Listed Articles

Rumah-rumah Keberuntungan

Oleh Admin
Rumah-rumah Keberuntungan

Pandangan tentang rumah seperti ini, membuat rumah berfungsi sedemikian penting. Perhatikan wanita yang lama pergi. Sesampai di rumah ia menumpahkan segudang cerita. Lihat pria yang meninggalkan rumah. Begitu balik ke rumah, ia juga memerlukan penyegaran-penyegaran ulang di rumah. Dalam keadaan demikian, bisa dimengerti ada yang berpendapat bahwa rumah berfungsi sebagai sabuk pengaman yang terakhir.

Agak sulit membayangkan kehidupan pria ataupun wanita yang tidak punya tempat di mana ia bisa menumpahkan cerita dan melakukan penyegaran. Ia mirip dengan orang yang hanya tinggal di hotel. Sehari, dua hari, tiga hari masih terasa indahnya pelayanan dan kebersihan hotel. Lebih dari itu, tidak sedikit sahabat yang merasa ?dipenjara? berlama-lama di hotel. Ini menghadirkan urgensi baru dalam hidup: membangun dan menata rumah.

Pengertian rumah memang tidak satu. Ada rumah fisik yang terbuat dari tembok, kayu, batu, dan lain-lain. Ada tubuh di mana jiwa sementara berteduh. Ada rumah persahabatan yang diisi kegiatan saling berbagi. Ada rumah pernikahan yang tidak saja berguna untuk melanjutkan keturunan tetapi menjadi tempat saling melengkapi. Ada rumah keluarga tempat anak-anak bertumbuh. Ada rumah yang amat dirindukan jiwa sekaligus menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi banyak sekali jiwa manusia.

Ini bedanya dari rumah-rumah fisik manusia di desa dan di kota yang mengenal pagar-pagar dan tembok tinggi. Rumah-rumah kehidupan semuanya tanpa pagar. Semuanya menyatu dalam serangkaian jejaring yang saling memengaruhi. Sebutlah tubuh yang sedang sakit, ia memberi pengaruh pada rumah persahabatan, pernikahan dan rumah keluarga. Demikian juga kalau ada guncangan dalam rumah keluarga, rumah-rumah yang lain ikut terguncang. Dalam ekologi rumah yang tanpa pagar ini, manusia memerlukan sejumlah kepekaan. Terutama sebelum rumah-rumahnya dibelit berbagai persoalan dan guncangan. Entah adakah sahabat yang pernah belajar kecerdasan kosmik. Dalam kecerdasan kosmik, manusia mendidik diri senantiasa terhubung dengan ciptaan yang lain. Dengan pohon, batu, rumput, matahari, langit, bintang, bulan, binatang dan tentu saja manusia. Dalam keterhubungan ini, ciptaan-ciptaan yang berlimpah ini sebenarnya memberikan tanda-tanda.

Boleh percaya boleh tidak, boleh menyebutnya sebagai tahayul atau menyebutnya dengan kepekaan, taman halaman rumah adalah cermin jujur tentang apa yang terjadi dalam kurun waktu lama di sebuah rumah. Binatang-binatang yang suka berkunjung ke rumah sedang memberikan feed back tentang sifat-sifat keseharian manusia yang tinggal di sana. Tamu-tamu yang sering berkunjung juga serupa. Ia cermin terang benderang pemilik atau penunggu rumah. Demikian juga dengan seberapa sering dan seberapa gembira burung-burung liar yang berkunjung ke rumah. Semuanya sedang memberitahukan kualitas keterhubungan kita dalam ekologi rumah-rumah kehidupan. Dan kualitas keterhubungan ini juga yang menjadi faktor menentukan bagi kehidupan manusia kekinian.

Entah ada hubungan atau tidak, hubungannya alami atau dibuat-buat, dalam ekologi rumah kehidupan yang terhubung rapi, keberuntungan seperti datang dengan sendirinya. Seperti orang Jawa yang mengalami kecelakaan, kalau patah akan menyebut untung patah tidak mati. Kalau mati, untung mati tidak cacat seumur hidup. Sehingga apa pun yang terjadi di luar, kacamata di dalam tetap sama: keberuntungan!

Chao-Hsiu Chen dalam The Bamboo Oracle pernah menulis: Look at your own life and know that your roots, your trunk, your branches and your leaves will live as long as your character is noble. Therefore you can be lucky. Perhatikan hidup yang seperti pohon. Semuanya akan bertumbuh sejauh karakternya mulia. Dan Anda pun bisa hidup penuh keberuntungan. Ini memberikan pengertian sederhana, kacamata hidup yang penuh keberuntungan lebih mudah diperoleh orang-orang yang hidup dalam kemuliaan. Perhatikan pendapat seseorang yang pernah hidup dalam kemuliaan: We find good people good, bad people good, if we are good enough. Kita menemukan orang baik terlihat baik, orang buruk juga terlihat baik kalau kita cukup baik. Bukankah ini juga serangkaian rumah keberuntungan?

Orang-orang yang hidup dalam kemuliaan, ada yang merindukannya di rumah. Di rumah keluarga, anak-anak kecil yang lama tidak bertemu akan berteriak girang ketika ibunya pulang: Mama Cinta! Seorang bapak yang berulang tahun, mendapat surat ucapan ulang tahun dari putra-putrinya: Whoever you are, whatever you have done, I just have one thing to say: we love you! Di rumah persahabatan, rumah pernikahan, rumah jiwa: ia juga dirindukan. Ah, andaikan ada sahabat lain yang memiliki rumah kehidupan yang seberuntung ini. Bila pelabuhan terakhirnya seperti ini, bukankah lebih mudah melakukan perbaikan-perbaikan? Dalam ekologi rumah hidup seperti ini, bukankah semua arah adalah arah keberuntungan?

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved