Listed Articles

Siapa Bilang Jualan Produk 'Alternatif' Gampang?

Siapa Bilang Jualan Produk 'Alternatif' Gampang?

Tidak seperti produk konvensional yang ‘biasa’ hadir di pasaran, produk alternatif yang sering dikaitkan dengan kata ‘unik’ ini malah hadapi proses penjualan yang berliku-liku. Meskipun tergolong ‘berbeda’, produk seperti ikan hias dan bulu mata palsu memiliki tantangan pemasaran tersendiri. Seperti apa?

Produk alternatif merupakan antonim dari produk konvensional seperti minyak sawit mentah (CPO), kayu gelondongan dan produk mentah lain. Proses pemasaran produk alternatif cenderung lebih rumit. Produsen harus lebih giat menemukan pasar yang cocok. “Masalahnya, belum tentu konsumen yang biasa membeli produk konvensional mau membeli produk alternatif. Karena itu, produsen harus lebih gesit menemukan pasar. Diversifikasi produk membutuhkan diversifikasi pasar. Ini tidak mudah,” kata Direktur Branding Indonesia, Handito Joewono.

Salah satu cara menggaet pasar adalah partisipasi di pameran dagang. Di pameran, menurut Handito, produsen secara langsung bisa meyakinkan calon pembeli atas keunggulan produk mereka. Selain itu, karena pasar belum terbuka, produsen harus menyiapkan ongkos promosi yang tak sedikit.

Meskipun terdengar sulit, pebisnis yang berkecimpung di produk alternatif janganlah berkecil hati. “Produk alternatif belum memiliki pasar yang ajeg. Jadi, jangan terlalu khawatir dengan kompetitor karena pasarnya belum besar. Daripada memikirkan takut pada kompetitor, lebih baik mencari pasar yang masih terbuka itu. Kalaupun ada kompetitor, tidak masalah. Yang diadu kan keunikannya itu tadi. Jadi masalah kompetitor tidak usah terlalu dikhawatirkan,” kata Handito lagi. Selain itu, karena tingkat kompetisi yang belum terlalu tinggi, eksportir bisa menetapkan profit margin lebih tinggi, target jualnya lebih tinggi.

Karena itu, ia meminta pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan, untuk giat mengembangkan pasar. Apalagi saat ini, pasar-pasar baru belum tampak serius digarap pemerintah.

“Masalahnya adalah keragu-raguan para penghasil produk alternatif itu karena pasarnya yang masih samar. Keragu-raguan seperti ini bisa dibantu oleh pemerintah. Pemerintah bisa memilih, mungkin, sekitar 10 produk alternatif. Kemudian, pemasaran produk dilakukan secara serius di pasar tertentu. Di sanalah komunikasi dilakukan. Itu menjadi promosi alternatif. Selama ini sepertinya pemerintah hanya masuk di pasar-pasar tradisional. Pemerintah harus memilih produknya dulu, kemudian mencari pasar yang paling pas, dan konsisten di pasar itu,” tegas Handito.(Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved