My Article

Keberadaan Bengkel Menjamin Penjualan Mobil di Masa Depan

Keberadaan Bengkel Menjamin Penjualan Mobil di Masa Depan

Oleh: Rahayu Widayanti, Research Director Central Insight

Dealer Wuling di Bogor

Pertambahan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi membuahkan kesempatan bagi dunia otomotif untuk berkembang. Apalagi jika menengok data rasio kepemilikan kendaraan roda 4 yang masih rendah di Indonesia. Berdasarkan survei global terakhir (tahun 2014), angkanya masih 4%, jauh di bawah Malaysia sebesar 82%, Thailand 51%, bahkan Filipina 6% (statista.com).

Berdasarkan jenisnya, mobil dengan harga rendah seperti Low Cost Green Car (LCGC) dan Low Multi-Purpose Vehicle (LMPV) adalah porsi terbesar dari pasar mobil di Indonesia, yaitu masing-masing 20%-30% (LCGC) dan sekitar 30% (LMPV).

Pendatang baru dari China, Wuling yang masuk pasar Indonesia pertengahan 2017, menawarkan LMPV dengan harga di bawah harga mobil sejenis yang ada di pasar. Confero ditawarkan dengan harga Rp 128 juta, di bawah raja LMPV, Xenia, senilai Rp 136 juta. Satu tahun kemudian, bahkan Wuling menawarkan LMPV yang lebih ekonimis, , yaitu Formo yang harganya saat ini Rp 137 juta, di bawah Xenia Rp 157 juta.

Masuknya Wuling ke pasar penumpang kelas bawah dengan harga kompetitif membuat pasar mobil lebih dinamis. Alhasil, ditambah lagi dengan kehadiran Xpander dari Mitsubishi, maka di tengah stagnasi ekonomi, penjualan mobil tumbuh 5,6% setelah tahun sebelumnya turun 2,9%.

Tahun ini penjualan mobil diharapkan meningkat lebih tinggi dari tahun lalu. Demikian juga tahun yang akan datang. Karena, pertama, pertumbuhan ekonomi 2019 – 2024 ditargetkan minimal 5.4%, lebih tinggi sedikit dari pada 2014 – 2019 sebesar 5.1%. Namun angka 5.4% ini adalah angka minimal, potensi bisa sampai 7.0%.

Kedua, dampak dari hasil pembangunan infrastruktur, mulai memperlihatkan hasilnya. Misalnya, dengan tersambungnya Jakarta – Surabaya melalui jalan tol trans Jawa, membuat operator bus mulai membuka trayek jarak menengah seperti Jakarta – yoya, Solo – Surabaya. Jalan ini akan diperpanjang dengan dikejarnya rua

Jaringan dealer

Sejalan dengan potensi pasar mobil di Indonesia yag masih sangat terbuka, para ATPM mengembangkan jaringan dealer-nya. Toyota, merk mobil nomor satu di Indonesia, mempunyai lebih dari 350 gerai dealer di seluruh Indonesia.

Wuling, walaupun pemian baru, sejak awak merencanakan untuk mengembangkan jaringan bengkelnya sebagai komitmen mereka untuk melayani konsumen dengan baik. Pendatang baru ini tancap gas menargetkan 80 dealer tahun lalu (tercapai lebih dari 80). Untuk tahun ini, Wuling berambisi untuk memiliki 200 dealer, suatu target yang luar biasa jika tercapai; dan bahkan akan mengalahkan Mitsubishi, merk mobil ketiga setelah Toyota, dan Honda yang memiliki 126 dealer pada tahun lalu. Di usianya yang belum genap 2 tahun, kini jaringan dealer Wuling bahkan sudah mencapai Maluku dan Papua, wilayah paling timur Indonesia.

Daerah Indonesia Timur yang semula seolah-olah “menjadi captive market” PT Bosowa, kini semakin banyak dealer yang dibuka oleh perusahaan distributor mobil dari Indonesia Barat (Jawa).

Selain memperluas jaringan dealer ke daerah yang sebelumnya belum terjamah, pada distributor mobil juga memperkuat jaringannya di daerah yang sudah dikuasainya, misalnya di Jawa. Outlet dealer baru dibuka, tidak hanya di kota-kota besar, tapi di kota-kota kecil di Jawa sehingga jaringannya lebih rapat.

Pengembangan jaringan dealer ini, selain untuk kepetingan penjualan, juga dilakukan untuk pengembangan jaringan bengkel untuk melayani populasi mobil yang terus. Selain itu, tentu saja untuk kepuasan pembeli mobil. Jika pemilik mobil dengan mudah menemukan bengkel di daerahnya, juga di daerah lain yang dia kunjungi (dan saat itu ada masalah dengan mobil), tentu mereka puas.

Pada dasarnya ada 3 macam bengkel berdasarkan aktifitas bisnisnya, yaitu:

Saat ini kebanyakan dealer dilengkapi dengan bengkel. Hanya sekitar 10% dealer yang berfungsi sebagai penjualan saja.

Ada 2 cara yang ditempuh ATPM untuk memperluas jaringan bengkelnyanya:

Distributor Wuling, misalnya, hanya akan membuka dealer baru 3S, sesuai ketentuan dari prinsipal. Dealer tipe 1S dan 2S ditingkatkan menjadi 3S, walaupun hal ini belum tentu mudah dilakukan karena beberapa outlet sulit melakukan pelebaran area karena lokasinya yang berada di tengah pusat bisnis yang padat, belum lagi kebutuhan dana yang tidak kecil.

Sejatinya, keberadaan bengkel sangat strategis bagi bisnis mobil, karena:

Tak heran, kini para pemegang merek tidak hanya memikirkan bagaimana menjual mobil sebanyak-banyaknya, tapi juga menyediakan layanan purna jual agar pembeli mobil puas. Kepuasan pelanggan inilah yang akhirnya akan menunjang penjualan di masa depan. Pelanggan bengkel akan mempertimbangkan dengan serius untuk membeli mobil kedua, ketiga, dan seterusnya dari dealer yang sama; jika layanan purna jual mobil pertama yang mereka beli memuaskan.

Jelaslah, keberadaan bengkel menunjang penjualan mobil di masa depan. Hanya mobil dengan jaringan bengkel yang luaslah yang mampu menjaga kepuasan purna jual pemilik mobil. Dengan semakin tingginya kompetisi, hal ini tidak hanya dilakukan oleh merk mobil premium seperti di masa lalu, tapi juga oleh merk mobil kategori LMPV dan LCGC.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved