Listed Articles

Pinjaman dan Deposito Tahun 2011 Diprediksi Tumbuh 2 Digit

Pinjaman dan Deposito Tahun 2011 Diprediksi Tumbuh 2 Digit

Survei kedua PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia mengenai perbankan di Indonesia menunjukkan pandangan yang lebih optimis dibandingkan dengan survei sebelumnya di tahun 2010, yang mana 96 persen responden memprediksikan pertumbuhan dua digit untuk pinjaman dan deposito di tahun 2011.

Responden survei PwC Indonesia ini berasal dari eksekutif senior perbankan di Indonesia, dimana terlihat preferensi mereka untuk melakukan “organic growth”, dibanding akuisisi sebagai strategi utama di tahun 2011. Perluasan jaringan kantor cabang terlihat sebagai fokus utama operasional mereka di tahun 2011, dimana lebih dari sepertiga (36 persen) bankir merencanakan untuk membuka setidaknya 25 kantor cabang di tahun 2011. Hanya 17 persen dari responden yang memperkirakan kantor cabang mereka akan tetap dalam jumlah yang sama. Menurut survei, fokus akan terus ditujukan untuk memperluas jaringan di seluruh Indonesia untuk lebih melayani Usaha Kecil Menengah (UMKM) yang menjanjikan.

Pada survei ini, inovasi dilihat sebagai faktor yang akan terus mendorong efisiensi dan menghasilkan keunggulan yang kompetitif. “Teknologi adalah salah satu cara untuk mencapai kedua hal tersebut, terutama ketika Indonesia agak tertinggal dari negara-negara lain dalam penyediaan internet dan layanan mobile banking,” ujar Ashley Wood, Penasehat Teknis PwC Indonesia.

Ketika ditanya apakah ada rencana untuk meningkatkan modal lebih dalam satu hingga dua tahun ke depan, eksekutif perbankan memberikan tanggapan yang hampir sama dengan survei sebelumnya di tahun 2010. Hampir setengah dari responden (48 persen) tidak mempunyai rencana untuk meningkatkan modal dalam jangka pendek, dimana 14 persen memutuskan untuk menunggu dan melihat perkembangan.

Pandangan para bankir lebih terbagi dalam hal hambatan- hambatan yang dianggap menghalangi pencapaian proyeksi pertumbuhan mereka. Didalam survey di tahun 2010, para Bankir melihat kompetisi sebagai hambatan yang paling utama. Menariknya, di tahun ini, kompetisi tidak termasuk dalam tiga hambatan utama. Peraturan dirasakan sebagai kendala terbesar di tahun 2011, diikuti oleh pencarian pegawai berbakat dan situasi politik

Lebih dari setengah (55 persen) responden menyatakan keprihatinan mereka akan kelangkaan pegawai berbakat. “Namun hanya 16 persen responden yang memilih untuk menggunakan remunerasi keuangan sebagai cara untuk menarik dan mempertahankan pegawai berbakat yang terbaik, dimana sisanya lebih memilih cara-cara non-keuangan seperti pelatihan dan program mentoring yang berfokus pada pengembangan karir”, lanjut Ashley Wood dalam rilis yang dikirimkan ke redaksi Majalah SWA hari ini (5/4)..

Terdapatnya situasi politik sebagai salah satu dari tiga hambatan utama untuk pertumbuhan di tahun 2011 merupakan pandangan yang mengejutkan, mengingat situasi politik yang relatif stabil di Indonesia. Namun campur tangan politik muncul sebagai kendala umum untuk sektor perbankan di seluruh dunia dimana risiko politik dilihat sebagai risiko utama menurut survei dari PwC Global – Banking Banana Skins 2010.

Berkenaan dengan masalah operasional – kapitalisasi dan efisiensi biaya termasuk sebagai hal-hal yang menjadi perhatian utama para eksekutif senior di tahun 2011. Menariknya, kurang dari seperempat responden (24 persen) menyatakan kesulitan untuk mengetahui dimana dan bagaimana melakukan penghematan biaya di bank mereka.

Margin bunga bersih/Net Interest Margin (NIM) di Indonesia, dengan rata-rata hanya di bawah 6 persen, saat ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (dimana umumnya rata-rata NIM di kisaran 3 persen atau 4 persen ) dan di atas negara-negara berkembang lain seperti China dan India. Walaupun mendapat tekanan untuk menurunkan NIM, hampir separuh responden (49 persen) melihat NIM akan tetap berada di tingkat yang sama dengan tahun 2010. Tingginya inflasi dan penerapan premi resiko (risk premium) yang lebih tinggi (dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya) dirasakan sebagai pemicu utama untuk tingkat NIM yang relatif tinggi ini.

Risiko kredit tetap menjadi risiko utama yang harus dikelola para bankir meskipun rasio kredit bermasalah terhadap total kredit (gross –non performing loans) tetap stabil di tingkat 3 persen. Risiko likuiditas dan risiko operasional adalah dua resiko utama lainnya menurut survey ini.

Lebih dari separuh responden meramalkan tingkat risiko penipuan akan tetap sama seperti di tahun 2010. Kolusi antara karyawan dan nasabah dan penipuan identitas tetap menjadi perhatian utama ketika menilai suatu risiko penipuan.

Survei ini dilakukan oleh PwC Indonesia kepada lembaga perbankan di seluruh Indonesia, termasuk bank milik negara, lokal, asing dan bank daerah. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengumpulkan dan menggabungkan pandangan beragam eksekutif perbankan senior dari seluruh lembaga perbankan di Indonesia. Selain prospek pertumbuhan, survei ini juga fokus pada hal-hal operasional, serta manajemen risiko, tata kelola usaha dan peraturan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved