Listed Articles

Winnie Giwangkara: Memasak Bagai Saluran Hasrat yang Menggelora

Winnie Giwangkara: Memasak Bagai Saluran Hasrat yang Menggelora

Bagi Chef Winnie Giwangkara, memasak bagaikan medium penyaluran hasrat yang tidak terbendung, stres misalnya. Menetap di Belgia sejak sekolah dasar, membuat perempuan kelahiran 15 Februari 1978 ini menikmati dunia kuliner. Bahkan, kegemaran ini terus berlanjut hingga Winnie menetap di Australia, mengikuti sang suami.

Sebagai chef andal, Winnie ternyata sempat menyelami dunia fashion di London School of Fashion, Bournermouth Art College, Inggris. Namun, setelah menikah, Winnie melihat hobi memasaknya dapat menghasilkan uang sehingga ia mengikuti kelas masak di William Angliss Hospitality College, Melbourne.

Di Belgia, Winnie justru memilih mengambil jurusan fashion. Ia menyukai seni. Ia sempat tinggal di Jakarta selama enam bulan untuk mengaplikasikan ilmu-nya. Saat itu bekerja merupakan salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana di London School Of Fashion in London-England, Bournemouth Art College, Inggris. Begitu lulus, Winnie langsung diterima dihotel berbintang lima di Melbourne. Disana karirnya bergerak naik. Dari satu hotel berbintang ke hotel berbintang lima lainnya. Beberapa diantaranya adalah Conrad City Hotel, Melbourne, Park Hyatt Hotel, Melbourne dan The Cuckoo Restaurant Mt. Dandenong, Victoria. Semua posisi dimulai sebagai Chef de Partie (CDF).

Karena alasan kesehatan, Winnie pulang ke Indonesia. Tahun 2005-2006, banyak hotel dan restoran membuka lowongan. Winnie iseng mendaftar. Justru ketika Ia mendapat panggilan wawancara, keraguan menderanya. Ia mulai memikirkan membuka usaha sendiri dalam bidang makanan. “Ga tahu kenapa aku berubah pikiran. Tiba-tiba saja pingin buka katering sendiri,” ulas Isteri pengusaha hasil laut itu. Akhirnya W2 berdiri. Katering-nya ini lebih ke jenis gourmet makanan Indonesia. Spesifikasi katering-nya yakni hanya melayani maksimal buffet untuk 300 porsi. Bahkan biasanya kateringnya tak lebih dari 20 porsi.

Permintaan mengatur menu harian dan mingguan dari berbagai majalah kuliner, berdatangan. Bisnis kateringnya mulai terdengar sampai telinga para sosialita. Winnie kerap diundang untuk demo dan kelas masak dirumah pribadi. Keduanya tidak sama. Demo masak hanya membuat pesertanya memperhatikan bagaimana Winnie mengolah makanan. Sedangkan kelas masak akan melibatkan lebih jauh peserta dalam masak. Peserta ikut mengolah bahan makanan.

Kini, Winnie sedang mengecap dunia Chef entertainment. Itu merupakan dunia yang baru. Walaupun sama-sama menjadi Chef, namun dunia hiburan mengharuskannya berinteraksi dengan penonton. Berbeda dengan ketika Ia menjadi host. Ia tak bisa hanya memotong daging dan sayuran. Juga Ia tak mungkin hanya fokus pada pergerakan pisau dan alat panggang. “Tapi sembari mengurusi bahan baku, tatapan dan suara juga harus sampai pada audience,” jelasnya. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved