Listed Articles

Remaja dan Kelas Menengah Bawah Mendorong Penetrasi Ponsel

Remaja dan Kelas Menengah Bawah Mendorong Penetrasi Ponsel

Umumnya industri telekomunikasi berkembang dari masyarakat tidak terhubung menjadi terhubung melalui telepon rumah (fixed line) yang kemudian berkembang menjadi telepon seluler. Di Indonesia anomali telekomunikasi berkembang dari tidak terhubung menjadi terhubung melalui ponsel tanpa melalui fixed line. Demikian paparan Viraj Juthani, Direktur Client Leadership Telecom, Nielsen. Penetrasi telepon seluler di Indonesia pada 2010 meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2005.

Survei tentang telekomunikasi ini telah dilakukan oleh Nielsen secara berkala namun ini kali pertama dipublikasikan. Survei ini dilakukan terhadap 15 ribu responden pria dan wanita berusia 10 tahun ke atas di 9 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya (masing-masing dengan daerah sekitarnya), Medan, Palembang, Makassar dan Denpasar dengan metode wawancara.

Pertumbuhan penetrasi telepon selular didorong oleh semakin tingginya pengguna ponsel usai muda (10 – 19 tahun). Pertumbuhan pengguna ponsel remaja (usia 15-19 tahun) telah meningkat tiga kali lipat menjangkau lebih dari 70% dari segmen ini. Sedangkan pengguna ponsel pada kelompok usia ini telah meningkat lima kali lipat sejak tahun 2005

Kelas menengah bawah juga mendorong peningkatan penetrasi telepon seluler saat ini dan mendatang. Pertumbuhan penetrasi telpon selular didominasi oleh kelas C2, D dan E lebih dari 20%. Dari segi okupansi pertumbuhan ini juga terbanyak dari pekerja kerah biru (blue collar) dan ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan semakin bermunculan merek-merek ponsel lokal atau impor berharga murah (low end) yang berdesain menarik dan fiturnya tidak kalah dengan ponsel hi end.

Yang tak kalah penting adalah semakin murahnya biaya telekomunikasi. Operator seluler sangat rajin membuat program promosi untuk meningkatkan penggunaan telpon selular. Ternyata operator dengan teknologi CDMA menjadi pilihan pekerja kerah biru, (38%), pelajar (20%) dan ibu rumah tangga (15%). Pada 2010 CDMA berkontribusi 26% terhadap pertumbuhan penetrasi telpon selular.

Untuk segmen remaja, penggunaan ponsel memang masih berkisar pada menelpon, mengirim sms, dan chatting. Kecenderungannya mengarah ke chatting via YM (Yahoo Messenger)/MSN, Black Berry atau Facebook.

Pengeluaran untuk biaya komunikasi juga semakin murah dibanding tahun 2005. Sebanyak 58% mengeluarkan rata-rata kurang dari Rp 50 ribu, meningkat dari 18% pada 2005. “Hal ini disebabkan semakin murahnya tarif ponsel dan bertambahnya banyak segmen menengah bawah tadi,” tutur Viraj Juthani.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved