Listed Articles

Sylvia Sumarlin: Passion Kerja Keras dan Pantang Menyerah

Oleh Admin
Sylvia Sumarlin: Passion Kerja Keras dan Pantang Menyerah

Hingga kini jumlah pemimpin wanita masih terbatas. Dan salah seorang pemimpin wanita yang langka itu adalah Sylvia Sumarlin, Presiden Direktur PT Dyviacom Intrabumi Tbk. Yang bergerak di dunia teknologi informasi (TI). “Bagusnya di bidang TI itu tidak ada perbedaan jender,” kata Ibu dua anak, ini. Menurutnya, di TI yang dibutuhkan adalah orang yang project oriented.

Secara jujur, Sylvia mengatakan bahwa dirinya tidak tahu pandangan yang berkembang di masyarakat mengenai sedikitnya peranan perempuan dalam memimpin perusahaan. Ini dikarenakan dia tidak pernah merasakan pengalaman diskriminasi jender dalam karier. Baginya, sebenarnya sama saja perempuan dan laki-laki, mempunyai passion, kerja keras dan hati dalam pekerjaannya pasti bisa sukses dalam karier.

Sylvia mengaku, dirinya adalah orang yang pantang menyerah. Dalam menjalankan bisnis, dia bukan tipikal mundur apabila sudah mengalami penolakan dari klien saat menawarkan produknya. “Apabila saya ketemu tembok, saya bukan orang yang mundur. Saya cari jalan lain, tapi pasti kembali lagi,” tegasnya meyakinkan.

Menurut wanita kelahiran Jakarta, 19 November 1963 ini, tantangan perempuan di bidang TI bukan lebih kepada jender, namun menciptakan inovasi. Karena dihadapkan pada perkembangan TI yang sangat cepat, jadi perempuan harus lebih banyak belajar.

Sebagai CEO di perusahaan keluarga, Sylvia harus berbagi peran dengan suaminya. Tugas sang suami lebih ke penciptaan produk baru dan riset teknologi, sedangkan dirinya ke manajemen perusahaan dan pengembangan inovasi baru terkait akses Internet.

Dijelaskan Sylvia, sejak tahun 1995 dia memimpin Dyviacom. Dia berhasil membangun perusahaan Internet Service Provider (ISP) lokal pertama yang listing di bursa Indonesia pada 2000. Hingga kini D-net, merek yang dipegangnya, sudah mempunyai lebih dari 1.200 pelanggan di segmen perusahaan middle class. Dari awal D-net sebagai penyedia akses internet dengan cara dial-up ini hingga sekarang tetap mampu berkembang.

D-net yang pertama kali berdiri dengan 3 karyawan dan dibangun dengan investasi US$ 300 ribu, sekarang sudah mempunyai 120 karyawan. Sylvia mengaku, D-net tidak mempunyai kompetitor yang signifikan. Keberhasilan D-net ini dilihat oleh korporasi lainnya yang akhirnya tahun 2007 diakusisi oleh Philadel Terra Lestari. “D-net ini masih menjadi tulang punggung perusahaan,”katanya. D-net setiap bulannya menargetkan 20 perusahaan sebagai klien, yang berarti D-net diharapkan setiap tahunnya bertumbuh menggaet 240 perusahaan. Tapi, realisasinya bisa 50% dari target tersebut,” jelasnya.

Hal ini menyebabkan Dyviacom beralih untuk menyediakan jasa layanan internet kepada pabrik-pabrik, di mana untuk segmen korporat tadi akhirnya digarap oleh anak perusahaan lainnya yaitu PT. Core Mediatech. Semakin berkembangnya bisnis, Sylvia dan suaminya melihat ada peluang baru yaitu penciptaan chipset. Maka itu, mulailah dibuat PT Xirka Dama Persada dengan investasi hampir Rp 30 miliar. “Ke depan, semuanya membutuhkan chipset dan orang Indonesia banyak yang mampu membuat teknologi ini,” tandasnya. Xirka mempunyai pabrik di Bandung dan Padalarang dan jumlah karyawan berjumlah 60 orang. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved