My Article

Menyorot 10 Besar Merk Otomotif

Pameran Otomotif Makassar 2016

Tulisan ini bermaksud menganalisa pasar otomotif dalam rentang waktu yang agak panjang, yakni 5 tahun; mulai dari tahun 2015 hingga 2019, sambil melihat kemungkinan perkembangannya pada tahun 2020 berdasarkan kinerja semester 1. Tulisan ini tidak membahas tren volume penjualan secara keseluruhan tapi fokus pada posisi 10 merek teratas, yang dibagi menjadi lapis pertama (5 merk teratas) dan lapis kedua (merk ke 6 – 10). Merk yang dimaksud di sini adalah merk induk yang mencakup semua sub-merk tanpa memandang jenis mobil (penumpang dan komersial).

Selama kurun waktu 2014 – 2019, jumlah merek mobil tidak banyak berkurang, ada sekitar 30an. Merk penting yang hilang dari pasaran adalah merk-merk Amerika yakni Jeep, Dodge dan Chrysler; Land Rover, Jaguar, dan Smart dari Eropa; serta Geely dari Cina. Sebelum hengkang, penjualan mereka memang sudah memprihatinkan, angkanya di bawah 10.000 unit per tahun. Hilangnya merk-merk ini dari pasaran, langsung diikuti dengan masuknya mobil Cina, Wuling dan DFSK. Momen yang tepat, terutama untuk Wuling yang notabene mobil penumpang –mengingat volume mobil penumpang sekitar 70% dari total mobil yang terjual tiap tahunnya.

Total ada 30an merk mobil saat ini, menurun sedikit dibanding 5 tahun yang lalu. Jumlah merk sebanyak ini sebetulnya terlalu banyak bagi volume 1,0 – 1,2 juta penjualan mobil tiap tahun di Indonesia. Akibatnya banyak merk yang volume penjualannya “berukuran mini”, hanya beberapa ribu atau ratusan, bahkan beberapa puluh unit saja per tahun. Karena jumlahnya sedikit, tidak efisien untuk memproduksinya di Indonesia. Mobil-mobil ini kebanyakan import, baik berupa komponen (CKD) atau mobil utuh (CBU) sehingga harganya mahal.

Lapis pertama

Lapis pertama 5 besar menguasai pangsa pasar sebesar 88,4% tahun 2019, menurun dalam 4 tahun terakhir; berturut-turut dari 86,9% pada tahun 2015, 90,5% tahun 2016, 90,4% tahun 2017 dan 89,7% pada tahun 2018. Dengan demikian terjadi penurunan pangsa pasar selama 3 tahun berturut-turut setelah pada tahunn-tahun sebelumnya trennya naik dan mencapai puncaknya tahun 2016.

Di lapis pertama ini ada 5 merk teratas yang posisinya tak tergoyahkan selama 5 tahun terakhir, bahkan dari sebelum itu. Mereka adalah Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Honda dan Suzuki. Posisi mereka tidak tergeser oleh satu pun merk lain. Hanya urutannya yang berbeda sedikit, kecuali Toyota dan Daihatsu yang tak tergoyahkan di posisi 1 dan 2 selama 5 tahun berturut-turut, bahkan dari tahun-tahun sebelumnya.

Merk yang membuat pergerakan yang bagus adalah Mitsubishi yang posisinya naik dari urutan ke-5 di tahun 2015, kemudian naik ke urutan ke-4 di tahun 2016 – 2017, lalu naik lagi ke urutan ke-3 tahun 2018 – 2019. Mitsubishi menendang Honda yang semula berada di posisi ke-3 tahun 2018. Tahun sebelumnya merk ini menggusur Suzuki untuk naik ke posisi ke-4 tahun 2016.

Yang menarik untuk dicatat di sini adalah jika penjualan merk ke-1 sampai 5 perbedanya tiap tingkat/posisi 1-2 kali lipat, namun penjualan merk ke-5 dan ke-6 sangat jauh, berbeda sekitar 3-5 kali lipat. Namun perlu dicatat bahwa perbandingan ini mengecil dari 5 kali lipat lebih di tahun 2015 menjadi sekitar 3 kali lipat di tahun 2018 – 2019. Artinya, perlahan tapi pasti, merk-merk di lapis kedua mendekati merk di lapis peetama.

Bagaimana kemungkinannya di tahun 2020? Berdasarkan data penjualan semester 1, terjadi perubahan tren, dimana pangsa pasar lapis pertama naik menjadi 89,4%. Jadi setelah 3 tahun berturut-turut pangsa pasarnya menurun, di semester 1 tahun ini, pangsa pasar lapis pertama naik tipis. Kenaikannya memang tidak signifikan, hanya 1%, tapi jika tren ini terus berlandjut hingga akhir tahun, berarti posisi merk 5 besar semakin mantap.

Perubahan tren lain yang terjadi pada semester 1 2020 adalah urutan posisi. Mitsubishi harus turun kembali ke posisi ke-4 dan Honda kembali ke posisi semula, 3. Masa emas Xpander yang memotori kenaikan penjualan merk induk Mitsubishi selama 2 tahun sebelumnya sehingga berhasil menggeser Honda, rupaya mulai goyah.

Lapis kedua

Kelompok 6 – 10 besar ini menguasai pangsa pasar 10,7% pada tahun 2019, naik dari 9,6% tahun 2018 dan 7,7% tahun 2017. Sedangkan sebelumnya, pangsa pasarnya menurun dari 8,1% tahun 2016 dan 10.4% tahun 2015. Jadi dalam 5 tahun terakhir, penjualan lapis kedua mencapai pangsa pasar tertinggi di tahun lalu.

Di kelompok 5 merk teratas lapis kedua juga semula stabil hingga masuknya Wuling tahun 2018. Sebelumnya, ada 5 mek “penghuni tetap” kelompok ini yakni Hino, Isuzu, Nissan, Datsun dan Mazda yang tidak terusik (dari sebelum 2015) sampai 2017. Wuling yang masuk pasar Indonesia pertengahan Juli 2017, langsung masuk 10 besar di tahun kedua keberadaannya di Indonesia pada 2018. Akibatnya Mazda yang biasa ada di posisi 10 pun terdepak. Sebetulnya penjualan Mazda tumbuh dari 2017 ke 2018 dan 2019, namun toh mobil merk Jepang ini harus mengakui keperkasaan si pendatang baru dari Cina.

Di lapis kedua ini, pada 3 tahun terakhir (2017 – 2019), Hino dan Isuzu stabil di posisi 6 dan 7. Wuling yang sejak 2018 berada posisi ke 8, menantang Isuzu seiring volume penjualannya yang meningkat pesat. Penjualan Isuzu pun tidak buruk, meningkat terus tiap tahun, tapi kalah cepat dibanding Wuling dan perbedaan volume keduanya semakin tipis.

Merk yang pergerakannya bagus di lapis kedua ini adalah Hino. Tahun 2015 Hino masih di posisi 8, tahun berikutnya naik ke posisi 7 dan tahun 2017 naik lagi ke posisi 6 hingga 2019. Polanya sama dengan dengan Isuzu yang posisinya selalu menguntit persis di belakang Hino. Merk ini mulai muncul di lapis kedua tahun 2015 di posisi 9 (Hino di posisi 8), tahun berikutnya naik ke posisi 8 (Hino di posisi 7) dan tahun berikutnya naik ke posisi 7 (Hino posisi 6) yang terus dipertahankan hingga 2019.

Adalah Datsun dan Nissan yang posisinya dilengserkan oleh Hino dan Isuzu. Datsun masih di posisi ke-6 tahun 2016 – 2017 tapi berakhir di posisi 10 tahun 2019. Sedangkan Nissan berada di posisi ke-7 tahunn 2015 namun berakhir di posisi 9 tahun 2019, sedikit lebih baik dari pada Datsun.

Bagaimana tahun 2020? Terjadi perubahan besar dibanding tahun 5 tahun terakhir. Berdasarkan data penjualan semester 1, pangsa pasar lapis kedua ini turun signifikan dari 10,7% di tahun 2019 menjadi 8,2%. Salah satu penyumbang penurunan pangsa pasar lapis kedua ini adalah penurunan tajam penjualan Hino. Merk yang 100% kendarannya tergolong jenis niaga ini rupanya benar-benar terpukul oleh pandemi Covid-19. Penjualan Hino di sementer 1 2020 hanya 21,1% dari volume penjualan 2019, terendah diantar 10 merk terbesar dengan rata-rata 29,2%.

Selain Hino, Wuling juga juga mengalami surut penjualan yang signifikan. Di semester 1 2020, mobil Cina ini hanya membukukan 22,5% volume penjualan dibanding tahun 2019. Persentase ini terendah kedua di deretan 10 besar setelah Hino.

Akibat dari lemasnya “otot” Hino, Isuzu berhasil naik ke posisi 6 sehingga Hino terpaksa mengalah di posisi 7. Sementara Wuling dan Nissan berhasil mempertahankan posisinya di posisi 8 dan 9. Sementara di posisi 10 muncul, diluar dugaan, muncul Mercedes Benz yang menendang Datsun keluar dari kelompok 10 besar dan mengangkangi Mazda dan DFSK yang pada tahun 2019 posisinya ada di atas merk mobil asal Jerman ini. Selama 5 tahun sebelumnya, Mercedes Benz berada di posisi 11 – 13.

Penjualan Mercedes Benz di semester 1 tahun ini memang luar biasa bagus. Di tengah pandemi yang merontokkan sendi-sendi ekonomi banyak kalangan, merk dengan logo segitiga di dalam lingkaran ini membukukan penjualan 48,9%, hampir separuh dibanding penjualan sepanjang tahun 2019. Pendongkraknya adalah penjualan mobil jenis SUV yang sedang naik daun di pasar, yakni GLC-Class yang diluncurkan Desember 2019. Kategori mobil penumpang Mercedez Benz tahun 2020 bahkan sudah mencapai 138,6% dibanding 2019. Padahal ini baru angka semester 1! Ini menunjukkan bahwa fulus konsumen mobil kelas premium relatif tidak terdampak oleh wabah Covid-19 yang memporak-porandakan banyak kalangan ini.

Merk lain

Sementara posisi lapis ketiga (urutan 11- 15) lebih dinamis, ada nama-nama merk yang berbeda-beda dari tahun ke tahun. Total ada 9 merk dalam kurun waktu 5 tahun. Selain kinerja tiap merk yang naik atau turun, penyebab perubahan yang lain adalah masuknya merk baru ke dalam pasar Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir, ada 2 merk baru masuk yaitu Wuling dan DFSK –keduanya dari Cina.

Merk-merk di lapis ketiga ini harus survival untuk tetap meraup pangsa pasar yang berarti mengingat penjualannnya dibawah 10.000 units per tahun.

Secara total, merk-merk diluar 10 besar porsinya naik-turun tergantung trend lapis pertama dan kedua. Yang jelas, porsinya sangat kecil, tidak sampai 1% secara total. Pada tahun 2015 bahkan porsinya hanya 2,6%, yang kemudian naik menjadi 1,4%, 1,8%, 0,7%, dan 0,9% berturut-turut pada tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019. Secara volume, tiap merk hanya berhasil menjual beberapa ratus atau ribu saja.

Pengaruh wabah Covid-19

Seperti sudah disampaikan di atas bahwa pangsa pasar 5 besar berbelok arah di paruh tahun 2020 ini. Setelah 3 tahun berturut-turut menurun pangsa pasarnya, pada semester 1 tahun ini, meningkat sebesar 1%.

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam masa ekonomi sulit akibat Covid-19, sebagian konsumen memilih merk-merk yang lebih mapan. Bagi konsumen, pilihan ini lebih aman untuk masalah after sales servis karena merk-merk dari perusahaan mapan ini mempunyai jaringan bengkel yang luas. Hal ini penting karena orang semakin banyak bepergian. Jaminan bahwa ada bengkel resmi di berbagai kota, paling tidak di kota-kota yang sering dikunjungi, merupakan nilai plus tersendiri bagi konsumen.

Merk-merk mapan ini juga otomatis populasinya sudah banyak sehingga lebih aman untuk penjualan di pasar sekunder.

Fenomena yang sama terlihat di lapis kedua. Wuling, si pendatang baru, mencatat perjalanan yang bagus pada 3 tahun keberadaannya di Indonesia (2017 – 2019). Angka penjualannya semakin mendekati Isuzu yang posisinya berada di atasnnya. Sepertinya tidak akan makan waktu lama, mungkin sekitar 2 tahun saja, merk Cina ini akan melibas Isuzu. Upaya pemasaran yang spartan dan jaringan bengkel yang luas dan rapat untuk ukuran pendatang baru, adalah salah satu strategi Wuling untuk merebut hari konsumen, selain harga yang kompetitif.

Namun kedatangan Covid-19 menjegal arah perjalanan itu. Konsumen lebih memilih merk mapan dari pada merk yang relatif baru, apalagi Wuling, merupakan merk yang benar-benar baru di Indonesia.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa dalam situasi tidak aman seperti adanya wabah sekarang ini, keinginan konsumen untuk berpetualang dengan merk-merk yang “kurang pasti/mapan” berkurang.

Ini memang berdasarkan kinerja semester 1 saja. Bisa saja di semester kedua terjadi perubahan tren. Karenanya, sangat menarik untuk mengamati kinerja 10 besar merk otomotif di akhir tahun yang sebentar lagi menjelang.

Penulis:

1). Rahayu Widayanti, Direktur Riset Central Insight Market Research and Business Consulting

2). Habib Riansyah Nisab Jihadillah, Junior Analyst Central Insight Market Research and Business Consulting


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved