My Article

Modal Sosial, Modal Inovasi Perusahaan

Oleh Admin
Modal Sosial, Modal Inovasi Perusahaan

Oleh: Ningky Sasanti MunirKoordinator Kelompok Keahlian Manajemen Strategi dan Entrepreneurship,| PPM School of Management

Dalam perusahaan, modal sosial adalah modal yang luar biasa penting. Apalagi bila perusahaan membutuhkan modal khusus untuk menghasilkan nilai dalam bentuk inovasi. Bagaimana bisa begitu?

Modal sosial yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sumber daya khusus yang terdapat dalam hubungan antar manusia. Sumber daya ini sering juga disebut sebagai relational resources, atau sumber daya yang terdapat dalam relasi antar manusia – antar individu dan/atau kelompok – yang bermanfaat bagi individu atau kelompok dalam organisasi untuk mengembangkan diri atau kelompoknya.

Dr. Ningky Sasanti Munir - Koordinator Kelompok Keahlian Manajemen Strategi dan Entrepreneurship | PPM School of Management

Dr. Ningky Sasanti Munir – Koordinator Kelompok Keahlian Manajemen Strategi dan Entrepreneurship | PPM School of Management

Di dalam perusahaan atau kelompok perusahaan, modal sosial menjadi sumber daya yang sangat berharga. Pertama, karena modal sosial yang besar dapat menjadi landasan kuat untuk bekerja dengan produktif. Misalnya perusahaan Jepang, mereka terkenal sebagai perusahaan dengan sumber daya manusia yang sangat produktif karena modal sosialnya besar.

Krisis ekonomi yang melanda Jepang tidak menggoyahkan disiplin kerja dan kebiasaan kerja keras di perusahaan-perusahaan di Jepang karena tingkat kepercayaan, norma timbal balik (saling menghormati; saling memberi semangat), dan jejaring sosial yang ada mampu meredam kegalauan para pekerja dan eksekutifnya.

Kedua, modal sosial merupakan sumber daya yang berharga karena hubungan antar manusia dalam satu perusahaan memiliki kekhasan dibandingkan perusahaan lain. Ini bukan soal perbedaan bidang bisnis atau jenis perusahaan; hotel versus pabrik atau multinasional versus BUMN. Seperti sebuah rumah dengan para penghuninya, setiap perusahaan juga memiliki kekhasan dalam pola hubungan anggotanya. Dengan demikian, sumber daya yang khas tersebut bisa merupakan sumber daya berharga untuk menciptakan keunikan yang menjual, atau inovasi.

Yang ketiga, modal sosial dalam perusahaan akan memfasilitasi kegiatan pertukaran dan kombinasi pengetahuan satu pihak dengan pihak lain. Dalam prinsip knowledge management, inovasi diperoleh melalui kombinasi antara pengetahuan lama yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru, atau kombinasi antara pengetahuan-pengetahuan baru. Dengan hubungan baik, saling percaya, saling menghormati, individu dan kelompok atau unit kerja dalam perusahaan bersedia saling bertukar pengetahuan, juga mengombinasikan pengetahuan-pengetahuan untuk menghasilkan inovasi. Misalkan dalam bentuk kemampuan baru, cara kerja baru, cara pandang baru, atau produk baru.

Lebih lanjut mengenai modal sosial, untuk mengelolanya harus dipahami bahwa modal sosial dalam perusahaan memiliki tiga dimensi. Dengan memahami ketiga dimensi tersebut, kita bisa lebih memahami bagaimana modal sosial bisa menjadi modal penting bagi inovasi di perusahaan. Ketiga dimensi tersebut adalah: struktural, relasional, dan kognitif.

Dimensi struktural dari modal sosial merupakan interaksi sosial yang terjadi antara anggota organisasi dengan mempertimbangkan posisi anggota atau aktor dalam jejaring sosial. Misalnya, seorang supervisor akan berbeda interaksi sosialnya dengan seorang manajer senior, berbeda pula dengan seorang operator forklift. Seorang yang bekerja di unit hubungan masyarakat akan berbeda interaksi sosialnya dengan orang lain yang bekerja di unit riset dan pengembangan.

Posisi relatif seseorang atau kelompok dibandingkan dengan orang atau kelompok lain bisa membuat aliran informasi dan pengetahuan berbeda dalam hal jumlah dan kualitas. Oleh sebab itu, interaksi sosial antar individu dan kelompok dalam perusahaan penting dilakukan agar orang atau kelompok dapat saling bertukar informasi dan pengetahuan yang relevan.

Dalam konteks perusahaan, unit-unit penjualan yang banyak berinteraksi dengan pelanggan akan banyak memperoleh aliran informasi. Bahkan bila unit penjualan terlibat dalam implementasi di perusahaan pelanggan, yang mengalir bukan sekedar informasi melainkan pengetahuan yang kemudian diteruskan ke unit-unit lain seperti unit desain atau produksi.

Di perusahaan multibisnis, pengetahuan-pengetahuan baru dapat mengalir melalui interaksi perusahaan-perusahaan anak dengan pasar atau pelanggan lokal yang kemudian dibagi ke unit-unit bisnis lain. Suatu keberhasilan yang dialami oleh satu unit bisnis, kemudian ditularkan sebagai best practices ke unit-unit bisnis lain untuk digunakan sebagai solusi atas permasalahan serupa tanpa harus mengalami kerugian.

Dimensi kedua modal sosial adalah relasional yang merujuk pada aset yang terdapat dalam hubungan antar manusia, yaitu kepercayaan (trust) dan kelayakan untuk dipercaya (trustworthiness). Fondasi bisnis adalah kepercayaan, apalagi untuk menghasilkan inovasi yang sering harus melewati tahap trial and error. Berapa lama waktu yang direlakan oleh perusahaan demi menghasilkan inovasi? Berapa besar investasi yang dikeluarkan untuk proyek inovasi yang belum tentu hasilnya?

Trust dan trustworthiness dalam dimensi relasional seperti juga dimensi struktural, sangat menentukan jumlah dan kualitas aliran informasi serta pengetahuan. Kesediaan orang untuk berbagi pengetahuan bergantung pada seberapa percaya yang bersangkutan pada pihak lain sebagai penerima pengetahuan.

Tidak berhenti sampai disitu, walau sudah menerima pengetahuan baru sekalipun, belum tentu pihak penerima bersedia bertukar pengetahuan atau menggunakan pengetahuan yang baru diakuisisinya itu. Pada situasi ini, sulit sekali dihasilkan aneka ragam inovasi karena masing-masing pihak berkutat dengan pengetahuan yang itu-itu saja atau tidak terjadi sinergi antar unit-unit bisnis karena keengganan berbagi.

Dimensi ketiga dari modal sosial adalah kognitif, yaitu ketentuan bersama atau cara pandang bersama yang menjadi dasar untuk memaknakan suatu situasi dan dasar berperilaku. Misalnya, karena sifat pekerjaannya kelompok di unit penjualan seringkali memiliki cara pandang yang berbeda mengenai insentif dibandingkan kelompok di unit produksi.

Cara berpakaian, pilihan kata, kesantunan, atau berperilaku bisa berbeda karena dimensi kognitif ini juga meliputi norma kelompok dan nilai-nilai yang dipandang sebagai suatu yang benar atau harus diikuti.

Salah satu dampak dari dimensi kognitif adalah visi atau sasaran bersama dalam perusahaan. Bila karyawan bekerja berdasarkan sasaran bersama, yaitu sasaran perusahaan, maka keberbedaan bisa tidak terlalu mengganggu. Pengetahuan saling dipertukarkan dan terjadi upaya-upaya untuk menggunakan atau mengombinasikan pengetahuan sehingga proses kerja menjadi lebih baik dan hasil kerja menjadi lebih efektif. Semua terjadi karena ada pemahaman bersama akan sasaran yang harus dicapai.

Di antara ketiga dimensi modal sosial juga saling berhubungan dan mempengaruhi. Sebagai contoh dimensi struktural dari modal sosial dapat mempengaruhi trust dan trustworthiness dalam dimensi relasional. Tentu orang akan lebih mudah percaya pada sosok yang berhadapan langsung dengan pelanggan, atau pihak yang kebetulan berada di pusat aliran informasi atau pengetahuan.

Dimensi relasional juga berhubungan erat dengan dimensi kognitif, karena nilai-nilai bersama, juga shared vision dari suatu kelompok akan menimbulkan perasaan saling percaya dan keinginan untuk saling membantu demi terwujudnya visi atau sasaran bersama tersebut. Sementara asosiasi antara dimensi struktural dan dimensi kognitif terjadi karena interaksi sosial memainkan peran penting dalam membentuk sasaran atau visi bersama di antara anggota organisasi.

Setelah memahami peran penting modal sosial dalam upaya perusahaan untuk menghasilkan inovasi, perlu juga disadari bahwa modal sosial yang besar dalam perusahaan tidak selalu positif.

4

Studi pada beberapa perusahaan di Indonesia menunjukkan adanya modal sosial yang besar namun tidak sejalan dengan sasaran stratejik perusahaan. “Permufakatan jahat” terjadi di antara karyawan, termasuk eksekutifnya yang berujung pada tindakan-tindakan merugikan bagi perusahaan. Oleh sebab itu, selain menyadari modal sosial sebagai modal penting dalam upaya menciptakan nilai dalam bentuk inovasi, pihak perusahaan juga perlu berupaya untuk mengelolanya melalui ketiga dimensi modal sosial yang diuraikan di atas.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved