Listed Articles

Secara Global, Tren Ibu Bekerja Menurun. Bagaimana Indonesia?

Secara Global, Tren Ibu Bekerja Menurun. Bagaimana Indonesia?

Dalam penelitian yang digelar Regus, perusahaan penyedia jasa ruang perkantoran, terdapat perkembangan yang mengkhawatirkan dalam kesempatan kerja di seluruh dunia, yakni proporsi perusahaan untuk mempekerjakan ibu bekerja menurun seperlima persen dari tahun yang lalu.

Tahun lalu, secara global 44% dari perusahaan berencana untuk mempekerjakan ibu bekerja,sedangkan tahun ini hanya 36%. Penelitian ini akan mengkhawatirkan kelompok-kelompok wanita karena prospek pekerjaan secara keseluruhan sedang membaik terutama adanya kemajuan dan akselerasi global ekonomi di tahun baru. Studi terbaru dari Regus juga mengungkapkan beberapa hal yang menjadi kekhawatiran perusahaan memperkerjakan ibu bekerja, berikut penjelasan atas kekhawatiran tersebut.

Bila dibandingkan dengan ekspektasi perekrutan karyawan global, 45% dari perusahaan global bermaksud untuk merekrut karyawan baru pada tahun 2011. Studi Regus menunjukkan bahwa niat mempekerjakan ibu bekerja telah jatuh jauh di bawah tingkat ini, hal ini menyebabkan kekhawatiran yang cukup besar bagi keluarga, kelompok-kelompok wanita termasuk pemerintah.

Meski demikian, di Indonesia justru terdapat perbedaan tren, 55% perusahaan berencana untuk menambah karyawan dan terdapat 60% perusahaan menyatakan bahwa mereka berencana untuk mempekerjakan lebih banyak ibu bekerja.

Laporan ini juga mengungkapkan sisa-sisa kekhawatiran dari beberapa minoritas perusahaan yang masih merasa takut bahwa ibu bekerja kurang dapat menunjukkan komitmen dan fleksibilitas dibanding karyawan lainnya (37%), menghilang dari perusahaan setelah masa pelatihan selesai untuk memiliki anak lain (33%) atau memiliki keterampilan yang kurang terkini (24%). Di Indonesia, perusahaan lebih mengkhawatirkan fleksiblitas seorang ibu bekerja (35%), dan keterampilannya yang kurang sesuai dengan kebutuhan terkini (30%).

Dilihat dari sisi positif, mayoritas bisnis saat ini menghargai ibu rumah tangga yang kembali bekerja, dengan 72% menyatakan bahwa mereka percaya perusahaan-perusahaan yang mengabaikan kembalinya ibu bekerja paruh waktu akan kehilangan bagian penting dan berharga dari kelompok pekerja. Selain itu, 56% sepenuhnya menganggap bahwa ibu bekerja menawarkan keterampilan yang sulit ditemukan di pasar saat ini, dan 57% menyatakan bahwa mereka menghargai ibu bekerja karena mereka menawarkan pengalaman dan keterampilan tanpa menuntut gaji tinggi. Di Indonesia, ibu bekerja tidak menuntut gaji lebih tinggi dibanding rata-rata global (75%), hal ini kemungkinan menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai kesetaraan gaji antara ibu bekerja dan rekannya.

“Prasangka yang terjadi terhadap ibu bekerja tidaklah mengherankan mengingat kondisi ekonomi yang ada mengharuskan perusahaan untuk mengikat ikat pinggang. Meskipun demikian, pengalaman dan kemampuan kerja lebih dihargai oleh perusahaan dibandingkan status menikah mereka. Untuk beberapa posisi yang membutuhkan mobilitas dan tekanan kerja yang tinggi, perusahaan masih cenderung memilih pekerja berstatus belum menikah dimana perhatian dan komitmen terhadap pekerjaan tinggi,” ujar William Willems, VP South East Asia dan ANZ Regus.

Menurut Willems, ketika perusahaan mulai berkembang, telah diakui bahwa bisnis yang mampu mengintegrasikan aset-aset yang berharga memiliki kesempatan yang lebih untuk sukses. Untungnya, pengaturan kerja yang fleksibel menjadi norma dan bisnis yang cerdas akan menemukan bahwa mereka mampu memberikan lingkungan yang lebih kekeluargaan dan pada saat yang sama lebih produktif dengan memperbolehkan karyawan untuk mengatur jam kerjanya atau bekerja di tempat yang lebih dekat ke rumah. “Di Indonesia, dimana partisipasi perempuan dalam pekerjaan hampir 38%, dengan mengakui kebutuhan ibu bekerja tidak dapat diabaikan dan dengan perlakuan ibu bekerja yang setara dengan pekerja lainnya, akan memberikan manfaat produktifitas dan pengurangan biaya overhead, serta membuat staff lebih termotivasi,” tambah Willems.

Survei global Regus ini sendiri digelar oleh MarketingUK. Pelaksanaan survey melalui Interview dilakukan selama bulan Agustus sampai September 2010 terhadap lebih dari 10.000 perusahaan responden dengan sumber database global milik Regus. Database global Regus sendiri mencakup lebih dari 1 juta pelaku bisnis yang terdiri atas para manajer senior dan wirausawahan di seluruh dunia. Para responden diminta untuk memberi ranking atas resolusi tahun baru perusahaan mereka.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved