Listed Articles

Underserved Markets Untungkan Segmen Wireless Broadband

Underserved Markets Untungkan Segmen Wireless Broadband

Beberapa komponen memiliki kontribusi atas kesuksesan sebuah perusahaan dalam memasuki pasar baru. Contoh, momentum yang tepat untuk masuk pasar dan studi mengenai pasar baru yang dituju. Nah, baru-baru ini Frost & Sullivan menerbitkan sebuah whitepaper bertajuk “The Emergence of a New Wireless Broadband Service Provider”, yang menggambarkan komponen inti untuk mendukung kemampuan perusahaan dalam memenuhi janjinya membangun infrastruktur nirkabel di pasar global utama.

“Negara yang diteliti untuk konsep ini adalah Cina dan Peru. Dalam hal ekspansi broadband nirkabel, kedua negara tersebut menunjukkan adanya potensi kemitraan dan pertumbuhan,” kata James Brehm, Senior Consultant of Information and Communication Technologies, Frost & Sullivan. Menurutnya, penetrasi ke Cina sudah tepat lantaran populasi penduduk mencapai 1,35 miliar. Apalagi, Cina menduduki peringkat kedua setelah AS dalam hal nominal Product Domestic Brutto pada akhir 2010. Sementara itu, peringkat penetrasi broadband Cina masih di bawah negara-negara lain.

Peru juga diposisikan sebagai pasar broadband nirkabel yang tengah berkembang pesat. Mengapa? Berdasarkan data Bank Dunia, penggunaan internet di Peru meningkat 10 persen dari total populasi di tahun 2003 menjadi 25 persen dari total populasi pada akhir tahun 2008.

Dalam upaya pencarian penyedia layanan yang memiliki kemampuan untuk melayani kebutuhan pasar berkembang di seluruh dunia, Frost & Sullivan mengindentifikasi ChinaTel sebagai salah satunya. Hal ini ditunjukkan oleh mapannya infrastruktur serat optik milik mereka, kemitraan yang kuat dengan vendor, pentingnya peran sumber daya Research & Development (R&D), kepemilikan spektral yang baik dan hubungan yang kuat dengan para regulator di negara tersebut.

“Saat ini ChinaTel mencari kesempatan untuk memperluas teknologi broadband nirkabel di Cina dan Peru melalui perjanjian kemitraan yang tegas dan menjalankan berbagai sumber daya secara bersama-sama namun tetap menjaga efisiensi biaya,” papar Brehm. Yang paling penting bagi setiap operator selular adalah terbukanya akses terhadap underserved customers dan ChinaTel telah memperluas jejaknya sebagai penyedia broadband nirkabel dalam industri yang telah dipenuhi dengan kegagalan usaha.

Sementara itu, menurut Eugene van de Weerd, Country Director Frost & Sullivan Indonesia, tingkat penetrasi broadband di Indonesia merupakan salah satu yang terendah di Asia Tenggara.

“Indonesia tertinggal sekitar 3 tahun di belakang Filipina dan Thailand dari segi tingkat penetrasi broadband. Pada tahun 2012, tingkat penetrasi broadband pada industri rumah tangga diprediksi akan meningkat menjadi 5 persen dari 2 persen tahun 2010,” ungkap Eugene.

Iwan Rachmat, Senior Consultant, Information & Communication Technologies, Frost & Sullivan Indonesia menambahkan bahwa penetapan harga untuk 2MBPS di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan harga yang diterapkan di pasar negara-negara lain. “Dengan distribusi fiber yang lebih luas dan meningkatnya kompetisi, harga tinggi yang ditawarkan melalui paket-paket yang tersedia diperkirakan akan mengalami penurunan di masa mendatang,” tegas Iwan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved