Listed Articles

Peluang di Bisnis Katering Sehat

Oleh Admin
Peluang di Bisnis Katering Sehat

Pakar pemasaran Hermawan Kartajaya ternyata mengidap penyakit diabetes sejak 23 tahun silam. Namun, sekarang Presiden MarkPlus Inc. ini bisa bernapas lega karena enam bulan lalu ia menemukan perusahaan katering yang cocok dengan kebutuhannya. Perusahaan ini rutin mengiriminya makanan sehat pada Senin-Jumat, selama di kantor. ”Paling baik adalah yang di-customize untuk tiap orang,” ujar Hermawan mengenai katering makanan sehat. Tak kurang Rp 2,5 juta sebulan harus ia anggarkan untuk jasa katering White Lotus ini. Toh, ia merasa harga itu masuk akal karena menu-menu yang diberikan healthy & tasty, penyajiannya bagus, dan menambah selera makan.

Program hidup sehat kini telah merasuki kehidupan banyak eksekutif. Tak hanya Hermawan yang mengidap penyakit tertentu, para eksekutif yang sehat pun kian sadar pentingnya mengontrol makanan selama seharian bekerja di kantor. Hal inilah yang direspons pebisnis katering makanan sehat, sehingga belakangan jasa katering jenis ini banyak bermunculan. Sebutlah, HealthFreaks, My Meal Catering, Prima Catering, Puspa Widjaya Utama, dan White Lotus.

Ines Gulardi M.Sc., ahli nutrisi dan salah satu investor HealthFreaks, mengungkapkan latar belakang ia dan mitra usahanya — Ragil Imam Wibowo, komandan PT Trirekan Rasa Utama — terjun ke bisnis ini. Yakni, karena kini banyak orang yang mulai sadar pentingnya makanan sehat. Sayangnya, mereka tidak tahu memulainya dari mana. Kalaupun banyak yang memulainya di rumah, biasanya akan menjadi kacau jika mereka berada di kantor. Terutama, bagi mereka yang bekerja dengan keterbatasan pilihan makanan, kecenderungannya adalah memilih apa yang tersedia di sekelilingnya. “Nah, untuk membantu pilihan makanan sehat, ada HealthFreaks,” ujar lulusan Bisnis Makanan dan Nutrisi Purdue University, AS, dan Master Nutrisi Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Adapun Ignatius Zaldy, pemilik My Meal Catering, mengaku termotivasi memulai usaha katering jenis ini karena pengalaman pribadinya. Maklum, ia mempunyai masalah hipertensi, asam urat tinggi, dan kelebihan berat badan. Ketika itu ia sulit mencari jasa katering untuk diet. Jikapun ada, tidak bisa mengantar ke tempat. Dari sini ia merasakan kebutuhan jasa katering makanan kesehatan. Dan pria yang tak memiliki latar belakang pendidikan di bidang gizi dan masak-memasak ini melihat hal itu sebagai peluang usaha yang baik.

Bagi Peni M. Hartanto, pemilik Prima Catering, selain ingin mengajak orang lain hidup sehat, ia memilih bisnis ini karena merupakan bisnis langka yang menjanjikan karena tak mudah menyediakan menu yang pas bagi penderita penyakit tertentu. Karena itu, lulusan Fakultas Kedokteran UI ini berniat melakukan aktivitas produktif yang tak jauh dari tema kesehatan.

Menggarap segmen eksekutif tentu saja tak mudah. Perlu strategi khusus. Menurut Sinta K. Dewi, Manajer Pengembangan Bisnis HealthFreaks, sekarang perusahaan yang didirikan pada 2006 ini bekerja sama dengan sejumlah korporat secara langsung, seperti dengan fitness centre dan rumah sakit. Untuk pusat kebugaran, contohnya, HealthFreaks melakukan promosi bersama, misalnya dengan mengadakan kegiatan Fun Run dan Aerobik. HealthFreaks pun mengedukasi masyarakat melalui talk show di Hardrock FM, Radio SK, dan Metro TV, serta mengadakan seminar dan memberikan informasi tentang makanan sehat melalui situs webnya, www.HealthFreaks.info. Diakui Ines, hal ini tak mudah karena kebanyakan dari masyarakat bersifat angin-anginan.

HealthFreaks pun tak segan-segan memberdayakan eksekutif yang sudah berlangganan. Misalnya, dalam satu kantor terdapat 12 pelanggan, HealthFreaks lalu meminta pelanggan tersebut meminta izin kepada kantor yang bersangkutan untuk memberikan edukasi secara gratis tentang tip meningkatkan kesehatan, makanan sehat, dan cara diet yang baik. Kini pelanggan eksekutifnya tersebar di berbagai perusahaan besar di Jakarta. Sebut saja, Allianz dan AIA untuk perusahaan asuransi, Rekayasa Industri (kontraktor), MRA (media), dan CNOOC (tambang). Adapun jumlah pelanggan setiap bulan selalu naik-turun, tapi total sekitar 200 orang sebulan dan menyediakan lebih dari 1.000 paket.

Ignatius Zaldy mengklaim, My Meal Catering merupakan katering pertama di Indonesia yang menggunakan bio scan untuk mendiagnosis komposisi tubuh dan software gizi modern yang akan mengalkulasi secara akurat gizi makanan. Selain itu, Zaldy menyediakan layanan konsultasi dengan ahli gizi gratis bagi pelanggan. “Ahli gizi itu harus ada. Kami tidak mau memberikan menu makanan yang salah kepada pelanggan,” ujarnya. Dan yang tak kalah penting, Zaldy menjamin suplai bahan dan ketepatan waktu pengiriman.

Adapun Prima Catering yang didirikan pada 1999 dengan modal Rp 15 juta meluncurkan program untuk eksekutif, yaitu Company Healthy Eating Program. Ini program khusus bagi para profesional yang membutuhkan makanan dengan gizi seimbang, tapi tetap terukur kalorinya (600-800 kalori) sesuai dengan umur, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas harian. Program Prima Catering lainnya: diet berat badan yang menyediakan sejumlah menu seperti food combining, weight management program, south beach diet, dan Okinawa program. Lalu, ada pula diet corner, yaitu stan makanan khusus diet pada acara pesta atau pertemuan keluarga. Peni juga menyediakan katering bagi mereka yang menderita penyakit jantung, diabetes, hipertensi, ginjal, dan asam urat, plus ibu hamil dan menyusui.

Intinya, selain melayani konsultasi, Peni menerima menu katering untuk semua penyakit berdasarkan resep diet dari dokter. Jadi, bagi pasien yang belum mendapat resep diet dari dokternya, ia bersedia memberikan konsultasi terapi makanan dengan melakukan tes laboratorium. Dari hasil laboratorium ini, akan ditentukan diet macam apa yang pas bagi pelanggan. Contohnya, untuk penderita hipertensi, pemakaian garam harus diukur supaya tak meningkatkan tensi pelanggan. Bahkan, penderita asam urat diharuskan diet rendah purin, yaitu zat yang seharusnya dibuang oleh tubuh yang lama-kelamaan menjadi urec acid atau asam urat.

Peni mengiklankan jasanya di majalah dan surat kabar. Di samping itu, ia membentuk tim pemasaran yang rutin mendatangi rumah sakit atau klinik untuk menawarkan program yang dikembangkannya sesuai dengan standar diet Persatuan Ahli Gizi Indonesia.

Menu yang sehat tapi menarik menjadi fokus mereka. Contohnya, White Lotus dan HealthFreaks. Ines dan Shinta mengungkapkan, makanan sehat yang mereka tawarkan memiliki rasa yang enak, tapi tinggi kadar seratnya. Makanan sehat tersebut mengandung karbohidrat dengan glychemic index rendah, protein, minyak tidak jenuh, serta non-trans fat. HealthFreaks juga tidak menghilangkan salah satu jenis foodgroups karena setiap makanan mengandung gizi. Yang terpenting adalah variasi dari berbagai jenis makanan. Bahan-bahan yang dimiliki pun dijamin dari dalam negeri.

Hal ini dibenarkan Andi Iskandar, Direktur Desain Iklan Leo Burnett. Setelah 8 bulan berlangganan makanan kesehatan di HealthFreaks, ia tak merasa bosan karena menu yang disajikan berbeda setiap hari. “Saya tak merasa berat dan terganggu untuk menjalankan pola hidup sehat,” ujarnya tentang pengalaman memakai jasa HealthFreaks.

Kelebihan HealthFreaks, menurut Andi, pertama, mampu menyajikan menu makanan tanpa menggunakan daging karena ia vegetarian, tetap variatif, dan tidak membosankan. Kedua, selain menyehatkan, rasanya pun sedap sehingga membuat orang tidak bosan atau terganggu untuk pola hidup sehat. Ketiga, layanan yang diberikan cukup baik (misalnya, pengiriman tepat waktu). Sementara itu, kekurangan HealthFreaks lebih pada pengemasan yang kurang representatif.

Bagaimana dengan harga? Prima Catering memasang harga Rp 700 ribu untuk dua kali sehari selama 10 hari dan Rp 1 juta untuk tiga kali sehari selama 10 hari. Sementara HealthFreaks yang hanya melayani katering makan siang mematok harga flat Rp 35 ribu/paket (dari appetizer hingga desert). Lalu, My Meal Catering untuk minimal pemesanan 15 hari menawarkan harga Rp 925 ribu sekali makan per hari, Rp 1,8 juta untuk dua kali sehari, dan Rp 2,185 juta untuk tiga kali sehari. Adapun tarif White Lotus, Rp 55 ribu sekali makan. Menurut Ines, harga tersebut tidaklah mahal karena berbanding lurus dengan komposisi bahan-bahan yang digunakan. Misalnya, untuk minyak saja ia menggunakan olive oil. “Jadi, antara harga dan kualitas makanan sesuai,” ujar wanita yang pernah bekerja di bisnis farmasi Otsuka Indonesia ini.

Yang jelas, menurut Ines, bisnis ini menguntungkan dan berprospek cerah. Alasannya, cara hidup sehat terus berkembang, tidak hanya dari makanan yang sehat, tapi juga olah raga. Ines, yang kini memiliki 14 karyawan, juga menganggap cara hidup sehat sudah menjadi gaya hidup, dan penunjangnya adalah olah raga serta makanan dan minuman yang sehat.

Hal itu diamini Naniek P.H.J., Direktur Penjualan & Pemasaran Puspa Widjaya Utama. Diungkapkan, meskipun katering makanan sehat hanya mengambil porsi 10% dan bisnis kateringnya, pertumbuhan usaha ini terbilang bagus, yaitu 10% per tahun. Itulah sebabnya, sejak 10 tahun silam, usaha kateringnya sudah back to nature. Artinya, bumbu/bahan racikan mengambil dari ramuan tradisional. Misalnya, mengganti unsur monosodium glutamat (vetsin) dengan kaldu. Lalu, seiring dengan kebutuhan hidup sehat, usahanya mengambil dua ranah secara bersamaan, yaitu katering umum dengan bumbu yang aman dikonsumsi, dan katering khusus (misalnya, untuk vegetarian atau penderita hipertensi dan diabetes). Ke depan, ia akan menambah pasokan ahli gizi (selain membuat divisi khusus) untuk memperkuat basis makanan sehat.

Zaldy pun merasakan hal yang sama. Sejak usahanya didirikan pada Januari 2006 dengan modal Rp 400 juta, perkembangan kinerjanya lumayan. Pesanan yang datang sekitar 30% berasal dari konsumen untuk kebutuhan diet, 50% untuk orang sakit, dan sisanya ibu hamil dan menyusui. Sehingga, dalam sebulan My Meal Catering bisa mengumpulkan omset sekitar Rp 90 juta, dengan keuntungan bersih sekitar 25%-nya.

Pada sisi lain, tingkat persaingan di bisnis ini tak terlalu tinggi. Ines mengatakan, pasar di bisnis ini terlalu luas untuk diperebutkan 2-3 perusahaan. Tak mengherankan, ia belum merasakan adanya perebutan pasar yang ketat di antara sesama pemain katering makanan kesehatan. “Jadi, so far belum ada persaingan yang signifikan,” ujar mantan nutrisionis Marie France Bodyline pada 2003 ini.

Adapun Zaldy melihat persaingan usaha katering diet, terutama spesifik organik, masih longgar. Diakuinya, tak sedikit orang yang mencoba membuka usaha serupa, tapi tak berumur panjang. Penyebabnya, mereka tak menangani usaha ini secara serius.

Rencananya, Ines akan memberikan sesuatu yang sifatnya lebih praktis kepada pelanggan. Contohnya, satu paket makanan yang lebih mudah didapat dan dikonsumsi (misalnya, dalam satu paket microwave). Pengembangan produk juga akan diarahkan mengikuti keinginan pelanggan dan occational (tergantung momentum, misalnya bulan puasa). Bahkan, ia ingin mengembangkan usaha ini ke mass market dengan cakupan usia yang tersegmentasi. Kemudian, jika ada yang tertarik, ia ingin mewaralabakan usaha ini.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved