Column

Gerbang Kebahagiaan

Gerbang Kebahagiaan

Gede Prama

Gede Prama

Di antara demikian banyak gula-gula kehidupan yang paling dicari, kebahagiaan menduduki peringkat teratas. Apa pun keseharian manusia, dari bersekolah, bersawah, bekerja, berdoa, sampai olah spiritual. banyak sekali yang menyebut kebahagiaan sebagai tujuan yang dicari. Sebagian besar orang teramat jarang menemukan kebahagiaan. Hanya sebagian kecil orang yang bisa istirahat dalam kebahagiaan. Beda di antara keduanya sederhana, seberapa dalam seseorang menggali kebahagiaan.

Kebanyakan orang awam mengidentikkan kebahagiaan dengan terpenuhinya keinginan. Makan enak, tidur nyenyak, rekreasi ke tempat indah, pasangan hidup ideal, suasana kerja yang indah, sampai dengan wisata spiritual ke tempat-tempat suci, semuanya masuk dalam klasifikasi ini. Dan ciri utama kebahagiaan jenis ini, ia ditandai oleh keadaan berkejaran yang tiada henti, berumur pendek, menimbulkan kemelekatan kalau terpenuhi; bila tidak terpenuhi, kemudian menjadi hulu penderitaan.

Runtutan logikanya sederhana, ia diawali dengan keinginan yang minta selalu dipenuhi. Sekali dipenuhi, ia minta lagi dan lagi dalam kadar yang lebih tinggi. Tatkala keinginan yang semakin tinggi tidak terpenuhi, kemudian kecewa akibatnya. Ini yang menjelaskan mengapa banyak orang kaya menderita, manusia berwajah rupawan tidak bahagia.

Menyadari bahwa terpenuhinya keinginan bukanlah wajah kebahagiaan yang bertahan lama, dan bahkan mudah terpeleset menjadi kecewa yang penuh derita, kemudian sejumlah pencari menggalinya ke dalam.

Siapa saja yang sudah lama menemukan betapa labilnya keinginan, lebih-lebih membuka rahasia betapa berbahayanya keinginan berlebihan, kemudian akan ditarik oleh wajah kebahagiaan yang lebih dalam. Kebahagiaan di tataran ini tidak lagi ditandai dengan mencari dan mengejar, melainkan ditandai dengan ”berhenti”. Maksudnya, berhenti mencari dan berlari. Apa yang dicari dan dikejar segera bisa ditemukan di dalam dengan sebuah syarat sederhana, yakni berkecukupan.

Ini semua membuka misteri, merasa berkecukupan itulah kekayaan yang agung. Lebih dari membuat bahagia, berkecukupan juga menjadi langkah penting menuju pencerahan. Dalam bahasa sederhana seorang Guru, enlightenment is closer to contentment rather than excitement. Pencerahan lebih dekat dengan berkecukupan dibandingkan dengan kesenangan berlebihan. Ini yang bisa menjelaskan mengapa orang-orang dengan meditasi mendalam mukanya tenang, bahasanya lembut, penampilannya halus. Sebabnya sederhana, sudah sangat berkecukupan.

Indahnya kebahagiaan dalam berkecukupan, seseorang kemudian bukan berhenti tumbuh, rasa berkecukupan yang mendalam kemudian membimbing orang-orang jenis ini memasuki gerbang kesempurnaan. Serangkaian wilayah yang tidak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasakan. Karena sifat kesempurnaan yang tidak bisa dijelaskanlah, kemudian orang-orang di tingkatan ini mengungkapkannya dengan bahasa-bahasa puitis yang indah.

Jalalludin Rumi adalah salah seorang yang sudah sampai di sini. Perhatikan salah satu puisinya: ”Hidup serupa tinggal di losmen. Tiap hari tamunya berganti. Dan siapa pun tamunya, jangan pernah lelah untuk tersenyum.” Bunda Teresa juga sudah sampai di sini, perhatikan salah satu warisannya: ”Bila mau berkontribusi pada kedamaian dunia, pulang sayangi keluarga.” YM Dalai Lama serupa. Perhatikan intisari ajaran pemenang hadiah Nobel ini: ”Yang terpenting, banyak menolong; bila tidak bisa menolong, cukup tidak menyakiti.”

Warisan orang-orang yang memasuki gerbang kesempurnaan hanya di sekitar ini: ”senyuman, cinta yang penuh kebajikan, menolong”. Kendati banyak menolong, orang-orang jenis ini tidak mengizinkan pertolongannya membuat mereka jadi congkak dan sombong. Terutama karena di tingkatan kesempurnaan terbuka rahasianya, yang memberi tidak ada, yang diberi tidak ada, proses pemberian juga tidak ada. Semuanya adalah tarian sempurna dari kesempurnaan yang sama. Sesampai di sini, baru seseorang bisa ”istirahat sempurna” dalam kebahagiaan.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved