dan menjadi penyumbang pendapatan terbesar Pelabuhan Bengkulu. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya throughput batubara yang mencapai lebih dari dua juta ton pada tahun 2010 atau meningkat sekitar 30% dari tahun sebelumnya yang teralisasi sebesar 1,4 juta ton. Sementara itu, realisasi arus kunjungan kapal juga mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010 lalu, arus kunjungan kapal terealisasi sebanyak 1.200 unit atau 1,6 juta GT (gross tonnage), meningkat sebesar 21,5% dari realisasi tahun 2009 yang mencapai 988 unit atau 1,2 juta GT.

“Dengan pengerukan ini, kedalaman alur Pelabuhan Bengkulu diharapkan mencapai kondisi ideal. Selain itu, dengan adanya penambahan alat bongkar muat pada tahun ini, produktivitas pelabuhan diharapkan meningkat 40% dari kondisi saat ini. Peningkatan produktivitas ini pada akhirnya turut membantu kelancaran distribusi barang dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Bengkulu dan sekitarnya,” tutup R.J. Lino.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved