Listed Articles

TopSkor yang Makin Ngetop

Oleh Admin
TopSkor yang Makin Ngetop

Keberhasilan TopSkor cukup menggelitik di tengah dominasi Tabloid Bola, milik Kelompok Kompas Gramedia (KKG) yang disebut-sebut sebagai pemimpin pasar media kategori ini. Oplah tabloid yang diluncurkan Maret 1984 ini, seperti diklaim Ian Situmorang, pemimpin redaksinya, sekitar 400 ribu eksemplar per edisi.

Grup Bakrie, lewat Tabloid GO yang diluncurkan pada 1996 pernah mencoba menantang Bola, termasuk dengan terbit pada hari Selasa dan Jumat, sama dengan hari terbit Bola. Belakangan, meski masih terbit, kiprah Go kian tak terdengar.

Keberhasilan TopSkor makin menarik begitu mengetahui pemiliknya seorang anak muda berusia 35 tahun. Entong Nursanto, sang pemilik dan pendiri, sebelumnya adalah pengusaha di bidang percetakan dan jasa fotokopi. Untuk mendirikan TopSkor, Entong menggandeng Roni Pangemanan.

Menurut Entong, alasan dia terjun ke bisnis tabloid sepak bola ini karena penggemar sepak bola di Tanah Air sangat besar dan terus bertambah. “Mulai anak SMP sampai orang tua, dari tukang parkir sampai yang punya mobil mewah,” ujar Presdir PT Triowarna Gempita ini. Ia melihat fakta ini sebagai peluang. Apalagi, lanjut Entong, sekarang ini semua orang bisa menonton kejuaraan sepak bola dunia secara langsung lewat layar televisi secara gratis. “Padahal, di luar negeri orang hanya bisa nonton siaran langsung jika lewat TV kabel, alias tidak gratis,” ungkapnya.

Jika dicermati, langkah Entong membesarkan TopSkor tergolong cerdik. Sebab, ia memosisikan tabloid ini tidak bersaing head to head dengan Bola. Lihat saja perbedaannya. TopSkor mengambil format sebagai harian/koran dengan 16 halaman, bukan tabloid. Alhasil, bila Bola baru bisa menyapa penggemarnya dua kali seminggu, TopSkor bisa dibaca setiap hari. Alasannya, “Siaran langsung bola makin sering. Jadi, penggemar bola jelas lebih suka berita yang up to date.” Apalagi, Entong mengaku mengamati, penggemar bola bukan sekadar penyuka olah raga, mungkin lebih dari separuhnya adalah petaruh. “Ada kebutuhan mereka untuk cepat tahu hasil pertandingan,” ujarnya.

Adapun dari segi harga, meskipun TopSkor hanya mematok harga Rp 2 ribu/eksemplar, sedangkan Bola Rp 5.500/eksemplar, dalam seminggu seorang pelanggan mesti mengeluarkan uang sebanyak Rp 12 ribu untuk membeli TopSkor.

Sementara dari segi isi, TopSkor didominasi berita yang dipasok oleh Harian La Gazetta. Tak heran, dari 16 halaman hanya dua halaman yang beritanya berasal dari Indonesia. Rubriknya amat didominasi berita tentang sepak bola, seperti Piala UEFA, Liga Champions, Liga Spanyol, Liga Italia, Liga Inggris, Sepakbola Nasional dan Top Gosip yang menceritakan berita gosip seputar pemain sepak bola dunia. Menariknya, ulasannya dibuat lengkap, mulai dari urusan sepak bola, keluarga para pemain sampai gosip pacar-pacar mereka.

Diungkapkan Entong, keberhasilannya meraih lisensi dari La Gazzetta dello Sport tidaklah mudah. Ia butuh waktu empat tahun untuk menggaet lisensi dari raksasa media yang berpusat di Milan, Italia itu. Entong sendiri sebenarnya bukan orang yang baru-baru amat dalam bisnis berita olah raga. Sebelumnya, pada 1998 ia meluncurkan majalah dwimingguan bernama Liga Inggris dan Liga Italia yang sayangnya sejak Juli 2005 sudah tidak terbit lagi. Ia sendiri mengakui kedua majalah itu tidak dimatikan sama sekali. Suatu saat ia berniat akan menerbitkannya lagi karena saat ini ia sudah menjalin kerja sama dengan majalah ngetop asal Italia, yakni Guerin Sportivo, Calcio Italia dan Don Balon, yang juga terbit di Spanyol dan Amerika Latin. Rencananya dua majalahnya tadi akan mendapat pasokan berita dari sejumlah majalah beken ini.

Yang pasti, kini Entong bisa berbangga hati. Pasalnya, TopSkor tak hanya beredar di seputar Jabotabek, tapi juga sudah menjangkau kota-kota besar di Jawa dan sebagian Sumatera. Bapak dua anak ini juga mengungkapkan, mulai Oktober ini TopSkor akan terdistribusi secara merata di Jawa dan Sumatera. Jika ini bisa terealisasi, ia akan melangkah ke Sulawesi. Sambil memanfaatkan momentum Piala Dunia (8 bulan lagi), Entong menargetkan TopSkor akan menjangkau seluruh Indonesia. Dan, jika hal ini bisa terwujud ia berniat punya mesin cetak sendiri.

Ian dari Bola mengaku tak khawatir dengan kehadiran TopSkor. “Malah bagus, karena memotivasi kami untuk konsisten menjaga kualitas,” ujarnya. Diungkapkannya, saat ini Bola terus mampu bertahan karena mampu menjaga mutu, baik dari sisi kertas maupun konten (isi berita). Untuk mendapatkan berita dari mancanegara, Bola menugaskan tenaga koresponden di Inggris dan Swiss. Bahkan, wartawannya kerap meliput langsung. “Kami selalu mengupayakan sumber berita dari tangan pertama,” kata Ian menjanjikan.

Sejak September 1998, menurut Ian, berkat dukungan KKG, Bola bisa dicetak jarak jauh di Semarang sehingga bisa terbit lebih awal ke tangan pembacanya. Berikutnya menyusul di kota-kota lainnya, seperti Surabaya pada April 2002 dan Medan pada Agustus 2003. “Sebentar lagi juga akan cetak di Makassar,” ujar Ian bangga.

Bukan itu saja. Sejak 1998 Bola memiliki website sendiri. Bahkan untuk komunitas pembacanya, tabloid ini membuat merchandise berupa kaus, kemeja, jaket, bola topi, sampai sepatu bola yang bisa dibeli di Toko Olahraga Bola (TOB). TOB yang kini telah berusia 10 tahun dengan menggunakan maskot Bola, tersebar di Jakarta, Bekasi, Cipanas, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Semarang, Pontianak dan Makassar.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved