Listed Articles

Wow, Sekar Setaman Banggakan 'Batik Kusam'

Oleh Admin
Wow, Sekar Setaman Banggakan 'Batik Kusam'

Kening masyarakat mungkin berkerut bila diajak berbicara soal batik bewarna pudar dan sedikit kusam. Namun, kesan ‘aneh’ inilah yang berhasil menyukseskan Batik Sekar Setaman asal Solo.Batik Sekar Setaman yang didirikan oleh Catur Wijaya memang terbilang langka. Wajar. Batik yang mereka pamerkan terkesan pudar dan kusam karena menggunakan pewarna alami seperti kunyit, kayu secang, daun mangga dan lainnya. Catur memang menolak gunakan zat pewarna kimia untuk memberikan kesan klasik pada usaha batik yang ia dirikan sejak 2006.Meskipun menghsilkan laba bersih sekitar Rp 15 juta per bulan, Catur mengaku menjadi pengusaha batik bukan pilihan mudah karena dituntut untuk selalu mengembangkan usaha. “Sebagai pengusaha, saya dituntut untuk selalu berpikir. Saya tidak seperti pegawai lain yang bisa pulang ke rumah untuk istirahat. Beberapa malam, saya lewati dengan menggambar, desain motif baru dan lainnya.”Kerja keras Catur nyatanya berbuah manis. Ia berhasil memasarkan produk yang sempat dipandang sebelah mata itu ke Yogyakarta, Bali dan Jakarta. Batik Sekar Setaman berhasil menarik perhatian para pembeli di Bali yang rutin memesan 100 potong batik per bulan. Batik Sekar Seraman dijual dengan harga sekitar Rp 600 ribu sampai Rp 12,5 juta per lembar.Kesuksesan Catur tidak berhenti di kawasan dalam negeri. Beberapa bule juga tertarik dengan batik ‘kusam’, beberapa diantaranya berasal dari Portugis dan Jerman. “Mereka belinya tidak langsung dalam ukuran besar maupun rutin. Batik Sekar Seraman merupakan produk yang dibuat dengan tangan sehingga memakan waktu lama. Saya tidak bisa membuat sejumlah besar batik dalam waktu singkat,” kata Catur lagi.Hingga saat ini Catur memang masih lebih banyak mengandalkan event pameran dalam pemasaran produknya. Ia bahkan sempat mengikuti Hongkong Fashion Week pada Juli 2010 lalu. Meskipun begitu, Catur malah tidak banyak memasarkan produk di Solo karena dinilai memiliki pangsa pasar menengah ke bawah. Padahal, Catur mengincar pasar luar kota dan luar negeri karena mengklaim produk miliknya sangat eksklusif.“Solo memiliki banyak batik cetak sehingga jika saya mengeluarkan satu motif, produsen lain bisa membeli satu motif milik saya lalu meniru dan mencetaknya. Dengan Rp 50 ribu,mereka bisa mendapatkan batik dengan motif yang sama,” kata Catur menyayangkan. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved