Sekadar mengingatkan, Desember tahun lalu, Rizka yang saat itu menduduki posisi VP Country Manager CAMI, membuat heboh lantaran tiba-tiba keluar dari institusi yang telah digelutinya selama 10 tahun lebih. Apalagi, yang keluar dari perusahaan ini bukan hanya Rizka, tapi juga beberapa karyawan lain. Ketika itu, sempat terlontar dari mulutnya bahwa ia ingin melanjutkan studi. Namun, setelah dua bulan berlibur di rumah keluarganya di Sukabumi, ternyata ia berubah pikiran. Ia justru memutuskan membuka usaha sendiri.
Nekat? "Tidak juga," ujarnya seraya menggeleng. Langkah ini ia ambil bukannya tanpa pertimbangan. "Ketika itu, ada tiga hal yang bisa saya lakukan. Kuliah lagi, bekerja di tempat lain, atau menerima ajakan teman untuk membuka usaha sendiri," ia menjelaskan. Tadinya, Rizka berpikir ingin istirahat dulu dari dunia bisnis dan investasi. Karena itu, ia berencana mengambil program MBA di Inggris. Entah bagaimana, buku Robert T. Kiyosaki berjudul Rich Dad Poor Dad memotivasi dirinya mengambil tantangan ini. Rizka pun terinspirasi berpindah kuadran dari employee (pekerja) ke entrepreneur (pengusaha).
Januari lalu, bersama dua temannya, Suryanto Wijaya dan Jimmy Burhan, ia mendirikan Corfina Capital Asset Management. Ditilik dari namanya, orang langsung tahu bahwa perusahaan ini membidangi pengelolaan aset. "Bidangnya tetap sama seperti yang saya tekuni selama ini, yaitu pengelolaan aset. Ini memang bidang yang saya sukai," ungkapnya.
Mengenai Suryanto dan Jimmy, Rizka mengatakan, ia mengenal mereka sejak lama. Ternyata, keduanya juga pernah bekerja di Citibank. Jimmy, misalnya, memulai kariernya di Citibank sejak 1982 sebagai Management Trainee. Selama 13 tahun di Citibank dan Citigroup, berbagai tugas dan tanggung jawab pernah diembannya, di antaranya restrukturisasi kredit, treasury -- khususnya transaksi derivatif -- dan manajemen aset. Jabatan Jimmy di CAMI sebelum pindah ke Asian Development Bank adalah VP Country Manager. Jabatan inilah yang kemudian diisi Rizka. Di Corfina, Jimmy menjabat sebagai Presdir.
Sementara itu, Suryanto selama 6 tahun di Citibank lebih banyak menangani corporate finance. Jabatan terakhirnya, VP Corporate Banking Transaction. Tahun 1992, ia pindah ke Grup Rajawali dan dipercaya menjadi komisaris di beberapa anak perusahaan. Pada 1996, ia memutuskan memulai usaha sendiri di bidang corporate finance. Maka, lahirlah PT Corfina Mitrakreasi. Corfina merupakan singkatan corporate finance, dengan bisnis inti: jasa penilai, restrukturisasi, advisory, dan lain-lain.
Mengingat nama Corfina sudah cukup populer di kalangan pelaku bisnis dan jasa keuangan, Rizka tak keberatan perusahaan baru yang mereka dirikan bernama depan sama. Namun, "Pengelolaan Corfina Capital Asset Management sama sekali terpisah dari Corfina Mitrakreasi," Suryanto menerangkan. Tanggung jawabnya di perusahaan manajemen investasi ini, sebagai chairman.
Modal awal yang mereka investasikan di perusahaan baru ini sebesar Rp 2,5 miliar. "Ini berasal dari kami bertiga," ungkap Rizka. Sayang, mereka tak berkenan menyebutkan persentase masing-masing. Sampai akhir 2003, mereka harus menambah modal hingga Rp 3 miliar dan menjadi Rp 5 miliar pada akhir 2004. Bagi perusahaan lain, modal sebesar itu mungkin terasa berat. Buat Corfina, kelihatannya sudah dipersiapkan. Dananya? "Dari kami bertiga," Rizka menandaskan. "Yang jelas, tidak ada investor lain di luar kami bertiga," Suryanto menimpali.
Sebagai langkah pembuka, Agustus nanti Corfina akan menerbitkan dua reksa dana sekaligus. Jenisnya, reksa dana pendapatan tetap (fixed income) dengan portofolio di efek pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah dan korporat, T-Bonds, T-Bills serta pasar uang. Dibanding reksa dana pendapatan tetap yang ada sekarang, reksa dana yang bakal diluncurkan Corfina memiliki beberapa kelebihan, antara lain, seperti diungkapkan Rizka, memberikan dividen dua kali setahun. Selain itu, investor akan memperoleh informasi yang transparan dan dukungan riset yang kuat. Reksa dana ini ditujukan untuk nasabah ritel dengan nilai investasi awal Rp 500 ribu dan selanjutnya Rp 250 ribu.
Hingga kini, beberapa perusahaan asuransi dan dana pensiun telah menyatakan minatnya menyeponsori reksa dana tersebut. Nantinya, reksa dana ini akan didistribusikan melalui dua bank lokal. Jumlah unit penyertaan yang akan dijual ke pasar sebanyak 1 miliar dengan harga Rp 1.000/unit. Rizka menargetkan, dana sebesar Rp 1 triliun itu bisa dicapai dalam 1-1,5 tahun.
Di luar produk reksa dana, Rizka juga berencana mengeluarkan produk yang dirancang khusus untuk nasabah institusi, yakni tailor discretionary fund. Namun, sampai akhir tahun ini, "Kami akan fokus di reksa dana dulu," jelasnya. Mengenai masa depan perusahaannya, ia mengaku optimistis. "Industrinya sedang berkembang dan potensi pasarnya masih sangat bagus," katanya. Sebagai gambaran, tahun lalu total dana yang dikelola industri reksa dana sebesar Rp 60 triliun. Sementara itu, total dana pihak ketiga yang tersimpan di bank sebesar Rp 800 triliun. Itu berarti, lebih banyak orang Indonesia yang menginvestasikan uangnya di bank ketimbang di reksa dana. Tak salah, Rizka melihat peluangnya masih terbuka lebar.