Listed Articles

Strategi SBM ITB Bangun Iklim Riset Internasional

Strategi SBM ITB Bangun Iklim Riset Internasional

Berada di lingkungan bisnis dan ditunjang oleh metodologi riset yang handal, Sekolah Bisnis dan Manajemen Insititut Tekonologi Bandung (SBM ITB) diharapkan mampu menciptakan keunggulan riset di tataran internasional. Mereka menolak ‘pasrah’ dengan angapan bahwa kampus luar negeri lebih baik dengan institusi pendidikan dalam negeri.

“Ini bukan soal bisa atau tidaknya suatu institusi pendidikan mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Banyak kok lembaga di Indonesia yang bagus dan kompetitif,” ujar Wakil Dekan Bidang Sumber Daya SBM ITB, Dwi Larso. Muncul pada Desember 2003, SBM ITB berambisi unggul dalam riset dan pendidikan di bidang manajemen. Kegiatan riset SBM mengangkat kasus-kasus praktik bisnis dan manajemen dari perusahaan terkemuka dan berhasil di Indonesia sehingga pengembangan teori menjadi relevan dengan konteks Indonesia.

Pendidikan di lingkungan SBM pun dikembangkan untuk siap bersaing dengan sekolah bisnis terkemuka lainnya di kawasan Asia Pasifik. Untuk S2 ada dua program studi yaitu Magister Administrasi Bisnis dan Magister Sains Manajemen. Saat ini ada 1.400 mahasiswa dari 3 jenjang yang ditawarkan yakni S1,S2,dan S3, dan 60% diantaranya adalah mahasiswa aktif yang mengambil program S2. Peningkatan mahasiswa S2 juga terlihat dari jumlah kursi yang diperebutkan. Saat ini perbandingannya 1: 20. Artinya satu kursi diperebutkan 20 calon mahasiswa.

SBM ITB menawarkan beberapa kelebihan. Pertama, menjalin kerjasama dengan beberapa univeritas di dunia. Seperti Tokyo University of Science (2009) di bidang Double Degree Program and Joint Research, Tokyo Institute of Technology (2008) di bidang Joint Research, Publications and Seminar on Decision Science, University of St. Gallen Swiss (2007) di bidang Students Exchange, University of Groningen Belanda (2007) di bidang StudentsExchange, serta Universitas Utara Malaysia (2006) di bidang Student Exchange, Academic and Administrative Staff Exchange, Joint Research and Quality Programs.

Kedua, akreditasi. SBM ITB tengah menuju akreditas berstandar Asia Pasifik, Eropa dan Amerika. Untuk itu, kata Dwi, kualitas pengajar dengan serta merta perlu ditingkatkan. Ketiga, fasilitas. SBM ITB memiliki fasilitas kampus yang berstandar internasional. Bahkan, SBM ITB akan membangun kampus ke dua di daerah Jatinangor. Keempat, kualitas dosen. Dosen di SBM ITB adalah pengajar yang memiliki kualitas tinggi karena berasal dari lulusan dalam dan luar negeri. Yang menarik, SBM ITB membuat kurikulum sendiri dengan sedikit mengadaptasi kurikulum beberapa institusi pendidikan bisnis dan manajemen ternama dunia.

Saat ini program S2 SBM ITB dipenuhi mahasiswa-mahasiswa dari mancanegara seperti Austria, Jerman, dan Belanda. Selain dari mulut ke mulut, cara ‘jualan’ SBM ITB antara lain seperti promo di media massa, talk show, dan kunjungan ke perusahaan-perusahaan papan atas. “Rekomendasi dari alumni dampaknya cukup besar ketimbang cara promosi konvensional. Ini karena mereka tahu dan merasakan bagaimana kualitas yang kami berikan,” kata Dwi Larso.

Meski kini banyak sekolah bisnis sejenis, SBM ITB tetap yakin bisa menjadi institusi pendidikan yang menarik bagi siapa saja, tak terkecuali masyarakat luar negeri. SBM ITB juga yakin bisa berkompetisi dan disejajarkan dengan sekolah bisnis luar negeri. “Kelebihan kami adalah teknologi dan entrepreneurship yang fokus pada kehidupan manusia,” tegas Dwi. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved