Raksasa Baru Jasa Solusi ERP | SWA.co.id

Raksasa Baru Jasa Solusi ERP

Usianya masih sangat muda. Nama Rajawali Tri Manunggal (RTM) yang didirikan tiga anak muda pada 1997 masih kalah nyaring dibanding Metrodata, Berca (H-P) atau Astra Graphia (DEL). Di dunia teknologi informasi (TI), usia muda sering dinafikan. Dan, performa itulah yang ditunjukkan RTM.

Perusahaan yang membidangi jasa solusi TI ini dengan bangga mencatatkan nama-nama besar sebagai klien pertama dalam company profile-nya. Waktu berjalan dan klien RTM pun terus bertambah dan tersebar di hampir semua sektor industri. Pasar RTM terus menjulur melewati batas benua hingga mencapai Asia Pasifik dan Eropa.

Perusahaan ini didirikan Lasman Citra dan Herianto Tanudjadja -- keduanya pentolan Metrodata -- dan seorang lainnya mantan profesional Arthur Andersen. Dari hasil iuran para pendiri, terkumpul modal awal Rp 100 juta. Namun, seorang pendiri memilih keluar dari kongsi, sehingga saham RTM kini dikuasai Lasman yang menjabat CEO, dan Herianto sebagai komisaris.

Awalnya, RTM lebih sebagai perusahaan reseller hardware Sun Microsystems. "Kami waktu itu hanya menjual workstation dan server ke konsumen," kenang Lasman. Toh, klien pertama RTM adalah  perusahaan besar seperti Perhutani, Aneka Tambang dan Unocal Indonesia. Nasib lagi mujur dan klien terus bertambah. Prestasi ini mengantar RTM pada 1999 ditunjuk Sun menjadi distributor selain Metrodata dan Multidata untuk produk Unix System. Dari sinilah unit usaha lain dirambah dan semakin merindangkan pohon bisnis RTM. Ada divisi usaha yang fokus di pelayanan dan pengembangan aplikasi.

Bintoro Yuwono, General Manager System Intergration Berca, mengatakan RTM ditunjuk PT Sun Microsystems Indonesia yang baru berdiri dua tahun lalu sebagai system partner untuk industri MFG dan commercial. Artinya, RTM mendapatkan proteksi dan privilese untuk order fulfilment proyek-proyek di sektor itu. "Semua proyek yang menggunakan platform Sun di sektor tadi harus order ke RTM terlebih dulu, termasuk dari partner bisnis Sun lainnya," kata Bintoro.

RTM terus berkembang, dan duet Lasman - Herianto memutuskan melakukan  spin off perusahaan di penghujung 2000. Langkah ini dimaksudkan agar perusahaan semakin fokus sesuai dengan kompetensinya. Maka, dibuatlah RTM Global Integration (RTM-GI) dan RTM Global Technology (RTM-GT).

RTM-GI yang menjadi distributor Sun (infrastruktur) sebagai bisnis inti dibangun dengan dana awal US$ 500 ribu, sedangkan RTM-GT yang difokuskan pada e-banking dan asuransi dimodali investasi US$ 1 juta. Dalam waktu cepat, RTM-GI juga berkembang dan dipercaya sebagai agen resmi Oracle, Veritas, Storage Tek dan Sybase.

Yang mencengangkan, pada 2001 RTM mampu dan berani mengakuisisi perusahaan ERP (enterprise resources planning) dan resources management, dan selanjutnya berganti nama menjadi RTM Global Solution (RTM-GS). Manajemen RTM hanya menghabiskan US$ 200 ribu untuk mengambil alih dan membangun kembali perusahaan ini.

Tidak berhenti di situ. Pada 2002, dengan investasi US$ 500 ribu, berdiri lagi RTM Global Nusantara (RTM-GN) yang fokus di bisnis solusi e-government. Perusahaan ini dengan bangga menyebut diri memiliki  acuan pengembangan sistem aplikasi informasi keuangan daerah dengan menggunakan teknologi platform yang terbuka, Java.

Mainan paling anyar RTM dan didirikan tahun silam juga adalah  RTM Santech International (RTM-SI) yang khusus menggarap pasar Timor Leste. Dalam kacamata Lasman dkk., Timor Leste adalah berlian yang masih terbenam dalam lumpur. Untuk ini, RTM menyediakan dana hingga US$ 1 juta guna menggarap negeri tetangga ini. Di negeri Xanana Gusmao, kelak RTM siap menggarap infrastruktur TI dan e-government pemerintahan.

Demikian serius RTM di Timor Leste, sehingga Lasman merasa perlu membuka kantor di sana. Harap dicatat, RTM-lah perusahaan sejenis yang pertama hadir sekaligus berkantor di sana. Tahun ini saja, Lasman, lelaki kelahiran Pontianak tahun 1972, berani mematok target pendapatan US$ 1,5 juta dari negeri miskin yang berharap banyak dari kandungan minyak di Celah Timor hasil pembagian dengan Australia itu.

Grup RTM juga memiliki saham -- meskipun kecil -- di PT Ganesha Cipta Informatika yang bergerak di bidang sistem analisis data warehouse. Ganesha sebenarnya juga keluarga dekat RTM, sebab 50% sahamnya dikuasai Herianto yang juga pemlik saham Grup RTM.

Wajarlah kemudian, RTM mengklaim masuk lima besar dalam industri jasa solusi TI negeri ini bersama Metrodata, Berca, Astra Graphia dan Multidata. Omset per tahunnya bahkan melambung ratusan kali di atas modal awal pendirian perusahaan. Hingga akhir 2002, RTM telah meraup revenue hingga US$ 30 juta. Lihat saja kliennya yang kini berjumlah ratusan perusahaan di hampir semua jenis industri. Mulai dari manufaktur, ritel, distribusi, energi, telekomunikasi, pemerintahan, perbankan hingga pendidikan. Tahun ini, Lasman menargetkan pertumbuhan pendapatan 40%-50%.

Untuk pasar luar, RTM memulai dengan proyek senilai US$ 100 ribu dari Standard Chartered Bank di Hong Kong. Dari sinilah klien lain dari Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, Pakistan dan Bangladesh menyusul memakai jasa RTM, khususnya untuk proyek fright information system. Ini prestasi tersendiri bagi RTM atas keberhasilannya menembus pasar luar yang sekaligus mencatatkan nama di dunia solusi TI, dan bersaing dengan perusahaan sejenis dari Eropa dan Amerika Serikat.

Sejatinya, asalkan memiliki kompetensi, pasar luar bukan masalah bagi perusahaan TI. Inilah yang diperlihatkan RTM. Hanny Santoso, pengamat TI dari Universitas Bina Nusantara, mengambil contoh Infosys, perusahaan software asal India, yang berhasil melangkahi banyak perusahaan sejenis dan sering dipuji, serta mendapat catatan tersendiri dari Majalah Fortune.

Bukan berarti RTM bebas dari kemungkinan kendala. Pasalnya, di beberapa kasus, software ERP sering mempertontonkan kegagalan dalam implementasi ERP seperti yang pernah terjadi di Dell dan Nike. "ERP sering dilihat sebagai pedang bermata dua. Tetapi saya yakin, kebutuhan semakin besar, dan RTM harus mencermati hal itu," tutur Hanny. Sebab, peluang untuk semakin besar terbuka lebar, tapi tentunya harus dengan strategi yang tepat. Misalnya, bersaing dengan cost leadership. Maksudnya, bersaing dalam hal harga yang membuka peluang perusahaan menengah-bawah mengimplementasi layanan yang ditawarkan. Ini penting, sebab investasi implementasi ERP masih sangat tinggi, sehingga hanya perusahaan besar yang mampu melakukan.

Lantas, apa kelebihan RTM? "Untuk software SAS, RTM menghadirkan solusi yang cukup spesifik, sehingga relatif sedikit dijumpai di lapangan," ujar Bintoro.

Reportase: A. Mohammad B.S.

Tags:

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)