Listed Articles

Wong Han Tailor Konsisten Pertahankan Tradisi

Wong Han Tailor Konsisten Pertahankan Tradisi

Wong Han Tailor (WHT) didirikan oleh Wong Hang, lelaki asal Guang Dong, Cina. Pada zaman penjajahan, jahitannya terkenal hingga pejabat di Surabaya. Kini, bisnis tersebut dipegang oleh Peter Wongso, sang generasi ketiga. Meski zaman telah berubah, beberapa tradisi tetap dipertahankan.

Peter Wongso, 46 tahun, mengaku bersyukur telah dididik oleh keluarga yang mempertahankan tradisi. Misalnya, tetap memanfaatkan sistem penjahitan manual dengan tangan meski telah hadir teknologi komputerisasi. Tak sekadar membuat sebuah jas. Dibutuhkan sentuhan seni untuk menghasilkan jas yang mampu menonjolkan kelebihan tubuh seseorang. Karena itulah, orang-orang yang bergerak didalamnya, dituntut memiliki bakat seni.

Menjahit bahkan disamakan dengan pekerjaan seorang arsitek. Tugas penjahit adalah mewujudkan mimpi konsumen dan menutupi kekurangan dari pelanggan. “Membuat jas itu memiliki keunikan tersendiri. Bagaimana kita bisa menutupi kekurangan tubuh dan menonjolkan kelebihannya. Tubuh manusia itu complicated,” kata Peter.

Prioritas atas kualitas menjadi pertimbangan utama dalam produksi. Itulah mengapa cabang Wong Hang, sesudah puluhan tahun berdiri, hanya 12 cabang. Tersebar di enam kota, ke-12 cabang WHT berusaha menancapkan pamornya sebagai penjahit berkualitas. Masing-masing WHT memiliki pasar. Mereka dikatakan Peter memiliki pasar yang sama kuat-nya. Makassar merupakan cabang yang baru dibuka tahun ini.

Tempat produksi WHT terbagi tiga tempat. Untuk wilayah Bandung, Jakarta, dan Sumatera, diproduksi di Jakarta. Sedangkan untuk wilayah Timur, seperti Bali dan Surabaya, lokasi produksi di Surabaya. Sedangkan untuk pemasaran di Singapura, produksi dilakukan di Batam.

WHT berusaha membuat konsumen yang berperut besar menjadi terlihat lebih ramping. Ada teknik yang membuat jas jatuh dengan elegan dan pas sesuai anatomi tubuh. Perbandingan antara pundak dengan kaki menjadi salah satu hal penting yang dipertimbangkan. “Orang sering bilang kalau model itu akan terus berputar pada periode tahun tertentu. Tapi kalau saya bilang, desain itu misterius,” ungkap Peter.

Pada setiap kostumernya, Peter dan tim selalu menyarankan hal terbaik yang seharusnya dilakukan pada sebuah jas. Hal itu termasuk pemilihan jenis kain dan desain. Jumlah produksi disesuaikan dengan banyaknya jumlah pesanan. Sangat customize. Jas diproduksi sesuai pesanan yang datang.

Tidak hanya berbicara soal kain, pembuatan jas pun sebenarnya memiliki berbagai aspek yang menjadi pertimbangan seperti bentuk wajah, warna kulit dan postur tubuh. Karena itu, dibutuhkan kejelian dalam penjahitan.

Dalam penjahitan itu yang membuat sebuah kekurangan menjadi sebuah kelebihan. Hobi dan komitmen menjadi dua hal tak terpisahkan dari Peter dan keluarga besar WHT. Kecintaan dan komitmen memberikan yang terbaik bagi pelanggan, menjadi keharusan. “Harga 12 juta saya bilang tidak mahal karena kualitas bagus,” ungkap Peter yang produknya menggunakan buntut kuda dan bulu unta itu.

Pendiri WH menemukan kata kunci dalam mempertahankan kelenturan jas yang mengikuti anatomi tubuh. “Kami memperlakukan bahan yang sesuai dengan titik lekuk di tempat yang tepat sehingga tidak ada yang namanya bongkar pasang,” kata Peter yang lulusan sekolah mode dan desain di salah satu universitas di Inggris itu. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved