Listed Articles

Tiga Fokus Bisnis 'Jualan' Solo

Oleh Admin
Tiga Fokus Bisnis 'Jualan' Solo

Sebagai Walikota Solo, Joko Widodo menyadari bahwa daerah yang ia cintai tidak memiliki sumber daya alam. Namun, Joko percaya tiga kunci bisnis yang membuat dirinya dapat sukses ‘jualan’ Solo dan mensejahterakan rakyat.

“Kami tidak ada sumber daya alam. Kami hanya mengandalkan perdagangan, jasa dan pariwisata. Itu semua, kalau kita fokus, sudah sangat cukup untuk mensejahterakan masyarakat,” katanya. Sadar dengan potensi Solo, kebijakan Joko difokuskan pada tiga hal tersebut. Malah, dia mengaku mengelola daerah sebagaimana mengelola produk (merek). Jokowi mengadopsi hirarki product–brand–costumers.

“Pertama kali kita perkuat produknya. Kita kelola apa saja yang menonjol dan menjual dari Solo,” ujarnya. Di sektor pariwisata misalnya. Jokowi lebih menekankan wisata budaya. Terlebih, Solo memiliki banyak situs bersejarah yang bisa dijual. Karenanya, Pemerintah Kota Solo banyak melakukan revitalisasi situs bersejarah, kawasan Sriwedari dan Balekambang misalnya. Situs yang sempat terbengkalai itu dicoba untuk dikembalikan ke fungsi semula. Prinsipnya, kata Jokowi, menggunakan nafas ‘Solo Masa Lalu adalah Solo Masa Depan’.

Pemaksimalan kawasan tujuan wisata itu juga diberengi dengan pemberdayaan sektor usaha kecil menengah yang menjadi penopang. Yang paling kentara adalah Kampung Batik Kauman dan Kampung Batik Laweyan. Dua sentra batik itu pernah mengalami mati suri. “Kita hidupkan lagi dengan memberikan fasilitas infrastruktur,” katanya. Sayang, Joko enggan membeberkan seperti apa injeksi yang diberikan pemerintah. “Tanyakan saja ke mereka (pedagang batik). Nanti dikiranya saya ngeklaim,” candanya. Namun sebagai gambaran, saat ini ada sekitar 70-an perajin batik di Kampung Batik Laweyan dari semula hanya 9 perajin. Sama halnya dengan Kauman yang dulu ada 12 sekarang sudah berkembang 63 perajin sekaligus pengusaha batik.

Lebih dari itu, Joko justru menyinergikan pedagang kecil dengan kepariwisataan Solo. Salah satu bukti, pihaknya menyulap kawasan Ngarsopuro menjadi sebuah night market. Kawasan di jalan menuju Pura Mangkunegaran itu diubah menjadi kawasan pedestrian dengan beberapa pedagang kerajinan. Masih di kawasan tersebut, Pasar Windujenar juga direvitalisasi dengan gaya arsitektur klasik-kontemporer. “Pasar itu kan menjual benda antik. Dulunya sangat tidak teratur. Sekarang tampilan lebih bagus,” kata Joko. Dalam 5 tahun terakhir, pemerintah telah merevitalisasi 15 pasar tradisional di Solo dan kiosnya digratiskan untuk pedagang.

Sejalan dengan itu pula, sektor kuliner juga mendapat perhatian. Sudah lama Solo dikenal dengan ‘penggoyang lidah’. Melihat ini, Jokowi lantas memberikan ruang untuk pelaku kuliner yang terpencar itu di satu kawasan. “Mereka tetap berjualan di tempat asalnya, namun kalau malam hari bisa buka cabang di Galabo,” katanya. Galabo kependekan dari Gladak Langen Bogan.

Tak cukup hanya infrastruktur. Joko juga mengadakan edukasi pada para pedagang. “Karena sumber daya manusia ini yang justru lebih penting,” kata dia. Makanya, diadakan pelatihan manajemen keuangan, cara menampilkan suatu produk, entrepreneurship serta cara membangun jaringan. “Setelah itu, baru masuk ke paguyuban atau koperasi dengan memberikan modal,” kata Joko. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved