Listed Articles

Sukses di Jakarta, Jago di Manila

Oleh Admin
Sukses di Jakarta, Jago di Manila

Meski lini usahanya sama, jangkauan ketiga merek itu berbeda. Di Primus, seluruh produk otomotif (mobil dan sepeda motor) dari segala merek dapat didanai. Dengan memiliki cabang di Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Bali, pangsa pasar pembiayaan otomotif yang dikuasai Primus sekarang sekitar 4%.

Sesuai dengan namanya, Ford Credit (FC) dirancang khusus untuk mendanai produk-produk Ford di Indonesia. Sejak diluncurkan Maret 2002, Hosea mengklaim aktivitas bisnis FC tumbuh pesat. Momennya juga tepat, yakni bersamaan dengan kembalinya Ford Motor ke Indonesia. Kini, FC satu-satunya perusahaan pembiayaan yang memberikan pendanaan bukan hanya ke end-user, tapi juga ke dealer Ford. Itu sebabnya, “Seluruh jaringan dealer Ford di Jakarta tertata apik, menarik dan meyakinkan publik. Terlebih, perkembangannya juga pesat,” ujar Hosea seraya menambahkan, FC menguasai 65% pasar pembiayaan Ford di Indonesia.

Sebagaimana FC, Mazda Finance juga didesain untuk membiayai produk-produk Mazda yang dijual di dalam negeri. Dilihat dari pertumbuhan volumenya, Hosea optimistis, pasar mobil Mazda akan terus berkembang. Akan tetapi, yang terpenting, menurutnya, tiap calon konsumen Mazda sekarang tahu bahwa mereka mempunyai MF. Tak heran, sekarang MF menguasai 50% pangsa pasar pembiayaan mobil Mazda di Tanah Air.

Kepercayaan yang diberikan kepada Hosea terbilang istimewa karena sejak 1995-Juli 2000, PI dipimpin ekspat asal AS. “Mereka bekerja full time dan menetap di sini,” ujar ayah dua anak, yang selama periode itu menjabat Direktur Operasional & Pemasaran PI. Di luar dugaan, Juli 2000, ia ditawari jabatan tertinggi yang sebelumnya diduduki orang bule. Bangga? “Saya adalah generasi ketiga yang menjabat Presiden Direktur PI,” kata Hosea, lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Banyak bertanya, itulah kunci suksesnya. “Dengan bertanya, berarti kita sedang berupaya untuk maju lebih pesat dari sebelumnya. Ini salah satu yang saya pedomani dan saya tularkan ke seluruh SDM di organisasi saya,” tutur Sekjen Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia ini.

Inovasinya membuat banyak merek — dalam satu naungan organisasi — berbuah positif. Diakuinya, strategi ini butuh dukungan, keterampilan dan dedikasi dari semua pihak. Ia memilah secara tegas fungsi operasional dan nonoperasional. Lalu, fungsi nonoperasional dijadikan satu kelompok sebagai back-room operations, sedangkan fungsi operasional tetap mengikuti privatisasi merek yang ada. Ia menyebutnya, Private Label Financing.

Selain itu, dijelaskan Hosea, PI merupakan satu-satunya perusahaan pembiayaan di Indonesia yang dapat menyalurkan dana ke dealer, kendati belum ada end-user-nya. Dengan begitu, pergerakan barang — dijual tunai ataupun kredit — mudah dideteksi. “Ini termasuk penawaran asuransi kendaraan yang dikelola dalam satu paket,” katanya.

Ia secara konsisten mengukur tingkat kepuasan pelanggan — termasuk dealer — dan melakukan proses perbaikan secara berkesinambungan. “Pertanyaan-pertanyaan dalam survei kepuasan pelanggan kami susun sedemikian rupa, sehingga kami dapat memahami secara pasti pendapat konsumen tentang aspek-aspek penting dalam bisnis ini,” Hosea memaparkan. Ia memperkirakan tahun ini mampu menyumbang keuntungan US$ 7,5 juta kepada Ford Financial.

Keberhasilan itulah yang mengantarkannya ke posisi yang lebih menantang. Sejak Juni 2002, Hosea diserahi tugas baru untuk memimpin Primus Finance & Leasing Inc. di Manila, Filipina. Jabatannya tak tanggung-tanggung, President and Chairman of The Board. Lagi-lagi, sebelumnya perusahaan ini pun dipimpin ekspat asal AS dan Inggris, masing-masing bertugas dua tahun. Berarti, ia orang Asia pertama yang ditempatkan di perusahaan itu.

Kini, dalam sebulan, selama 7 hari harus ia luangkan untuk mengunjungi Manila. “Di Filipina, saya punya tiga eksekutif senior yang memiliki pengalaman di industri keuangan lebih dari 20 tahun,” ungkapnya. Ketiga orang itu pulalah yang sehari-hari membantu Hosea mengelola operasional perusahaan. Kebiasaannya melakukan pemberdayaan di semua lini, juga diterapkannya dalam mengendalikan Primus Filipina.

Hosea juga dituntut membuat target individu yang sesuai dengan sasaran perusahaan, lalu meninjau ulang setiap proses yang berjalan. Melalui program revitalisasi, Primus Filipina berhasil menekan kerugian karena piutang macet, dan menurunkan biaya operasional perusahaan. Di lain pihak, ia mampu meningkatkan margin usaha dan memperluas pangsa pasar Ford di negara itu. “Dalam 6 bulan pertama setelah saya pimpin, kami berhasil membukukan keuntungan,” ujarnya tanpa berkenan menyebutkan angkanya. Yang jelas, ini pertama kalinya Primus Filipina mencatat hasil positif di akhir tahun lalu. Bisa dikatakan, kini tidak ada lagi rapor merah dalam pembukuannya. Bahkan, perusahaan ini menguasai sekitar 25% pasar pembiayaan Ford di Filipina.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved